Menyamakan frekwensi yaa, beda dengan menyamakan pendapat, atau harus benarābenar menjadi satu pandangan yang biasanya dilakukan dengan memilih.
Menyamakan frekwensi justru sebuah ritual dalam organisasi yang menjadi penting untuk melahirkan gagasanāgagasan baru, tidak terjebak dengan halāhal lama atau gagasan dari orangāorang HiPPO (Highest Paid Person in the Office) yang biasanya memiliki kedudukan tertinggi dan terbiasa membiasakan diri dan organisasinya untuk tergantung padanya.
Ketergantungan menentukan sesuatu pada satu titik di organisasi, justru akan menumpulkan inovasi dalam jangka panjang, mematikan banyak inisiatif dan terpuruk pada beban berat ketergantungan.
Menyamakan frekwensi adalah titik nol berpikir bersama, memberikan kesempatan untuk bersamaāsama berpikir bahwa kita perlu menyamakan konteks. Bukan berarti setiap gagasan pada proses selanjutnya akan dieliminir. Justru dalam menyamakan frekwensi kita didorong membuka wawasan lebih luas, memahami perspektif berbeda dan mendudukan masalah pada konteks yang benar. Menyamakan frekwensi biasanya menyamakan kerangka berpikir yang disepakati.
Aneka latar belakang dari gagasanāgagasan yang berbeda, dalam ekseskusinya akan dipahami apakah artinya 1) gagasanāgagasan berbeda itu saling melengkapi, 2) akankah menjadi salah satu bagian dari bagian yang lain, 3) apakah jika ditelusuri merupakan akibat dari sesuatu yang lebih besar, 4) apakah berakibat pada hal lain, apakah ada irisannya, 5) apakah saling berhubungan, 6) apakah berada pada kelompok yang sama, 7) apakah gagasanāgagasa tsb dalam proses yang sequential, 8) apakah dapat dibagi menjadi dua bagian atau 9) bahkan apakah dapat ditempatkan diatas salah satunya?
Menyamakan frekwensi bisa juga dikatakan sebagai pondasi untuk meletupkan gagasan kreatif dan meroketkan inisiatif dari setiap anggota tim kita. Selamat menyamakan frekwensi!