5 Japanese Techniques

Dalam dunia inovasi yang cepat berkembang, keterampilan kepemimpinan adalah kunci bagi terjadinya perubahan positif & sampai dengan tujuan. Yok kita coba gabungkan lima teknik Jepang—Kaizen, Shoshin, Kintsugi, Ikigai, dan 5S Philosophy—biar bisa lebih komprehensif jadi katalis kemajuan🚀

a) Kaizen menekankan perbaikan berkelanjutan melalui perubahan kecil. Ini mendorong pemimpin untuk terus mencari cara meningkatkan proses, produk & layanan. b) Prinsip Shoshin, atau “pikiran pemula,” melengkapi Kaizen dengan mengajarkan keterbukaan terhadap ide-ide baru. Organisasinya dipimpin dengan pertanyaan, pengamatan, sekaligus mendengarkan, mencipta lingkungan yang menghargai kreativitas, eksploratif!🇮🇩

Saat menghadapi tantangan, c) Prinsip Kintsugi mengajarkan kita melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar. Filosofi ini membantu tim melihat setback sebagai bagian dari perjalanan inovasi, membangun resiliensi & semangat untuk terus mencoba. Ini sejalan dengan Kaizen yang mendorong perbaikan berkelanjutan, di mana setiap kegagalan justru peluang untuk tumbuh📈

Yang paling terkenal tentu d) Ikigai, berarti “alasan untuk hidup,” membantu individu menemukan tujuan mereka. Membantu tim menemukan keseimbangan antara apa yang mereka cintai, kuasai, dibutuhkan & bisa berpenghasilan karenanya, ini meningkatkan motivasi & keterlibatan. Menguatkan budaya Shoshin, di mana tiap anggota merasa dihargai & termotivasi untuk berkontribusi dengan ide-ide inovatif🎯

e) 5S Philosophy menawarkan metodologi untuk menjaga lingkungan kerja efisien, bersih & aman. Prinsip menyortir, menata, membersihkan, standarisasi & mempertahankan menciptakan tempat kerja yang teratur & kondusif untuk berinovasi. Lingkungan kerja yang teratur, bersih tidak cuma meningkatkan efisiensi tapi juga memberikan ruang bagi kreativitas untuk berkembang, memperkuat penerapan Kaizen dan Shoshin✈️

Coba deh teknik ini, bikin budaya jadi lebih bisa saling dukung perbaikan & terjaga keberkelanjutannya, eksploratif, kreatif, resilien, tahu makna, jadi optimal hasilnya. Teknik-teknik penting sekali jadi referensi agar bisa membantu mengelola tim dengan lebih efektif & mendorong inovasi yang punya dampak & sustain!🥊

Innovation Sweet Spot

Menciptakan produk ngga cuma untuk memenuhi kebutuhan loh! Tapi juga untuk berkontribusi positif bagi lingkungan & masyarakat. Ini namanya “Innovation Sweet Spot” yang menekankan bahwa inovasi harus mempertimbangkan desirability (keinginan), viability (kelangsungan bisnis), feasibility (kelayakan teknologi), dan integrity (dampak sosial dan lingkungan). Perubahan ini didorong oleh kesadaran konsumen, regulasi & tantangan global yang makin intens🤯

Konsumen sekarang jadi peduli dengan dampak sosial & lingkungan dari sebuah produk, bikin perusahaan berupaya menunjukkan tanggung jawab sosialnya. Pemerintah makin ketat juga mengatur praktik bisnis berkelanjutan, sementara tantangan global menuntut usaha juga aktif mengatasi masalah lingkungan & sosialnya 🙄

Integritas membangun kepercayaan dengan pelanggan & pemangku kepentingan, jadi variable keunggulan kompetitif penting. Bisnis yang beroperasi dengan integritas cenderung bisa berjalan tahan lama karena mempertimbangkan risiko lingkungan & sosial, dalam jangka panjang mengurangi risiko & biaya. Praktik ESG (Environmental, Social, and Governance) bikin usaha jadi mudah menarik talenta & investor📈.

Misal, perusahaan pertanian yang mengembangkan produk pangan organik harus mempertimbangkan integritas. Produk harus sehat & bebas pestisida (desirability), harga jual menguntungkan (viability), & teknik organik dapat diterapkan secara luas (feasibility). Selain itu, metode pertanian harus ramah lingkungan, menjaga kesuburan tanah, & memberikan upah adil kepada petani (integrity)🫡

Integritas sekarang jadi elemen krusial. Inovasi yang mempertimbangkan integritas jadi jaminan buat meningkatkan reputasi, kepercayaan & keberlanjutan bisnisnya.

Dalam konsep “Innovation Sweet Spot” di mana keinginan konsumen, kelangsungan bisnis, kelayakan teknologi & integritas bertemu, Inovasinya jadi berhasil!🎉

Di Indonesia 🇮🇩 , integritas sekarang kok jadi sering kali terabaikan 😭karena berbagai kepentingan jangka pendek. Namun, bagi kamu! anak muda yang masih kental dengan idealisme, semoga bisa jadi agen-agen perubahan yang bisa mencipta lebih banyak inovasi berkelanjutan di masa depan. Aamiin!😇😇 cc @youngimpactgenerator ❤️

Era Linier Vs Era Non Linier

Jika ada orang yang bertanya “Uangnya dari mana?” bisa dipastikan individu ini cukup memerlukan penyesuaian cara berpikirnya agar bisa tetap relevan di era saat ini, karena saat ini segala sesuatu jadi tak linier, malah makin non linier yang bagi sebagian besar orang tak masuk akal. Pertanyaan kritis sekarang bukan tentang uangnya dari mana, tapi proses bisnis, bagaimana model bisnisnya, lebih jauh lagi adalah bagaimana ekosistemnya dirancang?😎

20 tahun terakhir, dunia memang berubah yang radikal, disrupsi, sulit bagi kebanyakan segera menyesuaikan cara berpikirnya, apalagi yang bergelut di dunia bisnis makin Ia tak bisa mengejar ketertinggalannya makin banyak kebingungan muncul.

Jadi apa sebenarnya yang terjadi 20 tahun terkahir ini?

1. Disrupsi Produk:
Hingga 2000an, disrupsi produk memang mendominasi, tapi di tahun-tahun berikutnya inovasi & perubahan dalam kategori produk terjadi dengan lambat & cenderung konstan.

2. Disrupsi Layanan:
Setelah tahun 2000an perkembangan jasa layanan mengalami peningkatan disrupsi yang signifikan antara tahun 2000-2020, tapi kemudian jadi lebih stabil setelahnya. Ini mencerminkan adaptasi layanan terhadap kebutuhan konsumen yang berubah & bergeser menuju model yang lebih efisien & responsif.

3. Disrupsi Platform:
Kategori platform menunjukkan peningkatan disrupsi yang tajam rentang & terus meningkat tahun 2000-2020 hingga seterusnya. ini tandanya, platform digital & teknologi sudah menjadi pendorong utama perubahan dalam cara bisnis beroperasi, berinteraksi dengan konsumen & menciptakan nilai.

4. Disrupsi Ekosistem Bisnis:
Lepas era Covid-19, disrupsi jadi sangat beda! istilah ekosistem bisnis jadi disrupsi yang paling signifikan, menandakan bahwa jaringan kompleks dari berbagai entitas yang kolaboratif jadi model bisnis paling penting di era ini. Ekosistem bisnis punya peran kunci dalam mendorong inovasi & menciptakan nilai baru di pasar yang semakin terhubung & terintegrasi.

Makin kompleks & tinggi interkonektivitasnya, gimana udah siap?🚀

Innovation Theater” & “Actual Innovation

Saat ini, banyak kampus, organisasi yang mengklaim paling inovatif, padahal kenyataannya tidak. Jangan-jangan organisasi kita juga begitu! Yuk, bahas bedanya “Innovation Theater” & “Actual Innovation”.

Inovasi sejati perlu dipahami karena sering kali kita terjebak dalam “kata” inovatif yang sebenarnya ngga menghasilkan dampak nyata. Innovation Theater merujuk pada tindakan yang tampak inovatif tetapi tidak menghasilkan perubahan. Berikut ciri-cirinya:

1. Pameran Superfisial:🥳
Fokus pada kegiatan seperti hackathons & lab inovasi tanpa hasil konkret. Aktivitas ini lebih mengutamakan penampilan & kesan sementara daripada mencapai tujuan nyata. Banyak organisasi menggunakan hackathons / sesi brainstorming glamor hanya untuk menunjukkan bahwa mereka “berinovasi” tanpa mengimplementasikan ide-idenya.

2. Kurangnya Dampak Nyata:🤓
Tidak ada perubahan signifikan / nilai tambah yang dihasilkan. Meski terlihat sibuk & penuh aktivitas, tidak ada solusi konkret / hasil bermanfaat bagi perusahaan / masyarakat. Ide-ide sering kali berhenti di papan tulis & tidak pernah diwujudkan.

3. Simbolisme:🥸
Lebih fokus pada simbol / ritual daripada tujuan bisnis nyata. Ini bisa berupa jargon inovasi, publikasi media, / pameran teknologi tanpa substansi nyata (Garcia & Calantone, 2002).
Sebaliknya, Actual Innovation adalah proses yang menghasilkan perubahan nyata & terukur dalam organisasi. Berikut adalah beberapa ciri utama:

1. Hasil Nyata:😎
Menghasilkan produk, layanan, / proses baru yang memberikan nilai tambah & meningkatkan efisiensi berdasarkan kebutuhan nyata (Voss et al., 2006).

2. Implementasi & Eksekusi:🎯
Ide-ide diuji, disesuaikan, & diterapkan hingga menjadi solusi yang bermanfaat (DiMaggio & Stenberg, 1985).

3. Dampak Bisnis:📈
Inovasi memberikan dampak terukur, seperti peningkatan pendapatan / pengurangan biaya, membawa perubahan positif dalam keuntungan & efisiensi (Drucker, 1998).

Innovation theater fokus pada penampilan tanpa hasil nyata, sementara actual innovation menghasilkan perubahan konkret yang meningkatkan nilai. Penting untuk memastikan inovasi yang dilakukan benar-benar berdampak nyata, bukan sekadar simbolisme! Ayo kongkretkan !🚀

The Barakah Effect

Sering kali istri saya berkata, “Wah, saya menikahi seseorang dengan Hustle Culture!” Kemudian banyak terjadi argumen terkait itu, karena ada banyak perbedaan yang tak terlihat terutama dari aspek niat, tujuan, fokus, dan hal lainnya.

Membuka buku “The Barakah Effect” oleh Mohammed Faris rasanya menggambarkan apa yang perlu dijelaskan terkait ini. Budaya Barakah dan Hustle Culture adalah dua pendekatan hidup yang sangat berbeda. Pendekatan Barakah berpusat pada Allah SWT dan didorong oleh tujuan serta dampak positif, sementara pendekatan Hustle berpusat pada ego dan kesuksesan pribadi. Individu dengan pendekatan Barakah lebih fokus pada kehidupan setelah mati dan mencari penerimaan dari Allah SWT, berbeda dengan mereka yang lebih berorientasi pada hasil dunia.

Pola pikir berkelimpahan membuat seseorang merasa cukup dan bersyukur, sedangkan pola pikir kelangkaan membuat mereka tidak pernah puas dan selalu mencari lebih banyak. Fokus dalam pendekatan Barakah membantu seseorang tetap konsentrasi pada tugas, sementara dalam pendekatan Hustle, gangguan sering mengalihkan perhatian mereka. Individu yang mengikuti pendekatan Barakah didorong untuk senantiasa bersyukur dan menghargai ketenangan serta presence-nya saat ini, sedangkan mereka yang lebih mencari pengakuan dan merasa perlu untuk selalu sibuk.

Rasa tanggung jawab dan akuntabilitas tinggi dibandingkan dengan rasa hak dalam pendekatan Hustle. Usaha kecil tapi konsisten lebih dihargai dalam pendekatan Barakah, sementara pendekatan Hustle cenderung mengutamakan perubahan besar dan sering berpindah-pindah fokus.

Memahami perbedaan ini akan membantu menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna, mengarahkan kita untuk lebih menyelaraskan tujuan hidup dengan nilai spiritual, mempraktikkan syukur, fokus pada kualitas, mencari ketenangan, mengembangkan pola pikir kelimpahan, membangun tanggung jawab, dan melakukan usaha kecil yang konsisten. Menyelaraskan profesionalisme dengan pendekatan Barakah memerlukan komunikasi terbuka, diskusi tentang tujuan serta nilai bersama, dan kesadaran untuk bekerja dengan integritas serta dedikasi untuk mencapai kesuksesan yang seimbang dan punya makna yang dalam❤️

Teoritis Vs Konkret

Selalu gemas dan tersenyum simpul dengan kawan-kawan yang bilang kongkretkan dong! Ah kamu kebanyakan konsep!

Ada sesuatu hal yang paling kami senangi dalam ekosistem ini, yakni bergagasan, kemudian merangkainya menjadi gambaran besarnya, melengkapi dengan strategi membangunnya dengan cara-cara baru serta menginventarisir simpul-simpul katalisatornya.

Sering kali juga kami dianggap teoritis, dan atau bahkan terlalu banyak nge-gas bereksperimen. Justru kami berupaya menyeimbangkan, menyandingkan gagasan dengan eksprimennya dengan segera.

Istilah kongkret justru sangat erat dengan ekosistem kaya gagasan ini. Namun yang membedakannya adalah, dibalik ini ada kerangka-kerangkan berpikir yang digunakan. Basis ilmu pengetahuan, pendekatan-pendekatan dan model yang teruji secara saintifik justru sangat bermanfaat untuk memastikan kerbehasilan sebuah implementasi gagasan.

Setiap eksperimen dibuatkan cakrawala waktunya, setiap kemenangan dirancang probabilitasnya agar semakin besar dengan memastikan simpul-simpul mana yang akan disentuh agar bisa tercapai percepatannya, serta yang paling penting juga dalam sebuah yang kongkret itu adalah kesungguhan merawat keberlanjutanya.

Kongkret itu bukan aktivitas tabrak lari atau langsung jadi, namun tertuang dalam konsistensi menjaga imajnasi hingga terwujud nyata. Ada proses membangun yang tak hadir dalam sekejap.

Satu hal lagi, proses & konsistensi itu penting dalam menghadirkan sebuah formulasi program kongkret, lebih penting lagi adalah memahami bahwa tak ada formulasi yang sama bagi setiap masalah yang berbeda. Kongkret itu adalah wujud nyata bahwa kita bersama-sama mewujudkan formulasi terbaik & mendekatkan dengan tujuannya masing-masing.

Kami tak suka mendikotomikan antara teori dan aksi, kami memilih memadukannya. Ilmu pengetahuan selalu menjadi bahan belajar terbaik diramu bersama dengan pengalaman. Agar proses dijalankan antara wisdom dan keberanian membuatnya bisa berakselerasi.

Bagaimana versi konkret kamu?

Model Bisnis Konvensional & Model Bisnis Sosial

Model bisnis konvensional & model bisnis sosial punya perbedaan mendasar dalam visi, tujuan, dan penggunaan keuntungan. Model bisnis konvensional fokus pada keuntungan maksimal bagi pemegang saham & pemilik usaha. Keuntungan yang dihasilkan biasanya digunakan untuk memperbesar lini usaha yang ada atau membuka lini usaha baru, dengan tujuan utama meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan imbal hasil finansial yang lebih besar bagi para pemilik modal✨

Sebaliknya, model bisnis sosial punya visi yang lebih luas, berfokus pada dampak sosial dan pemberdayaan komunitas. Model bisnis sosial didorong oleh visi sosial yang kuat dan menggunakan pendekatan profesional dalam operasional usahanya. Sebagian keuntungan yang dihasilkan dialokasikan untuk memberdayakan penerima manfaat, memastikan mereka dapat mandiri dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini menciptakan siklus positif di mana usaha tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan😇

Kesalahpahaman umum adalah bahwa model bisnis sosial hanya berfokus pada visi sosial tanpa pendekatan bisnis yang profesional. Padahal, keberhasilan model bisnis sosial sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan visi sosial dengan strategi bisnis yang efisien dan efektif. Dengan demikian, bisnis sosial dapat beroperasi secara berkelanjutan dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat sambil tetap menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mendukung operasionalnya😎

Sebaliknya, model bisnis konvensional beroperasi dengan prioritas utama pada ekspansi bisnis dan peningkatan profitabilitas tanpa fokus utama pada dampak sosial🤩

Dalam mengelola model bisnis konvensional, pengelola fokus pada optimalisasi operasi, pengembangan produk, strategi pemasaran, dan manajemen risiko untuk meningkatkan profitabilitas dan memperluas pasar. Sementara itu, pengelolaan model bisnis sosial memerlukan pendekatan lebih holistik, termasuk pengembangan program pemberdayaan, kolaborasi dengan komunitas lokal, serta monitoring dan evaluasi dampak sosial yang dihasilkan. Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci untuk memastikan dana digunakan sesuai tujuan sosial yang telah ditetapkan📈

Problem Solver

Saat ini, menjadi seorang Problem Solver sangat penting karena dunia semakin kompleks dan berubah dengan cepat. Tantangan yang dihadapi individu dan organisasi bersifat dinamis dan memerlukan solusi inovatif yang cepat diimplementasikan. Problem solver yang efektif mampu menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah inti, dan menemukan solusi kreatif yang praktis🤩

Punya jiwa wirausaha dan kepemimpinan sangat penting, bahkan jika kita tidak berencana menjadi wirausahawan atau pemimpin. Jiwa wirausaha melibatkan sikap dan pola pikir proaktif, inovatif, dan berani mengambil risiko untuk mencapai tujuan. Jiwa kepemimpinan, di sisi lain, mencakup kemampuan memotivasi, mempengaruhi, dan mengarahkan diri sendiri serta orang lain menuju kesuksesan bersama🥳

Menjadi problem solver adalah keterampilan krusial di berbagai bidang kehidupan. Ini mencakup kemampuan komunikasi, analisis masalah, kreativitas dan inovasi, prototyping, umpan balik dan iterasi, serta fasilitasi😎

Jiwa wirausaha membantu seseorang selalu mencari peluang dan berinovasi dalam situasi apapun, baik dalam pekerjaan, komunitas, maupun kehidupan pribadi. Jiwa kepemimpinan memungkinkan seseorang mengambil inisiatif, memimpin dengan memberi contoh, dan membimbing orang lain menuju tujuan bersama. Kombinasi kedua jiwa ini membuat seseorang lebih adaptif dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan🚀

Dengan mengembangkan jiwa wirausaha dan kepemimpinan, setiap individu dapat berperan sebagai problem solver yang efektif, mampu menghadapi tantangan dengan cara inovatif dan kolaboratif. Ini berguna dalam konteks profesional dan kehidupan sehari-hari, membantu kita menjadi lebih adaptif, proaktif, dan siap menghadapi situasi kompleks. Belajar berperan sebagai problem solver adalah investasi penting dalam pengembangan diri yang memberikan manfaat jangka panjang bagi individu dan masyarakat🥳

Skripsi & AI

Melihat berbagai feeds di TikTok yang menawarkan AI untuk mempercepat tugas, bahkan mengerjakan skripsi, menimbulkan kekhawatiran. Proses pendidikan bukan sekadar untuk lulus dan menyelesaikan skripsi, tetapi lebih penting adalah perjalanan dan proses belajarnya. Keterampilan, nilai, cara berpikir kritis, kepemimpinan, dan berbagai nilai lainnya diperoleh melalui proses pendidikan yang tidak dapat digantikan oleh AI.

Jika mahasiswa hanya fokus pada hasil akhir tanpa menghargai proses, mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan penting untuk masa depan. Penggunaan AI atau jasa joki untuk menyelesaikan tugas akademik mungkin memberikan hasil instan, tetapi tidak akan memberikan pemahaman mendalam dan keahlian yang dibutuhkan.

Pendidikan adalah tentang membangun fondasi kuat untuk masa depan. Ketika keterampilan ini tidak dikembangkan melalui proses belajar yang sebenarnya, masalah akan muncul di masa depan. Kesuksesan sejati bergantung pada apa yang kita pelajari dan kembangkan dalam diri kita, bukan pada alat atau teknologi. AI bisa menjadi alat hebat untuk mendukung pembelajaran, tetapi tidak boleh menggantikan proses pendidikan itu sendiri.

Lulus bukan sekadar output kuantitas seperti lulus cepat, IPK tinggi, dan terbitnya publikasi. Yang lebih utama adalah memastikan angka-angka tersebut muncul karena kualitas yang dibangun melalui proses yang baik. Proses belajar yang mendalam akan menghasilkan angka-angka tersebut dengan sendirinya, mencerminkan kualitas yang sesungguhnya.

Ketergantungan terhadap AI menjadi mengkhawatirkan. Yok! Proses belajar inilah yang membentuk kita menjadi individu kompeten, punya integritas & siap menghadapi tantangan masa depan. Jadikan teknologi sebagai katalis pembelajaran, bukan pengganti. Tetap fokus pada perjalanan belajar, karena masa depan kesuksesan terletak pada keterampilan dan nilai yang kita tanamkan dalam diri melalui proses tersebut.

Myopia Temporal

Bayangkan sekelompok nelayan yang sangat fokus pada tangkapan ikan mereka. Mereka bekerja keras, menebar jala, dan menarik hasil tangkapan dengan antusias. Namun, karena terlalu sibuk dengan tangkapan, mereka lupa memperhatikan arah perahu dan kondisi sekitar. Akibatnya, perahu mereka menabrak karang dan karam, menghancurkan segala upaya yang telah mereka lakukan.

Analogi ini menggambarkan gimana kita sering terjebak dalam kepentingan jangka pendek tanpa melihat ke depan. Seperti nelayan yang terlalu fokus pada tangkapan mereka, kita juga bisa terlalu fokus pada tujuan-tujuan kecil sehari-hari, sehingga kehilangan pandangan tentang tujuan besar kita.

Dalam teori manajemen, ini dikenal sebagai “myopia temporal” (kebutaan waktu), kecenderungan untuk lebih memfokuskan pada hasil jangka pendek dibandingkan jangka panjang, ketidakmampuan untuk melihat atau mempertimbangkan hasil jangka panjang dari suatu tindakan, sering mempengaruhi keputusan kita. Otak kita sangat fokus pada kepuasan jangka pendek dari keputusan kita, dan kita tidak melihat lebih jauh dari itu. Kemudian kita hidup untuk menanggung konsekuensinya.

Studi menunjukkan bahwa manusia cenderung mengalami “diskon temporal”, yaitu menilai hasil yang lebih dekat waktunya lebih tinggi daripada yang jauh di masa depan. Ini sering membuat kita mengambil keputusan yang menguntungkan saat ini tetapi merugikan di masa depan. Mengapa otak kita cenderung bias terhadap kepuasan segera? Myopia temporal tidak akan hilang, tapi manusia sangat bisa melatih diri untuk berpikir jangka panjang. Ancaman terbesar bagi kita saat ini muncul dari kurangnya kemampuan berpikir jangka panjang.

Jika kita merasa tak puas dalam kehidupan pribadi atau bisnis, kemungkinan besar itu akibat keputusan myopik kita. Daniel Goleman dalam “Emotional Intelligence” menulis bahwa kita harus “menunda kepuasan.” Jika sadar benar tentang ini, kita bisa menggabungkan visi jangka panjang dengan tindakan jangka pendek yang terarah. Jangan biarkan kepentingan jangka pendek bikin kita tersesat dan karam. Tetap fokus, seimbangkan tujuan, dan raihlah keberhasilan jangka panjang dengan langkah kecil yang terarah🎯