
Simak deh ungkapan ini:
Saya mau bantu Warung Tegal memisahkan sampah,” lalu membawa 2 tempat sampah kuning & hijau. Tapi, masalah pemilahan sampah tetap tidak terselesaikan🥲

Membantu Warung Tegal adalah kesalahan dalam Design Thinking karena Warung Tegal adalah benda mati—tempat, fisik, atau sistem. Design Thinking berfokus pada manusia di balik masalah. Kalimat yang tepat adalah: “Saya mau bantu pemilik Warung Tegal.”

Dengan fokus ini, langkah berikutnya adalah berempati pada pemilik warung, individu yang menjalani rutinitas, menghadapi tantangan, dan memiliki kebiasaan tertentu. Mungkin pemilik merasa pemilahan sampah memakan waktu, merepotkan di tengah kesibukan, atau tidak memahami pentingnya pemilahan. Bisa jadi ada kendala lain, seperti tidak ada sistem pengangkutan sampah terpilah atau keterbatasan ruang yang membuat tempat sampah tambahan mempersempit area kerja.

Dengan berfokus pada pemilik warung, solusi tidak hanya sebatas menyediakan tempat sampah, tetapi juga memahami perilaku, motivasi, dan hambatan mereka. Solusinya bisa berupa edukasi, perubahan proses kerja yang lebih praktis, atau kemitraan dengan pengelola sampah terpilah.

Kalimat “Mau bantu siapa?” mencerminkan pola pikir Design Thinker sejati karena fokusnya pada orang yang dibantu. Ini selaras dengan prinsip User Centricity, di mana inovasi dimulai dari pemahaman mendalam tentang siapa pengguna atau orang yang menghadapi masalah. Pendekatan ini menempatkan empati di depan, mendorong pemahaman tentang kebutuhan, keinginan, dan tantangan pengguna sebelum mencari solusi.

Sebaliknya, pertanyaan “Mau dibantu apa?” menggeser fokus ke solusi yang mungkin tidak relevan dengan kebutuhan sebenarnya. Ini menunjukkan pendekatan reaktif dan solusi-sentris, bukan user-centric. Dengan langsung menanyakan “apa”, ada kecenderungan mengasumsikan masalah sudah jelas, padahal sering kali yang terlihat bukanlah akar masalah.

Inti Design Thinking adalah memahami bahwa inovasi bukan tentang menciptakan solusi canggih, tetapi membantu orang dengan cara yang bermakna dan relevan. Empati adalah langkah pertama yang krusial—tanpanya, solusi terasa dangkal dan tidak relevan, meskipun secara teknis benar🎉


No comment yet, add your voice below!