Etika dan Integritas

Masih pentingkah integritas?
Apa hubungannya dengan inovasi?

Etika dan integritas adalah pilar penting dalam mencapai tujuan inovasi yang berkelanjutan. Di dunia modern ini, sukses sebuah inovasi tidak hanya diukur dari keuntungan ekonominya, tetapi juga dari bagaimana ia dijalankan secara bertanggung jawab dan etis🥳

Mengapa etika dan integritas itu penting?
Pertama, keduanya akan membangun kepercayaan. Jika seorang individu atau institusi dikenal etis, lebih banyak orang—baik itu konsumen maupun investor—akan percaya dan mendukung perusahaan tersebut. Kepercayaan ini penting untuk memastikan perusahaan dapat bertahan lama, karena meningkatkan reputasi dan kesetiaan masyarakat.

Kedua, integritas akan membantu kamu menciptakan nilai yang tahan lama. Produk atau jasa harus dihasilkan dengan mempertimbangkan dampaknya yang lebih luas dan jangka panjang. Jika aspek ini diabaikan, individunya mungkin menghadapi masalah serius dari masyarakat, atau bahkan khukum😎

Ketiga, individu yang menerapkan etika dan integritas sebagai bagian dari strategi intinya cenderung lebih mampu menghadapi perubahan dan tantangan. Ini membuat mereka lebih kuat dan fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian.

Selain itu, dengan menerapkan etika dan integritas, individu jadi bisa membuka peluang baru, berpeluang menjado pemimpin & membuka akses-akses baru dan yang sebelumnya tidak ada.

Singkatnya, etika dan integritas bukan cuma tentang “melakukan hal yang benar”, tapi kunci untuk membangun dasar yang kuat untuk keberhasilan jangka panjang. Pihak-pihak yang mengintegrasikan nilai-nilai ini ngga cuma memberikan kontribusi pada dunia agar hadir lebih baik, tetapi juga memastikan keberlangsungan dampak baik dalam jangka yang panjang😇

Jangan sungkan sebar kebermanfaatan!🥳

WHY

Seringkali, konflik terjadi karena orang-orang berfokus pada perbedaan yang tampak di permukaan—pada tindakan atau pada hal-hal yang terlihat secara eksplisit.

Memfokuskan perhatian pada “Why” dalam setiap diskusi atau pemahaman sebuah topik tidak hanya penting, tetapi sering kali menjadi kunci untuk membuka wawasan yang lebih dalam dan menyeluruh. Di dunia yang kompleks, di mana setiap individu dan kelompok datang dengan latar belakang, nilai, dan motivasi yang berbeda, memahami “Why”—alasan mengapa orang bertindak, berpikir, atau merasa tertentu—memberikan wawasan yang lebih substansial daripada sekadar mengetahui “What” (apa yang terjadi) atau “How” (bagaimana sesuatu terjadi).

Mendiskusikan “Why” mengangkat kita ke level pemahaman yang lebih emosional & psikologis. Pendekatan ini tidak hanya sekadar mengetahui fakta atau prosedur, tetapi juga menggali lebih dalam ke dalam motivasi dan konteks yang membentuk perilaku dan kepercayaan.

Pendekatan ini membantu kita mengidentifikasi titik temu dan perbedaan pada tingkat yang lebih mendasar.

Memahami “Why” seseorang atau kelompok bertindak tertentu membuka jalan bagi empati. Empati adalah kemampuan untuk memasukkan diri kita ke dalam posisi orang lain dan melihat dunia melalui pandangan mereka. Ketika kita memahami alasan di balik tindakan atau kepercayaan seseorang, kita cenderung mendekati mereka dengan rasa hormat dan keterbukaan, bukan prasangka atau ketidaksabaran.

Lebih lanjut, pendekatan berbasis “Why” juga penting dalam memperkaya literasi antarkelompok, memperkaya pemahaman kita sendiri dan mengurangi kesalahpahaman. Literasi ini mencakup bukan hanya pembelajaran fakta baru, tetapi juga pengembangan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif.

Oleh karena itu, mengarahkan diskusi atau analisis dari perspektif “Why” tidak hanya membantu dalam memahami isu yang lebih luas, tetapi juga mempromosikan toleransi, kerjasama, dan koeksistensi antarkelompok yang lebih harmonis. Setiap pribadi punya cerita; tiap cerita memiliki alasan; dan menghargai alasan tersebut adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih terbuka dan inklusif🤩

Skill Will Matrix

Dalam konteks organisasi pembelajar, tidak cukup hanya memiliki individu yang kompeten; yang lebih penting adalah bagaimana ekosistem organisasi mendukung pertumbuhan setiap individu, baik mereka yang memiliki skill rendah, will rendah, atau kombinasi keduanya. Organisasi pembelajar mengakui bahwa pertumbuhan & pengembangan adalah proses berkelanjutan, & ini di mana “Skill Will Matrix” menjadi sangat relevan.

Organisasi pembelajar menekankan pada pembelajaran terus-menerus & adaptasi. Dalam konteks ini, Matrix ini bukan hanya alat untuk manajemen kinerja, tapi juga untuk pengembangan pribadi & profesional. Dengan mengidentifikasi di mana setiap anggota tim berada dalam matrix, pemimpin bisa menyesuaikan strategi pembelajaran & pengembangan mereka untuk memaksimalkan potensi tiap individu.

🤩 High Skill-High Will: 
Model ideal. Anggota tim ini dapat diandalkan untuk berbagi pengetahuan & membimbing rekan-rekannya. Mereka harus diberi kesempatan untuk memimpin proyek / inisiatif pembelajaran.

😩 Low Skill-High Will: 
Anggota tim ini memiliki keinginan kuat untuk belajar. Mereka harus diberikan akses ke pelatihan & mentorship untuk membangun keterampilan mereka. Lingkungan yang mendukung & kesempatan untuk belajar dari kesalahan sangat penting.

😳 High Skill-Low Will: 
Tantangan di sini adalah menemukan cara untuk memotivasi. Ini bisa melalui proyek yang lebih menantang, peran kepemimpinan dalam inisiatif pembelajaran, atau menghubungkan pekerjaan mereka dengan tujuan yang lebih besar dari organisasi.

😓 Low Skill-Low Will: 
Ini mungkin yang paling menantang. Pendekatan yang mungkin efektif adalah melalui pembinaan intensif, memberikan umpan balik konstruktif, & menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas & terukur.

Ini bukan hanya tentang mengelola kinerja, tapi tentang memahami & mendukung perjalanan pembelajaran setiap individu, tentang menciptakan budaya di mana pembelajaran dihargai, kesempatan untuk tumbuh diberikan kepada semua, & di mana tiap anggota tim dilihat sebagai aset yang berharga dengan potensi unik mereka sendiri, berkembang bersama dengan anggota timnya✨✨✨

What is design accountable for in a product company?

Sebuah tulisan Thomas Sutton dalam UX Collective 2024 bertajuk What is design accountable for in a product company? menarik sekali untuk dibahas, terkait bagaimana sebuah produk melahirkan outcomes bagi penggunanya?✨

Di balik setiap desain yang kita cintai, terdapat perpaduan seni dan sains yang memikat hati dan pikiran. Desain bukan sekadar tentang estetika; ia adalah jembatan yang menghubungkan kegunaan (usability) dengan keterjangkauan (accessibility),menciptakan pengalaman tanpa batas (barrier-free) bagi setiap pengguna. Kita berbicara tentang sintesis antara kebermanfaatan (usefulness) dan kesenangan (enjoyment), di mana setiap sentuhan dan interaksi dengan produk tidak hanya memenuhi kebutuhan, tetapi juga menumbuhkan kecintaan❤️

Lebih jauh, desain yang efektif adalah tentang menciptakan kesesuaian kontekstual (context-fit) dengan kesederhanaan jaringan (net-simplicity), mengubah realitas yang kacau menjadi pengalaman yang harmonis dan intuitif. Setiap elemen dirancang untuk meningkatkan kehidupan pengguna, mendorong mereka menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri🤩

Namun, perjalanan untuk mencapai hasil produk (product outcomes) yang luar biasa ini tidaklah sederhana. Di balik layar, ada kerumitan yang harus ditaklukkan – mulai dari penjualan (sales), pemasaran (marketing), layanan pelanggan (customer services), desain, ilmu pengetahuan (science), hingga teknologi. Semua elemen ini berkolaborasi, berinovasi, dan terus-menerus beradaptasi untuk menciptakan nilai bisnis (business value), manfaat pengguna (user benefit), dan dampak sistemik yang berarti🎯

Ketika desain bertemu dengan kecintaan, kegunaan, dan inovasi, kita tidak hanya mendapatkan produk yang luar biasa; kita mendapatkan pengalaman yang mengubah kehidupan. Desain yang hebat adalah tentang menciptakan produk yang tidak hanya kita gunakan, tetapi juga kita cintai, yang pada akhirnya membawa kita ke masa depan yang lebih cerah dan lebih baik🚀

Servant Leadership

Bergesernya pola kepemimpinan transformatif, menjadikan konsep Servant Leadership jadi makin populer, Servant leadership itu ibarat seorang kapten yang tidak hanya memerintah kapalnya dari dek atas tetapi turun ke bawah untuk membantu awaknya🚢🚢🚢

Pemimpin jenis ini tidak cuma memikirkan tentang bagaimana caranya bisa tiba di tujuan, tapi juga memastikan seluruh awak kapal ikut berkembang dan merasa penting dalam perjalanan tersebut⚓️

Bayangkan seorang pelatih sepak bola yang tidak hanya memberi strategi permainan, tetapi juga mendengarkan dan memahami kebutuhan pemainnya. ⛹️‍♂️🤾🏻‍♀️Dia melatih tidak hanya untuk memenangkan pertandingan, tetapi juga untuk membuat setiap pemain menjadi yang terbaik. Itulah esensi dari servant leadership: memimpin dengan hati, bukan hanya dengan perintah⚽️🏀🏈

Servant leadership mengajarkan kita untuk menjadi pemimpin yang membantu anggota tim kita menemukan kekuatan mereka, mengatasi ketakutan, dan bersinar. Ini tentang menunjukkan kepedulian yang sebenarnya kepada orang-orang yang kita pimpin dan bekerja sama dengan mereka untuk mencapai tujuan yang lebih besar 🎯🎯🎯

Ketika kita memimpin dengan cara ini, kita tidak hanya mencapai target kita, tetapi juga membangun tim yang kuat dan setia yang merasa dihargai dan didengarkan. Di dunia di mana semua orang ingin didengar dan diakui, servant leadership adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif & produktif🚀

Konsep balas budi & ‘pay it forward’

Konsep balas budi & ‘pay it forward’ punya perbedaan mendasar dalam konteks keberlanjutan. Balas budi/ ‘reciprocity’, berfokus pada tindakan membalas kebaikan yang telah diterima kepada orang yang sama / kelompok yang telah memberikan kebaikan tersebut. Ini adalah siklus yang cenderung tertutup, di mana kebaikan dipertukarkan antara individu atau kelompok tertentu. Misalnya, jika seseorang membantu kita, kita akan membantu orang tersebut kembali sebagai tanda terima kasih.

Di sisi lain, ‘pay it forward’ adalah konsep di mana seseorang tidak langsung membalas kebaikan yang diterima kepada orang yang sama, tetapi lebih memilih untuk memberikan kebaikan kepada orang lain. Ini menciptakan rantai kebaikan yang terus berlanjut & dapat menyebar luas dalam masyarakat.

Dalam konteks keberlanjutan, ‘pay it forward’ menjadi pendekatan yang lebih relevan & efektif. Keberlanjutan tidak hanya tentang kebaikan atau manfaat yang kita terima, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat memberikan kontribusi positif untuk masa depan. Ini mencakup kepedulian terhadap lingkungan, masyarakat & generasi yang akan datang.

‘Pay it forward’, ngga hanya terfokus pada pengembalian kebaikan yang telah kita terima, tetapi lebih luas dalam memberikan dampak positif yang terus menerus.

Pendekatan ini juga mendorong pola pikir yang lebih inklusif dan berkelanjutan, setiap individu menjadi bagian dari jaringan yang lebih besar, di mana tindakan positif mereka tidak hanya memengaruhi orang yang langsung mereka bantu, tetapi juga mendorong penerima manfaat untuk melakukan hal yang sama. Ini menciptakan efek domino yang dapat menghasilkan perubahan sosial yang lebih luas dan berkelanjutan.

Selain itu, ‘pay it forward’ membantu memupuk rasa tanggung jawab kolektif dan kesadaran bahwa tindakan kita memiliki dampak jangka panjang.

Balas budi adalah konsep yang berharga dalam konteks hubungan interpersonal, tapi dalam hal keberlanjutan, ‘pay it forward’ memberikan kerangka kerja yang lebih luas & berdampak untuk menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan, memberi lebih dari yang kita terima dan berkontribusi terhadap rantai kebaikan yang tidak berakhir 🤩

Etika & Legal Standing

Di dunia yang semakin kompleks, pemahaman mendalam tentang bagaimana etika & legal standing berdampingan jadi sesuatu yang amat kritis.

Di hari-hari terakhir ini kita belajar bahwa etika, yang berakar pada moralitas & prinsip benar / salah, malah seringkali jadi bersifat subjektif & berbeda-beda tergantung konteks budaya / pribadi. Di sisi lain, legal standing terfokus pada kepatuhan terhadap hukum yang jelas & objektif, sering kali tidak melibatkan penilaian moral😔

Ketika tindakan yang legal bertentangan dengan etika, muncul konflik moral. Keputusan yang sepenuhnya legal tetapi dianggap tidak etis oleh masyarakat bisa merusak reputasi & kepercayaan. Ini menunjukkan pentingnya tidak hanya mengikuti hukum tetapi juga mempertimbangkan dampak etis tindakan kita.

Untuk mencapai keseimbangan, kita perlu memastikan bahwa hukum mencerminkan nilai-nilai etis masyarakat. Pendidikan tentang etika & hukum yang menyeluruh jadi penting, mengembangkan kode etik yang kuat, tidak hanya memenuhi persyaratan hukum tetapi juga menghormati standar etis tinggi.

Dialog terbuka tentang bagaimana etika & hukum saling berinteraksi jadi sangat penting. Masyarakat perlu terlibat dalam diskusi yang membantu menyelesaikan perbedaan pandangan & meningkatkan pemahaman bahwa etika & hukum bukan cuma 2 entitas terpisah, tetapi harus bekerja sama untuk kebaikan bersama.

Individu harus mengambil tanggung jawab pribadi untuk mempertimbangkan etika dalam keputusannya, tidak hanya mengandalkan hukum sebagai panduan. Tanggung jawab profesional & pribadi dalam mempertimbangkan etika & hukum sangat penting dalam mendorong tindakan yang bertanggung jawab.

Apapun kebijakannya, walau etika & hukum terpisah, sangat penting memampukan diri menyelaraskannya, memperbarui & menyesuaikan kebijakan dengan perubahan nilai & norma sosial untuk memastikan relevansi & efektivitasnya. Responsif terhadap perubahan sosial & kebutuhan masyarakat modern jadi kunci menjaga keseimbangannya.

Lewat pendidikan, dialog, kebijakan yang responsif & tanggung jawab pribadi, sesungguhnya bisa kita ciptakan, masyarakat yang lebih adil & bertanggung jawab.

Namun sayangnya ruang-ruang dialog & gagasan itu kian tercerabut 😊

Menggeser titik akhirnya lebih jauh.Dari sekedar life menjadi afterlife.

Menggeser titik akhirnya lebih jauh.
Dari sekedar life menjadi afterlife.

Memahami kehidupan setelah mati dan mengakui Sang Maha Kuasa sebagai Ar Razaq membawa transformasi mendalam dalam pandangan hidup. Konsep ini menjauhkan individu dari kemunafikan, kufur, dan syirik, seringkali akibat ketidakpuasan atau keraguan terhadap ketentuan Ilahi.

Kesadaran akan kekuatan yang mengatur alam semesta mengarahkan pada sikap ikhlas & pasrah kepada kehendak-Nya, mengurangi perilaku yang didorong oleh nafsu dan ego, kepentingan sebatas dunia..

Dengan menggeser pemahaman ini lebih jauh, ketergantungan pada manusia atau benda material berkurang. Ini bukan berarti menghindari interaksi sosial atau tidak bekerja keras, melainkan menginternalisasi bahwa segala sesuatu di dunia hanya sarana, dan kepuasan sejati serta ketenangan hati berasal dari hubungan dengan Sang Pencipta. Keyakinan bahwa apa yang ditakdirkan akan tiba pada waktunya, dicukupkan porsinya, signifikan mengurangi kecemasan terhadap kehilangan atau kegagalan.

Pandangan ini membantu individu untuk lebih bersyukur dan bersabar dalam menghadapi tantangan hidup. Hidup menjadi lebih empatik, terbuka, tidak juga cepat menghakimi, fokus pada tindakan yang penuh makna, mencipta lebih banyak dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain. Terkandung pula didalamnya kejujuran dan integritas pada setiap aspek kehidupan, waspada terhadap tindakan yang menyebabkan kemunafikan atau penyimpangan dari jalan yang lurus.

Menggeser fokus dari “life” ke “afterlife” menghasilkan ketenangan, fokus, dan orientasi pada tujuan yang lebih tinggi. Pemahaman bahwa kehidupan dunia adalah sementara, dan persiapan untuk kehidupan setelah mati memungkinkan menghadapi kesulitan dengan sikap yang lebih matang dan tenang, menuju taqwa, adab & akhlak yang lebih baik.

Keyakinan pada kehidupan setelah mati dan pengakuan terhadap Sang Maha Kuasa sebagai pemberi rejeki mengubah individu tidak hanya dalam cara berpikir tetapi juga dalam tindakan dan interaksi sehari-hari. Berpusat pada nilai-nilai keabadian dan kebenaran spiritual, pandangan ini membawa kedamaian batin dan kepuasan hidup yang lebih mendalam.

InsyaAllah.

Konsistensi vs Loyalitas

Konsistensi vs. Loyalitas:

Seringkali loyalitas kepada individu menjadi buta ketika sang individu idola berubah haluan, dan sang pengikut kerap jadi bingung, harus loyal pada siapa, individunya atau tujuannya?

Mengapa konsistensi pada tujuan jadi lebih utama daripada loyalitas pada individu?

✅ Pastikan konsisten & fokus pada tujuan jangka panjang;
Konsistensi menjamin tindakan yang selaras dengan hasil yang diinginkan dalam jangka panjang. Ini membantu mempertahankan arah dan fokus, bahkan saat kondisi atau orang-orang berubah✨

✅ Adaptabilitas dan Fleksibilitas;
Loyalitas kepada individu dapat menciptakan ketergantungan yang berlebihan padanya, sementara konsistensi terhadap tujuan memungkinkan adaptasi dengan situasi yang berubah🙌

✅ Penghindaran Bias dan Subjektivitas;
Loyalitas kepada individu bisa mengaburkan penilaian dengan bias dan subjektivitas, sedangkan Konsistensi terhadap tujuan membawa pendekatan yang lebih objektif🎯

✅ Mencegah Konflik Kepentingan;
Loyalitas kepada individu bisa menimbulkan konflik kepentingan, sementara Konsistensi dengan tujuan memastikan keputusan dan tindakan yang selaras dengan visi lebih besar🏅

✅ Membangun Kepercayaan dan Kredibilitas;
Konsistensi dalam mengejar tujuan membangun kepercayaan dan kredibilitas, baik di dalam maupun di luar organisasi, mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sasaran organisasinya bukan individunya💫

✅ Pemberdayaan dan Pertumbuhan;
Konsistensi memungkinkan organisasi untuk tumbuh dan beradaptasi berdasarkan pengalaman, mendorong inovasi dan perbaikan berkelanjutan🚀

Meskipun loyalitas penting dalam membangun hubungan yang kuat dan mendukung lingkungan kerja yang positif, konsistensi dalam mengejar tujuan dianggap lebih kritis untuk kesuksesan jangka panjang. Ini karena konsistensi memberikan arah, kestabilan, dan kerangka kerja yang memungkinkan adaptasi, pertumbuhan, dan inovasi, sambil meminimalkan bias dan konflik kepentingan.

Loyalitas kepada individu, meskipun berharga, harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak mengganggu pencapaian tujuan yang lebih luas.

Kamu berada dimana?🙌🙌

The Magic of Thinking Big

Dari bukunya David J Schwartz, The Magic of Thinking Big. Dikemukakan satu istilah yang mungkin jarang terdengar tapi sering dilakukan, Excusitis🧐

Excusitis adalah kebiasaan membuat alasan yang sering menghambat kita dari mencapai keberhasilan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat seperti “Saya ngga cukup pintar” atau “Saya terlalu tua.” Ini adalah contoh excusitis, di mana kita mencari alasan untuk ngga mengejar tujuan kita.

Untuk mengatasi excusitis, kita perlu sadar bahwa alasan tersebut sebenarnya adalah hambatan mental kita sendiri. Cara mengubahnya adalah dengan mengganti pemikiran negatif dengan yang positif. Contohnya, daripada berpikir “Saya ngga mampu,” kita bisa berpikir “Saya bisa belajar dan berkembang.”😔

Selain itu, membangun kepercayaan diri sangat penting. Kita bisa mulai dengan menetapkan tujuan yang realistis dan merayakan setiap keberhasilan, meskipun kecil. Ini akan membantu kita percaya pada kemampuan diri sendiri. Tapi dilakukan dengan konsisten yaa!

Penting juga untuk bertindak. Ngga cukup hanya dengan berpikir positif, kita juga perlu mengambil langkah nyata. Tindakan, bahkan yang kecil sekalipun, dapat membantu kita mengatasi kebiasaan mencari alasan🤯

Salah satu pelajaran utama adalah fokus pada solusi “Future Focused”, bukan masalah “Problem Focused”Dengan selalu mencari cara untuk mengatasi hambatan, kita menjadi lebih proaktif dan ngga terjebak dalam membuat alasan🤓

Dari semua ini, kita belajar bahwa untuk mencapai keberhasilan, kita perlu mengubah cara berpikir, membangun kepercayaan diri, bertindak, dan selalu mencari solusi. Mengatasi excusitis tidak hanya membantu kita mencapai tujuan, tapi juga membawa pertumbuhan pribadi dan profesionalnya🚀