Meramu Perbedaan

Sebuah pertemuan panas kemarin šŸ™‚ Tapi saya selalu suka halā€‘hal dinamis, banyak lesson learned! Bukan toxic positivity ya, kejadian tak menyenangkan itu akan selalu ada, tinggal menata respon kita šŸ˜€ ā£
ā£
Menjadi pendengar sebenarnya selalu menyenangkan, menyimak halā€‘hal baru dari beragam latar belakang berbeda. Kali ini menemukan diskusi yang tampaknya masih jadi mayoritas tipe diskusi yang ada. Ketika pertemuan diarahkan untuk memilih dari opsi yang ada. Saya mungkin bukan tipikal orang yang suka “memilih”, tapi sangat suka “meramu”.ā£
ā£Ada kalanya pertemuan terjebak menjadi ajang adu pintar,titel, atau jabatan. Tampil untuk bersuara bukan menyimak.Ada kalanya juga pertemuan terjebak pada pihak yang menuntut solusi dengan mengambil jalan pintas yang bahkan proses ideasinya saja tak dijalankan. Atau janganā€‘jangan tak paham juga bahwa sebenarnya ada proses bernama ideasi. Ideasi adalah proses ā€œmenggagasā€ lanjutan prosesnya adalah memperbaikinya.ā£
ā£
Inklusifitas dalam pertemuan memang perlu diajarkan, dibangun mulai dari kualitas individunya menyimak. Jenisā€‘jenis pertemuan tak inklusif ini masih kerap terjadi, ada kalanya di satu sisi ada pihak yang selalu datang dengan ide jitu, tanpa merasa perlu mengajak pihak lain memperkaya gagasannya, menjadi individu yang tak sadar bahwa Ia tak melibatkan sekeliling.ā£
ā£
Ada juga tipe lain, tipe yang dibiasakan untuk menunggu solusi jitu, tanpa perlu merasa dilibatkan secara aktif dalam proses berideasi. Golongan ini kemudian terjebak perlahan tak disadari, menumpul proses bergagasannya, ā€œSerahkan saya sama yang lain!ā€ atau lebih parah ā€œsalahkan pihak lain saya karena itu tanggungjawabnya!ā€ā£
ā£

Kita bisa hadir untuk tidak selalu mengedepankan opsi memilih, coba dahului dengan opsi nonā€‘linear, yakni “meramu gagasan”. KIta hadir dari latar belakang berbeda, tujuan kita pasti sama, ā€œuntuk kebaikanā€, luaskan lagi cakrawala dengan menyimak &menyandingā€‘nyandingkan pemikiran yang berbeda, hingga kita jadi kaya!ā£
ā£
Jika ada pilihan A,B,C, mengapa kita perlu memilihnya? Bukankah kita bisa meramu ketiganya menjadi gagasan baru? ā£
ā£
Jika berbeda saling memperkayaā£
Jika sama saling menguatkan!
#agilitytransformation

Being Critical Vs Creative

Salah satu 21st Century Skills adalah kemampuan bepikir kritis, semalam ketika #unpadkokgitu trendingšŸ˜‚ saya menyikapinya sebagai media belajar bagi mereka, belajar dalam menyampaikan pemikirian kritisnya. Namun, bagi kampus hal ini juga menggugah pemikiran tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan kampus untuk melatih lagi kapabilitas berpikir kritis civitasnya.ā£šŸ¤øšŸæā€ā™€ļø
ā£ā£
Merujuk literatur, ā€œCritical thinking is the ability to think clearly & rationally about what to do or what to believe. It includes the ability to engage in reflective and independent thinking. Someone with critical thinking skills is able to understand the logical connections between ideasā€ā£ā£šŸ˜Ž
ā£ā£
Sudah banyak dibahas bagaimana semestinya kampus membuat anakā€‘anaknya terlatih kemampuan berpikir kritisnya, namun rasanya ada yang kurangšŸ§ Ketika kritis pada aspek tertentu namun tak menawarkan cara bersolusi kreatif, terjebak luapanā€‘luapan hasil Fast Thinking yang membawa gelombang masalah barušŸ¤Æ
ā£ā£
Berpikir kritis, sebuah kemampuan menilai sesuatu menggunakan logika & hasil risetnya untuk mengambil keputusan yang baik, hanya saja kita perlu memperkayanya.
ā£ā£
Mengapa saya katakan ada perlu diperkaya? Karena sebuah pemikiran kritis perlu dilengkapi dengan solusi, hingga individu hadir juga dengan solusišŸ¤©
ā£ā£
Bersolusi juga ada ilmunya, ada skillsnya, salah satunya ā€œCreative Thinkingā€ kemapuan bergagasan, ideasi, mengkomunikasikannya hingga mengeksekusinya dengan baik.ā£ā£
ā£
Doyle, 2020 menuliskan, ā€œCreative thinking is the ability to consider something in a new way. It might be a new approach to a problem, a resolution to a conflict between employees, or a new result from a data setā€ā£
ā£
Yuk, kita sandingkan, Critical & Creative Thinking kamu, hingga lengkaplah anak bangsa sebagai individu yang tidak hanya pintar, namun juga cerdas!ā£ā£āœŠ
ā£
Jangan menjadikan generasi ini kaya akan kritik, tapi miskin solusi. Masih banyak waktu kita belajar aneka tools seperti juga terkait berpikir kreatif, melatih diri mengolah insight menjadi solusiā€‘solusi layak eksekusi.ā£ā£ Peer panjang dunia pendidikan, saatnya bangun bersama. PR besar kampus šŸ™Œ
ā£ā£
Yok hadir bawa solusi, kapan mulai bersua berlatih lagi? šŸš€