VUCA & VUCA PRIME

Tentu kita sudah sangat hapal dengan VUCA, perubahan era yang ditandai dengan periode extraordinary, dimana kehidupan dipaksa bertransformasi berkelana dalam ketidakpastian. Berubah sudah cara bekerja, berkomunikasi, berbelanja, berlibur dan lainnya berubah secara radikal.ā£ Perubahan radikal ini membawa kita pada era yang yang sulit diprediksi, atau bahkan hanya sekedar stabil.ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
Akronim VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, & Ambiguity) diperkenalkan Bob Johanson yang mengingatkan pentingnya sebuah organisasi berubah dalam melakukan kegiatannya, tapi juga merubah bagaimana seharusnya para pemimpin memimpin.ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
Sebuah percakapan dengan @mangroisz semalam “Belajar tools digital itu mudah, mindsetnya yang jadi tantangan berat”! Era VUCA memang membutuhkan perubahan fundamental cara berpikir, selain juga terkait struktur, alat & metodologinya yang hampir menjadi kebiasaan di sebagian besar organisasi yang hanya berkutat di tiga hal terakhir.ā£ā£ā£
ā£ā£ā£


Setiap leaders penting secara kontinu beradaptasi namun tetap fleksibel, berubah dari model linier ke nonā€‘linear,ā£ menciptakan aneka Coā€‘creation hingga organisasi bukan hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang. Mengutip Vuca Prime, ada hal menarik bagaimana kita bisa meresponnya dengan shifting pada halā€‘hal berikutā£ā£ā£
ā£ā£ā£
1. Bereaksi pada perubahan & bergerak dengan respons proaktif padaperubahan.ā£ā£ā£
2. Alihkan fokus dari prediktabilitas & kontrol pada kapasitas untuk berubah secara dinamis.ā£ā£ā£
3. Geser dari hierarki & kendali pada distributed/ shared leadership.ā£ā£ā£
4.Memahami berbagai hal & melihat bagaimana interdependensi bisa mempengaruhi usaha secara keseluruhan.ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
Lalu bagaimana solusi VUCA?ā£ā£ā£
1. Volatility direspon Visionā£ā£ā£
pastikan lagi berjalan dengan purpose, fokus pada outcomes & rencanakan secara strategisā£ā£
ā£ā£
2. Uncertainty direspon Understandingā£ā£ā£
Tanya, menyimak & berdialog sebelum memutuskanā£ā£
ā£ā£
3. Complexity direspon Clarityā£ā£ā£
Engage dengan yang lain, making sense dengan mencoba beragam sudut pandangā£ā£
ā£ā£
4. Ambiguity direspon Agiltyā£ā£ā£
Secara cepat membuat purwarupa solusi, refeksikan, sintesa, iterasi, rencanakan & solusikan! Selamat belajar!
#agilitytransformation

Inovasi!

Apa itu ekosistem inovatif, makhluk apa ini?ā£
ā£
Pernah dengar kata kolaborasi kan? Paling mudah mengemukakannya, hanya memang menantang tak semudah membalikkan tanganšŸ™Œ Ada proses panjang menumbuhkannyašŸŒ“
ā£
Sering kali kita juga gontokā€‘gontokan merasa paling unggul di wilayahnya masingā€‘masing. Merasa paling maju dibidang keilmuannya, paling hebat teknologinya, paling keren solusinya atau hebat karena memiliki talentaā€‘talentanya unggul.ā£
ā£


Pendekatan Inovasi Itu dapat dibagi menjadi 4 wilayah & bisa jadi ide kamu ngga jadiā€‘jadi solusi & kenyataan karena ternyata kita hanya fokus pada salah satunya saja. Wilayah itu meliputi ā£
ā£
1) Kecerdasan, menyangkut kemampuan berpikir & analisa serta kemampuan memahami realitas, ā£
ā£
2) Teknologi mencakup pendekatan & teknologi seperti alat, digitalisasi, metode, data sehingga memungkinkan sebuah inovasi dilakukan,ā£
ā£
3) Solusiā€‘solusi, menyangkut penguasaan methodologi, pendekatan baru serta tools yang membantu pada proses ā€œreality shapingā€ & ā£
ā£
4) Talenta, berfokus pada bagaimana memobilisasi para talentaā€‘talenta potensial mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesiapan timnya untuk membuat perubahan dengan mengadopsi caraā€‘cara belajar paling cocok untuk diberdayakan dengan meningkatkan kapasitasnya.ā£
ā£
Keempat wilayah tersebut ternyata memiliki irisannya šŸ§Jika ditelaah irisan kolaborasi ini menitikberatkan pada kemampuan kita untuk menguasai berbagai keterampilanā€‘ kolaboratif yang sudah tidak bisa dihindarkan lagišŸ„³
ā£
Nesta 2018 dalam tulisannya mengungkapkan kemampuanā€‘kemampuan ini meliputi; ā£
1) menyelenggarakan inovasi yang terbuka,
2) perkembangan yang positif, ā£
3) open making policy,ā£
4) action research,ā£
5) System thinking, ā£
6) kegiatan trandisipliner, ā£
7) Design Thinking, ā£
8) Human Centered Design, ā£
9) Living Labs,ā£
10) Service Design, ā£
11) UX Design & ā£
10) transformasi digital. ā£
ā£
Hal inilah yang menjadi kunci kemampuan kolaborasi interdisipliner kita, nyawa utama kolaborasi. Yuk belajar lagi!šŸš€šŸš€šŸš€ #agilitytransformation

Meramu Perbedaan

Sebuah pertemuan panas kemarin šŸ™‚ Tapi saya selalu suka halā€‘hal dinamis, banyak lesson learned! Bukan toxic positivity ya, kejadian tak menyenangkan itu akan selalu ada, tinggal menata respon kita šŸ˜€ ā£
ā£
Menjadi pendengar sebenarnya selalu menyenangkan, menyimak halā€‘hal baru dari beragam latar belakang berbeda. Kali ini menemukan diskusi yang tampaknya masih jadi mayoritas tipe diskusi yang ada. Ketika pertemuan diarahkan untuk memilih dari opsi yang ada. Saya mungkin bukan tipikal orang yang suka “memilih”, tapi sangat suka “meramu”.ā£
ā£Ada kalanya pertemuan terjebak menjadi ajang adu pintar,titel, atau jabatan. Tampil untuk bersuara bukan menyimak.Ada kalanya juga pertemuan terjebak pada pihak yang menuntut solusi dengan mengambil jalan pintas yang bahkan proses ideasinya saja tak dijalankan. Atau janganā€‘jangan tak paham juga bahwa sebenarnya ada proses bernama ideasi. Ideasi adalah proses ā€œmenggagasā€ lanjutan prosesnya adalah memperbaikinya.ā£
ā£
Inklusifitas dalam pertemuan memang perlu diajarkan, dibangun mulai dari kualitas individunya menyimak. Jenisā€‘jenis pertemuan tak inklusif ini masih kerap terjadi, ada kalanya di satu sisi ada pihak yang selalu datang dengan ide jitu, tanpa merasa perlu mengajak pihak lain memperkaya gagasannya, menjadi individu yang tak sadar bahwa Ia tak melibatkan sekeliling.ā£
ā£
Ada juga tipe lain, tipe yang dibiasakan untuk menunggu solusi jitu, tanpa perlu merasa dilibatkan secara aktif dalam proses berideasi. Golongan ini kemudian terjebak perlahan tak disadari, menumpul proses bergagasannya, ā€œSerahkan saya sama yang lain!ā€ atau lebih parah ā€œsalahkan pihak lain saya karena itu tanggungjawabnya!ā€ā£
ā£

Kita bisa hadir untuk tidak selalu mengedepankan opsi memilih, coba dahului dengan opsi nonā€‘linear, yakni “meramu gagasan”. KIta hadir dari latar belakang berbeda, tujuan kita pasti sama, ā€œuntuk kebaikanā€, luaskan lagi cakrawala dengan menyimak &menyandingā€‘nyandingkan pemikiran yang berbeda, hingga kita jadi kaya!ā£
ā£
Jika ada pilihan A,B,C, mengapa kita perlu memilihnya? Bukankah kita bisa meramu ketiganya menjadi gagasan baru? ā£
ā£
Jika berbeda saling memperkayaā£
Jika sama saling menguatkan!
#agilitytransformation

Being Critical Vs Creative

Salah satu 21st Century Skills adalah kemampuan bepikir kritis, semalam ketika #unpadkokgitu trendingšŸ˜‚ saya menyikapinya sebagai media belajar bagi mereka, belajar dalam menyampaikan pemikirian kritisnya. Namun, bagi kampus hal ini juga menggugah pemikiran tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan kampus untuk melatih lagi kapabilitas berpikir kritis civitasnya.ā£šŸ¤øšŸæā€ā™€ļø
ā£ā£
Merujuk literatur, ā€œCritical thinking is the ability to think clearly & rationally about what to do or what to believe. It includes the ability to engage in reflective and independent thinking. Someone with critical thinking skills is able to understand the logical connections between ideasā€ā£ā£šŸ˜Ž
ā£ā£
Sudah banyak dibahas bagaimana semestinya kampus membuat anakā€‘anaknya terlatih kemampuan berpikir kritisnya, namun rasanya ada yang kurangšŸ§ Ketika kritis pada aspek tertentu namun tak menawarkan cara bersolusi kreatif, terjebak luapanā€‘luapan hasil Fast Thinking yang membawa gelombang masalah barušŸ¤Æ
ā£ā£
Berpikir kritis, sebuah kemampuan menilai sesuatu menggunakan logika & hasil risetnya untuk mengambil keputusan yang baik, hanya saja kita perlu memperkayanya.
ā£ā£
Mengapa saya katakan ada perlu diperkaya? Karena sebuah pemikiran kritis perlu dilengkapi dengan solusi, hingga individu hadir juga dengan solusišŸ¤©
ā£ā£
Bersolusi juga ada ilmunya, ada skillsnya, salah satunya ā€œCreative Thinkingā€ kemapuan bergagasan, ideasi, mengkomunikasikannya hingga mengeksekusinya dengan baik.ā£ā£
ā£
Doyle, 2020 menuliskan, ā€œCreative thinking is the ability to consider something in a new way. It might be a new approach to a problem, a resolution to a conflict between employees, or a new result from a data setā€ā£
ā£
Yuk, kita sandingkan, Critical & Creative Thinking kamu, hingga lengkaplah anak bangsa sebagai individu yang tidak hanya pintar, namun juga cerdas!ā£ā£āœŠ
ā£
Jangan menjadikan generasi ini kaya akan kritik, tapi miskin solusi. Masih banyak waktu kita belajar aneka tools seperti juga terkait berpikir kreatif, melatih diri mengolah insight menjadi solusiā€‘solusi layak eksekusi.ā£ā£ Peer panjang dunia pendidikan, saatnya bangun bersama. PR besar kampus šŸ™Œ
ā£ā£
Yok hadir bawa solusi, kapan mulai bersua berlatih lagi? šŸš€

Scrum

Sejak memperkenalkan Scrum beberapa waktu lalu & secara resmi memasukkanya pada perkuliahan mulai tahun kemarin. Rencana membuat perubahan budaya yang inovatif dan menjadi tim yang lebih baik tampak mendekati kenyataan. ā£
ā£
Keinginan memberikan gambaran sistematika kerja yang baik, proses yang inovatif dan budaya tim yang hangat dan keren juga tampaknya membuahkan hasil yang diluar dugaan.ā£
ā£
Scrum yang diajarkan di sebuah mata kuliah tak disangka menyebar luas pelaksanaannya di kelasā€‘kelas project based learning lain, lebih bahagia ketika beberapa himpunan dan startup pun menggunakannya. Setahun berlalu pergerakan proses pembelajaran ini mulai menampakkan hasil. ā£
ā£


Dalam prosesnya ini memang membuahkan outcomes berupa peningkatan kapasistas kolaborasi. Berbagai pertemuan seperti temu rencana sprint, temu ulasan sprint & rapat perbaikan backlog sdan melibatkan tim berpartisipasi di dalamnya. Proses ini meningkatkan kerjasama tim dan seiring sejalan melakukan berbagai penyelarasan dari racangan arsitektur solusi. Setiap tim yang berpartisipasi memastikan keseragaman dalam pelaksanaan & fokus bersama. ā£
ā£
Sebuah ungkapan penting “A team is only a team if it shares a common goal, and this applies to a teamā€‘ofā€‘teams as well”ā£ kita ini bukan sekedar tim kan? Kita ini Superteam!
ā£
Sesiā€‘sesi retrospektif di penghujung tiap tahapan & project juga selalu jadi media paling meledak yang ditunggu. Saling belajar, mengapresiasi & mengoreksi. Retrospektif adalah pertemuan yang bertujuan membahas masalah lintas tim, organisasi & sistemik dalam organisasi dalam mencapai goalsnya.ā£
ā£
Sesiā€‘sesi ini memang ternyata obat mujarab memperbaiki tim. Pertanyaanā€‘pertanyaan sepertiā£
ā£
1. Seberapa baik tim bekerja bersama?ā£
2. Apakah setiap individu bekerja?ā£
3. Adakah sesuatu yang harus dibagikan oleh tim?ā£
4. Tim belajar bersama?ā£
5. Apakah tim dekat dengan pada pelanggannya?ā£
6. Apakah ada masalah organisasi sistemik yang menyebabkan masalah dalam cara tim beroperasi?ā£
7. Apakah Product Owners baikā€‘baik saja?ā£
8. Apakah Product Owners mempertahankan hubungannya?ā£
ā£
Memperbaiki budaya organisasi ternyata mudah! tantangannya cuma menekuninya! Cobain pake Scrum deh!

Learning in The Era of Change

Aktivitas kolaborasi tak mungkin lagi dipungkiri, karena dari sinilah banyak muncul beragam kemungkinan baru menerobos batas kebiasaan.

Bangka Belitung, hari ini menjadi saksi baru betapa kuatnya peran kolaborasi. Melihat kaum muda berbaur dengan masyarakat selalu menjadi energi baru penyemangat bahwa masa depan penuh kemajuan itu memang nyata ada dan bisa hadir.

Belajar dimasa modern tentu berbeda cara dengan masa lalu, beragam sumber bisa diakses dimana saja, hanya kita perlu tau pasti bahwa menjadi pembelajar sepanjang hayat adalah sebuah citaā€‘cita yang memang layak diperjuangkan.

Semakin banyak bersua kawanā€‘kawan baru, artinya makin besar pula kemampuan mengasah kemandirian belajar. Makin tinggi nilai pula penguasaan proses pembelajaran yang ternyata bukan hanya bisa didapat diruangā€‘ruang kelas, atau kelas maya sekalipun, tapi justru diruangā€‘ruang sosial, berbaur dan saling belajar. Belajar dari keseharian, bekerja dalam tim, berbagi ilmu dan pengalaman adalah ruangā€‘ruang terbaik belajar.


Apalagi jika kita memadukannya dengan kesungguhan melakukan pengembangan diri baik secara profesional, mengembangkan jejaring & senantiasa update dengan zaman.

Minggu ini belajar banyak dari Kepulauan Bangka Belitung. Jangan lupa kolaborasi! Terimakasih Bapak GubernurĀ @erzaldi.rosmandjohanĀ dan IbuĀ @melatierzaldiĀ atas kesempatannya, banyak bahan untuk belajar šŸ¤©Ā #janganlelahberproses

courtesy:img-src

Purpose Led Company

Sering kali kita terjebak deretan angka pendapatan yang dikejar, dicapai hingga lelah tak berujung. ā€œVisioningā€ tentu penting ketika memulai usaha, menentukan keadaan dimasa datang, lalu apa bedanya dengan purpose?ā£šŸ§
ā£ā£ā£ā£
Kita banyak skip terkait purpose, tak diajarkan di ruang-ruang kelas & atau belum banyak juga yang memulainya, banyak skeptisisme menghantui. “Bener nih mendahulukan purpose ketimbang profit? kita kan perlu uang!” šŸ˜ŽPertanyaan ini memang sering terlontar, tapi tak apa, seiring kedewasaan individu & terbukanya wawasan akan mulai paham bahwa membawa manfaat bagi banyak pihak adalah sumber energi & kebahagiaan.ā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
Ini bedanya;ā£ā£ā£šŸŽÆ
Purpose; Why your company existsā£ā£ā£ā£
Vision; What you aim to achieveā£ā£ā£ā£
Mission; How you plan to achieve your visionā£ā£ā£ā£
Values; What you stand for & how you behaveā£ā£ā£ā£
Positioning; How you are different from the competitionā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
Beberapa kali mengajak kawan2 untuk pivot dari profit ke purpose, membawa pada literatur baru dari IDEO & ini keren! Sebelumnya kami berpedoman bahwa purpose dimulai dengan Strong Why diikuti dengan How, atau sebaliknya seperti ekosistemĀ @thelocalenablersĀ yang kami tuliskan purpose-nya sebagai ā€œCreating Value, Accelerating Impactā€ā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
Usaha besar banyak yang sudah berubah, sebut saja Nike, Google, Pampers, AirBnB & Dove. Dalam rujukan ini kita bisa mulai memilih sebuah pernyataan ā€œWe exists to….ā€ & menyandingkannya dengan “How”-nya, kita coba bareng ya..ā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
A.Enable Potential, ā£ā£ā£ā£
A1.Empowering Growthā£ā£ā£ā£
A2. Championing Educationā£ā£ā£ā£
A3. Pioneering Transformationā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
B. Reduce Frictionā£ā£ā£ā£
B1. Creating Reliefā£ā£ā£ā£
B2. Giving Controlā£ā£ā£ā£
B3. Unlocking Freedongā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
C. Foster Prosperity, ā£ā£ā£ā£
C1. Providing Securityā£ā£ā£ā£
C2. Lending Supportā£ā£ā£ā£
C3. Offering Nourishmentā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
D.Encourage Exploration ā£ā£ā£ā£
D1. Cultivating Connectionsā£ā£ā£ā£
D2. Insipring Curiosityā£ā£ā£ā£
D3. Celebrating Creativityā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
E.Kindle Happiness ā£ā£ā£ā£
E1.Nurturing Inclusionā£ā£ā£ā£
E2.Spreading Joyā£ā£ā£ā£
E3.Instillingā£ā£ā£ā£
ā£ā£ā£ā£
Peta ini cukup mudah, coba tulis purpose statement dengan menggabungkan Why & satu How-nya ya! ā£ā£ā£šŸš€šŸš€Ā #agilitytransformation

Bandung Bee Sanctuary

Duduk di pojok kebun lebah, memandangi bunga warna warni hasil semai sejak awal tahun. Sebuah topik menguat ketika kami merasa WFH juga begitu banyak membawa kebaikan, namun tak terasa dinamika organisasi yang tak saling sapa sejak lama juga berujung pada mulai longgarnya ikatan kami sebagai keluarga. ā£ā£
ā£ā£
Sore ini juga kami mencoba merancang kemenangan, mendiskusikan bagaimana caranya? Kemudian timbul pertanyaan lain, ā€œMengapa perlu menjadi pemenang?, ā€œMenang untuk apa?ā€, ā€œDefinisi kemenangan itu apa?ā€ Diskusi yang menarik, tak terasa 2,5 jam berlalu. Kami mulai memetaā€‘metakan kembali siapa berperan apa, bagaimana kita bisa melihat sekeliling. Menaklukan egosentris kelompok agar mau bertanya ā€œSiapa yang dapat memperkaya pergerakan kita kala kita merasa kita bisa melakukannya sendiri? Sudah bisa dilakukan sendiri, mengapa perlu mengajak pihak lain?ā€, mengapa harus tetap berkolaborasi?ā£ā£
ā£ā£
Mungkin sebagian mulai lupa atas apa mimpi yang sempat tertuliskan atau pada semangat kolaborasi yang sempat dibangun. Menjadi biasa bekerja sendiri, mulai lupa melihat sekeliling, mulai terasa terbiasa mandiri ternyata juga menumbuhkan bibitā€‘bibit ketidakpekaan untuk melihat sekeliling bahwa ada yang tercecer. Padahal era ini adalah era kolaborasi, bukan lagi kompetisi yang lazim meninggalkan keterceceran.ā£ā£
ā£ā£
John Duval menuliskan ā€œCollaboration in the workplace brings people with different backgrounds, skills, expertise, and perspectives together to brainstorm ideas, overcome obstacles, and utilize creative problem solving for the betterment of the companyā€ Semua tim paham ini, hanya memang menginternalisasinya menjadi bagian paling menantang dalam jiwa & skills keseharian.ā£ā£
ā£ā£
Penutup pertemuan sore ini, mengingatkan lagi untuk melatih tegur sapa, menawarkan bantuan, membangun pembicaraan & menemukan irisan bersama hingga yakinkan bahwa kemenangan itu adalah kala kita dapat berjalan bersama, tak satupun tertinggal.ā£ā£
ā£ā£
ā€œtwo heads are better than oneā€

Rayakan Kegagalan!

Sebelum Pandemik di sudut Rumah Kolaborasi ada helaian postā€‘it yang setiap harinya didengan ragam kesalahan, “Wall of Fails” namanya. Hanya saat pandemik ini kebiasaan ini mulai hilang karena cukup dibuat panik dengan kondisi serba menantang sepanjang 6 bulan terakhir:(ā£
ā£
Diingatkan lagi oleh seorang kawan, untuk mengembalikan kebiasaan merayakan kesalahan ini. Kebiasaan penting untuk dirawat saat yang lain melarang untuk salah. Tapi inget ya konteksnya adalah ā€œThe real challenge is not to either accept or reject failure, but rather to differentiate between whether they are in execution or innovation modeā€ā£
ā£
Membuat tujuan jangka panjang yang diturunkan dalam strategi bertahap memang lebih mudah jika secara nyata bertemu muka melakukan evaluasi & retrospektif berkala, berlatih untuk tidak jaim antar sesama tim & dipenghujung justru merayakan kesalahan! Thomas Edison pernah memaknai kesalahan, Ia katakan ā€œI didnā€™t fail 1,000 times. The light bulb was an invention with 1,000 steps.ā€ ā£
ā£
Wall of Fails ini seru! Tembok berisi aneka kesalahan yang dbuat ditulis pada kertas berwarna mencolok! Beranikan tiap orang menuliskan tiap kegagalannya. Melakukan kesalahan, berakibat kegagalan adalah resiko proses inovasi, karena inovasi adalah hasil dari experimental. Orang yang berani melakukan kesalahan, dalam sudut pandang lain justru adalah orang yang paling heroik karena Ia mampu mengambil keputusan dan resikonya. ā£
ā£
Harvard Business Review menuliskan, bahwa merayakan kesalahan sangat berhubungan dengan keberhasilan inovasi. Proses ini justru menggambarkan seberapa berani untuk melompat! ā€‘ Celebrating those kinds of failures will help your people learn to fail gracefully, growing from the experience ā€‘ā£
ā£
Alasan mengapa banyak organisasi sulit berinovasi, karena dalam kesehariannya mental mengeksekusi terhambat, tidak memberanikan bereksperimen mengembangakn kegagalan sebagai pintu dalam mengembangkan beragam produk, jasa atau proses baru.ā£
ā£
Failure is a key to learning, growing and figuring out what works. But before you either celebrate or punish failure, make sure you know what you are trying to achieve by doing so ā€‘Ron Ashkenasā€‘
ā£
ā£#agilitytransformation

Clarity!

Clarity! bukan berarti jelas secara detail apa yang harus dilakukan ya, tapi jelas bertujuan dan menuju kemana. Bukan didikte apa yang harus dilakukan yaa, tapi membuka peluang inisiatif dimana kreatifitas dapat membuncah dalam koridor yang jelas menuju goalsnya.ā£
ā£
clarity klarā€‘iā€‘tee ]ā£
ā£
noun; clearness or lucidity as to perception or understanding; freedom from indistinctness or ambiguity.ā£
ā£
Clarity mengacu pada jelasnya persespsi & pemahamannya, terbebas dari doktrin detail yang memerangkap pada keadaan yang tidak kreatif serta membungkam inisiatif.ā£
ā£
Dalam OKRs misi diturunkan dalam strategi yang jelas, kemana kita, seberapa besar ukuran yang secara optimis dapat dicapai, & berapa lama akan dihasilkan. Clear!ā£
ā£
Untuk memastikan keberlanjutannya ada tiga aspek yang perlu dibangun, seperti bermain jugling. Tidak bisa hanya satu faktor, tapi memastikan faktorā€‘faktor keberlanjutan tsb tercapai secara bersamaan. Jika satu saja tak tercapai maka tak tercapai outcomesnya.ā£
ā£
OKRs membidik tiga hal penting, 1.Tujuan Bisnis, 2.Tujuan Produk & 3.Tujuan Internal. Ketiganya tak bisa dipisahkan karena ketiganya adalah satu kesatuan syarat penting keberhasilan outcomes yang terwujud.ā£
ā£
Ketiga aspek itu diturunkan pada ukuranā€‘ukuran kunci dari hasilā€‘hasil yang dijanjikan. Ukuran kunci itu artinya hanya halā€‘hal esensial saja, pastikan hanya prioritas. ā£
ā£
Kalimat pencapaian ini kemudian dibagi menjadi 4 tahap, dinamakan quater. Tiap quarternya, pastikan setiap inisiatif dilakukan dengan komunikasi efektif & teratur, hingga tahu pasti apakah bergerak mendekati goals atau tidak. ā£
ā£
Proses ini menjadi penting karena akan menghadirkan perbaikan budaya, menemukan inisiatifā€‘inisiatif baru, inovasi & kematangan tim yang lebih baik.ā£
ā£
Setiap Key Results & diturunkan pada individu. Individu diberikan kebebasan berinisiatif, seiring itu dipastikan juga bahwa tiap individu dalam tim melakukan penyelarasan, apakah langkahnya seiring dengan tim lain & dengan goalsnya.ā£
ā£
OKRs yang baik tak terjebak tools, tapi ini menjadi media yang baik meningkatkan budaya yang adaptif kemudian siap melompat!