Berenang di Laut Biru

Blue! Era covid ini memang menantang. Bagi yang bertahan menekuninya pasti berujung dengan banyak insight, ide & bergegas mengurai ide gilanya jadi kenyataan. Era dimana banyak hal dengan kebiasaan baru mengundang banyak energi untuk segera melompat🤸‍♂️

Mengingatkan pada prinsip Red Vs Blue Ocean. Bagi yang sering kali menggunakan pendekatan Blue Ocean, secara otomatis dalam pemikirannya muncul ragam ide membuat jenis‑jenis baru pasar. Dalam kesehariannya sudah biasa terlatih menjadi kreatif menciptakan jenis‑jenis permintaan baru & tak habiskan energi untuk selalu berkompetisi🤯

Berbeda dengan yang selama ini memahami bahwa pasar selalu harus ditaklukan lewat kompetisi‑Red Ocean, memenangkan pangsa pasar yang sudah ada. Saat in saat yang tepat exercise untuk usaha jenis ini untuk lompat ke lautan biru, melatih kreatifitasnnya🚀


Menerapkan prinsip‑prinsip penting konsep Blue Ocean jadi pas untuk kembali memformulasikan lagi strategi & eksekusinya. Yuk kita latih menerapkan prinsip‑prinsip dasar Blue Ocean👌

1. Rekonstruksi kembali batasan pasar, caranya bisa dengan memetakan kembali beragam alternatif, hal‑hal strategis, kelompok pembeli, produk komplementer, fungsi, emosi, orientasi & waktu⌚️

2. Fokus pada Big Pictures, jangan pada angka ya! Coba buat visualisasi rencana perubahan. Gambaran insipratif tentang bagaimana mencapai, strategi, komunikasi visual serta peta strateginya📈

3. Market Sizing & takar resiko, istilahnya “reach beyond existing demand” Coba tantang praktik2 konvensional, konsolidasikan permintaan dengan fokus pada 3 Tiers of Non Consumers seperti 1) “Soon‑to‑be”, 2)“Refusing” & 3)“Unexplored”. Eksplorasi tiga lapisan non konsumer ini mendatangkan banyak insight baru🎉

3. Merumuskan tahapan strategi yang tepat. Buat value creation baru, petakan utilitas pembeli, ciptakan koridor harga & target biaya berdasarkan margin yang diinginkan, serta hambatan apa yang sekiranya akan muncul didepan🎢

4. Atasi beragam hambatan dalam organisasi. Kuatkan leadership, atasi hambatan kognitif, sumberdaya, motivasi & politis. Secara lebih jauh bagaimana eksekusi dapat dilakukan dengan meningkatkan proses yang menghasilkan outcomes.⁣🌻

Semangkuk Bakso Ide

“Guys, Kerja mulu! main sanaa…” ini sering sekali diutarakan pada tim. Main ini artinya berpetualang menemukan insight‑insigh baru, meredakan tensi pekerjaan dan mengeluarkan gagasan dengan baik dan lebih kaya karena bertemu dengan ide‑ide lain dari sudut pandang berbeda.

“Guys sini ngobrol, sibuk kerja mulu!”
Kalimat ini juga kerap dilontarkan, tampaknya anak‑anak ini senang bekerja serial 😂😂 dilain hal padahal mereka orang‑orang yang umumnya bisa multi tasking juga. Ngobrol itu penting! jangan cuma rapat tentang kerjaan aja ngobrolnya. Dalam obrolan kerap kali banyak hal tersingkap banyak titik‑titik pembuka untuk menjadi paham latar belakang pemilkiran seseorang sehingga paham konteksya lebih luas.

“Gengs, hayu makan bakso..” Hahah ini juga sangat frekwentif dilakukan. Topik ini buat berlatih mencicipi resep sekaligus berlatih “customer journey” yang sesungguhnya. Belajar sesungguhnya bahwa experience adalah Value Proposition terbaik. Diluar itu perjalanan menuju warung bakso adalah keadaan otak paling relaks karena isi kepala diisi dengan bayangan akan bakso yang nikmat. Nah disini lah kita bisa masuk menyelip‑nyelipkan pesan yang sarat makna dengan mudah karena suasana yang menyenangkan.

“Guys, udah sampe mana, ada yang bisa dibantu?” Walau ditengah kesibukan padat rehat menghampiri kawan tim di meja atas dan menawarkan bantuan adalah salah satu cara rehat yang baik loh. Artinya, kita beralih dari topik yang memuncak, skip dl beralih membantu orang lain. Switching ini juga baik dilakukan, karena kepala kita diarahkan untuk beralih singkat dengan niat “membantu” menawarkan “kebaikan” salah satu cara refresh otak bekerja, tapi harus ikhlas yaaa sungguh‑sungguh. kebiasaan ini juga akan membawa perubahan kultur bekerja yang makin baik, karena engagementnya makin kuat!

“Gengs hayu solat bareng!” Air wudlu & perbincangan kala usai berjamaah ketika memasang sepatu kembali biasanya juga medatangkan ide‑ide baru yang tak diduga. Walau duduk setengah jongkok, obrolan ringan biasanya malah membawa gagasan besar, hayu eksekusiii!

Jeda itu macam‑macam bentuknya, tak usah yang rumit‑rumit selagi membiasakannya.

Lateral Thinkers

Merasa berbeda karena nilai‑nilainya tampak tak terwadahi dalam ukuran‑ukuran konvensional sebenarnya kerap kali terjadi. Kerap juga terjadi ketika kreatifitas dipaksakan diukur dengan cara‑cara konvensional, sudah pasti tak terwadahi. Apalagi ukuran penilaiannya dibuat dari sudut pandang vertikal. Kreatifitas itu lateral, tak mungkin diukur vertikal. Jika dipaksakan juga semakin banyak anak‑anak kita yang tersingkir merasa “bodoh” karena dipaksakan dinilai dengan alat ukur yang tak relevan🙌

Menjadi kreatif adalah sebuah usaha untuk tetap relevan dengan jaman, begitu pula dengan pemikirannya, untuk menjadi inovator yang tidak berhenti pada sebuah titik inovasi yang dibuatnya namun dapat melompat melahirkan inovasi‑inovasi baru. Jangan berhenti menemukan pola baru karena terjebak pola lama yang sempat menjadi “best practice” pada masanya yang tak lagi relevan pada konteks jaman yang berbeda🌏


Pendekatan #LateralThinking, kami bahas hari ini bersama The British Council dalam bahasan tentang Growth Mindset. melatih kemampuan berpikir lateral adalah salah satu cara menumbuhkan Growth Mindset🤸🏿‍♀️. Hal ini sangat bisa dilatih dengan berbagai macam cara., antara lain;

1. Buka pintu seluas‑luasnya berbagai kemungkinan.
2. Coba ekseskusi ide & peroleh insight darinya, lompat lagi pada ide lainnya.
3. Fokus pada pergerakan bahwa ide itu bertumbuh.
4. Selalu cari perspektif lain, belajar menyimak, beranikan diri untuk mendengar hal‑hal yang berbeda dari sudut pandang lain.
5. Asah lagi kemampuan nalar dengan pertanyaan‑pertanyaan yang provokatif menantang.
6. Cari aneka cara baru setiap menyelesaikan sebuah pekerjaan, hati‑hati terjebak pola yang tak disadari kita menggunakan pola yang sama dalam waktu lama.
7. Coba dulu hal‑hal yang relevan & tidak, belajar menempatkannya dengan konteks berbeda. Siapa tau perbedaan konteks akan membawa sebuah hal irrelevant menjadi relevan!
8. Jangan ragu buka pemikiran & memperoleh beragam peluang, banyak‑banyaklah bertanya!
9. Di dunia nyata pasti banyak batasan, tapi ingat bahwa kreativitas itu tanpa batas! Begitu kita mengenal keterbatasan, disitulah sebenarnya kita mulai menyerah untuk tetap kreatif.💥💥

Vertikal X Lateral

Pertentangan cara berpikir memang kerap kali timbul, entah ditempat bekerja atau tempat lainnya.⁣ Punya cara berbeda kerap kali dicap salah🧐

Kemampuan berpikir kerap kali dilatih di institusi pendidikan selama ini dengan kemampan berpikir vertikal, mengikuti pola‑pola baku & merujuk pada satu atau beberapa cara saja yang dianggap benar atau biasa dilakukan😤

Tak heran lembaga pendidikan justru menjadi lembaga menjadi penyumbang terbesar melahirkan pemikiran‑pemikiran berpola lama dan tak kreatif (de Bono, 2010)⁣

Ketika setiap kelas diarahkan untuk mengasah hanya pada kemampuan berpikir konvergen, memilih alternatif yang ada, tidak menyeimbangkan dengan membuka pemikiran divergen, yakni mengembangkan anak‑anak didiiknya untuk mengembangkan wawasan menemukan berbagai alternatif baru🤯

Pada awalnya mungkin kita adalah seorang pembelajar, hingga pada satu titik kita merasa bisa & berhenti mendengar. Pada titik inilah kita mulai tak sadar bahwa kita kehilangan kemampuan berpikir kreatif. Atau memang dari awal kita tak pernah belajar membuka peluang hal‑hal baru masuk pada kepala kita, apalagi jika kita berada di suatu tempat bekerja dalam jangka waktu lama tak terasa lupa membuat lingkaran‑lingkaran pertemanan baru.🤩

Terhentinya input baru pada cara pandang & kerja kita inilah, yang menyebabkan makin kuatnya Vertical Thinking kita, makin jauh dari kemampuan berpikir lateral / kreatif. Pengalaman‑pengalaman, teman, ilmu, sumber daya & titik‑titik baru yang ditemui akan memperkaya referensi melahirkan sebuah solusi baru inovatif kala yang lain terjebak pada jalan buntu tak menemukan jalan keluar karena pola lama tak memungkinkan keluar alur dimana kreatifitas justru memperkenankan alur baru yang tak diduga jalannya, bahkan diakhir solusi, hal diluar dugaan akan terjadi melebihi harapan🚀

Kemampuan berpikir lateral kerap berbenturan dengan birokrasi, karena birokrasi kerap kali diturunkan dari cara berpikir vertikal. Mengutamakan cara yang sama ketimbang tujuannya. Berbeda dengan cara lateral, cara baru justru bebas dilakukan hingga goals tercapai & menghasilkan hal‑hal beyond tanpa melanggar prinsip‑prinsip fundamentalnya😍

Ngga Semua Kreatifitas Itu Berwujud Produk

Awalnya sering bingung/mider bergaul dengan para penggiat kreatif, karena kawan‑kawan luar biasa ini hadir dengan produk2 kreatif yang keren! Apalagi pemerintah juga kerap kali mengkotak2an kreatifitas dengan 16 subsektor kreatifnya. Terus saya bertanya, “saya dimana ya?” Tak satu pun masuk ke dalam pilar‑pilar ini, ga ada! Artinya golongan saya ga kreatif dong? ⁣🧐

Padahal kreatif itu tak perlu selalu berpola, bahkan kreatifitas biasanya keluar dari pola yang ada, namun impact‑nya besar. Orang‑orang kreatif tak melulu perlu diidentifikasi dengan hal‑hal fisik, tapi juga hal‑hal non fisik seperti pemikiran yang mendatangkan paradigma & cara baru menuju sebuah tujuan mulia❤️

Kerap juga dikotomi kreatifitas & inovasi dikaitkan dengan barang visual canggih, terlihat kasat mata! Pemikiran kerap kali tak dirasa sebagai produk kreatif. Bahkan beberapa program pemerintah selalu meminta “mana produknya?” literally produk yaa! “Produk kami pemikiran pak!” “Oh gitu, maaf ga bisa ngga ada slotnya!”⁣🤷‍♀️

Penggiat kreatif hadir sesungguhnya karena kemampuannya berpikir kreatif, seperti dikemukakan dalam buku‑buku Edward de’Bono yang mengungkapkan banyak hal tentang Lateral / Creative Thinking. Pemikirannya mengungkapkan mengapa kerap kali seorang kreatif memiliki optimisme tinggi & jika bergagasan memecahkan masalah punya cara yang berbeda yang tak diduga! Menemukan pola yang keluar dari pola tradisional🙅‍♂️


⁣Saya gemar sekali dengan #LateralThinking ini, konsep yang menjawab mengapa seseorang kreatif memiliki cara memecahkan masalah menggunakan pendekatan tak langsung & kreatif melalui penalaran yang tak terburu‑buru, “Slow Thinking” istilahnya. Melatih kepalanya meraih ide‑ide yang mungkin tidak dapat diperoleh hanya dengan menggunakan pola logika tradisional🙌

Cara berpikir ini beda dari pemikiran kritis yang merujuk pada “judging the true value of statements & seeking errors”, sedangkan berpikir lateral berfokus pada “movement value” dari sebuah pernyataan & ide🤩

Biasanya Ia menggunakan pemikiran lateral untuk berpindah dari satu ide yang diketahui ke ide baru yang menghadirkan solusi. Besok‑besok kita bahas lebih detail tentang ini ya! Tunggu yaa besok🚀

Proses Kreatif

Kerap mempresentasikan gambar proses kreatif ini pada kawan‑kawan, kemudian menorehkan garis merah diatas “Valley of death” ini sebagai jembatan dimana kita dapat melaluinya & tidak terlalu dalam terjebak lagi dalam “learning the hard way”. Untuk itu perlu ekosistem agar kita mampu melaju pada keberhasilan yang dituju. Coretan‑coretan ini adalah temuan empirik, temuan‑temuan asli yang dilakukan dilapangan selama ini🧗‍♂️

Kebiasaan kami jika ada temuan dilapangan, tak segan kami cari literaturnya seperti apa sih, apa bener kayak gini keadaannya? Ternyata temuan dilapangan dapat dikomparasi pada rujukan ilmiah menarik, apalagi ini diilustrasikan sangat baik dalam sebuah teori menajemen perubahan🤔

Sebuah perusahaan bernama G2G3 di  Edinburgh, UK megeluarkan ilustrasi yang brilian! Melengkapi pemahaman bagaimana ekosistem dapat membantu sebuah perjalanan perubahan lebih baik lagi🤩

Sebuah perubahan selalu berawal dari keterkejutan, diikuti dengan penyangkalan, kemarahan, depresi, penerimaan hingga keadaan menjadi lebih baik kemudian. Tahapan ini adalah tahapan dimana seseorang melalui proses kreatifnya menuju perubahan🤝


Perasaan‑perasaan ini memang lazim terjadi seiring dengan proses manajemen perubahan dimana fasenya terdiri dari 1) Discover, 2) Visualize, 3) Engage, 4) Enable dan 5) Embed. Dalam sebuah perubahan memang perlu diawali dengan mendatangkan proses transformasi, yakni hal‑hal baru seperti Tools, Proses, Budaya dan Restrukturisasi dan berakhir pada kesiapan dimana tim menjadi berdaya, komit, tercapainya ROI dan terwujudnya berbagai benefit.🤸‍♂️

Pada setiap fase perubahan, memang setiap organisasi perlu menghadirkan program deliverabelsnya, hingga penting mencapai outcomes yang ditarget pada setiap tahapannya hingga ia berhasil🙌

Bagaimana menarik garis merah berupa jembatan agar kita tak terlalu mengeluarkan energi terlalu extra dan berujung kelelahan. Disinilah kita perlu membangun dan terjalin dengan ekosistem dimana dalam setiap perjalanan sebuah perubahan perlu menghadirkan “Change Initiation” yakni ikut aktif berpartisipasi, mau memahami, berinteraksi, bertahan dan komit pada proses.⁣

Gimana, siap melakukan perubahan?

Apa itu Agile Mindset?

Nerusin yang kemarin yaa. Ngomongin being Agile ga selalu harus berhubungan dengan hal‑hal berbau digital/informatika. Hal ini memang mungkin awalnya istilah ini dikenal dari kawan‑kawan yang bergerak dari dunia informatika dalam pendekatan kerjanya. Namun secara fundamental & filosofis, dasarnya mengacu pada cara pandang & cara berpikir. Sebuah mindset dimana setiap individu perlu melatih kemampuan agilitasnya, bisa tangkas & adaptif.

Jika individu memerlukan tingkat agilitas yang baik, sudah tentu sebuah usaha yang didirikan sang Founder yang memiliki visi jangka panjang, menginginkan usahanya berkelanjutan! Karena setiap jaman memiliki karakteristik berbeda‑beda maka ketangkasan untuk bisa beradaptasi justru menjadi penting dimiliki, sebuah budaya yang penting dan bisa dibangun. Budaya berinovasi!


Agile memang sedikit mengarah ke “Chaos” dalam artian positif, karena dinamikanya justru memerlukan organisasinya memiliki tim yang tetap bereksplorasi terus menerus. Dalam perspektif tradisional ini sering disebut “Ganti‑ganti mulu ah! Capek!” Jadi sebenernya apa itu Agile Mindset? Agile Mindset itu….

1. Menganggap individu adalah manusia dengan motivasi intrinsik yang berbeda‑beda, bukan sumber daya yang memerlukan motivasi ekstrinsik.
2. Individu menjadi baik karena mereka senantiasa berusaha dan terus belajar, bukan sekedar pintar!
3. Keputusan diambil dengan konsensus diatara anggota yang terdampak
4. Membengun produk yang benar dengan cara memperlihatkannya pada konsumen secara sering dan mengujinya dengan perspektif mereka. Bukan menuliskan spec sedetil‑detilnya.
5. Retrospektif. Setelah sebuah project selesai, siapkan wadah berdialog, mencari titik‑titik kesuksesan dan kegagalan. Mencari jalan perbaikan dan menyelenggarakannya.
6. Kapan bisa improve? Dimulai dari hal‑hal kecil yang dapat diperbaiki, dimulai dari apa yang bisa dimulai?
7. Ketika ada perilaku yang tak diinginkan muncul, tapi juga periksa sistemnya apakah terdapat reward pada perbaikannya.
8. Jika ada yang perlu diklarifikasi, “Talk to them in person”
9. Dokumentasikan, jika ada sesuatu yang hilang segera lengkapi.

Yuk belajar lagi
#agilitytransformation

Being Agile

Banyak metodologi artinya makin banyak tools yang memang penting kita kuasai agar sistematika kerja kita semakin baik, juga setiap usaha yang dilakukan memiliki dampak baik yang tak terduga sebelumnya, istilahnya hasilnya beyond!⁣⁣
⁣⁣
Yakin & optimis penting, hanya saja kedua perasaan ini timbul bukan semata‑mata perasaan, tapi timbul karena menguasai caranya dengan baik yang akan membawa kita pada mimpi besar di masa depan. ⁣⁣
⁣⁣
Beberapa pendekatan yang kerap kali bingung menerapkannya, bahkan tak tepat penggunannya antara lain terkait apa itu #Agile, apa bedanya dengan Kanban, kemudian apa itu #Lean#SixSigma dan bedanya dengan #Waterfall? Menggunakan tools manajemen ini merupakan hal yang perlu dipahami bukan hanya para pelaku usaha, tapi setiap individu yang memiliki harapan menumbuhkan kemajuan di masa depan juga penting mengenal dan menggunakannya.⁣⁣
⁣⁣
Agile, saya sangat suka prinsip ini. Mindset hingga praktek yang memperkenankan rancangan proses fleksibel & iteratif. Lebih dari sekedar metodologi, Agile melingkupi satu set proses mengekstensifkan projects dalam lingkungan yang dinamis. Pendekatan dinamis inilah yang justru membawa banyak inovasi dalam prosesnya & banyak melahirkan banyak produk inovatif.⁣⁣
⁣⁣
#kanban, apa itu? Pendekaran ini menggunakan prinsip lean, bertujuan meningkatkan produktifitas dengan mengefektifkan sumber daya & waktu yang tak produktif dengan mengeliminasinya. Kanban bisa dilakukan bersamaan dengan Agile.⁣⁣
⁣⁣


Nah, jika meliirik lagi kebelakang, ada beberapa pendekatan yang memang perlu disesuaikan lagi konteksnya dengan kekinian, tapi masih sangat berguna seperti Six Sigma, teknis pemecahan masalah dengan memperbaiki prosesnya dalam 5 langkah (Define, Measure, Analyze, Improve. & Control) atau Waterfall, pendekatan sederhana perencanaan project. Cara ini menuntaskan satu pekerjaan dahulu baru melangkah pada tahap berikutnya secara sequensial ditetapkan di awal, hanya ini cukup berlawanan dengan prinsip Agile 😉
⁣⁣
Yuk perbaiki, sistematika kerja kita, agar energinya tak terlalu banyak terkuras. Optimisme justru hadir karena tau betul caranya, sementara banyak pihak tak paham caranya:) semangat! #agilitytransformation

How Agile Are You?

Mekanisme WFH itu baik, sangat baik bagi efisiensi, namun bagi organisasi sebuah usaha yang budaya keterkaitan & keeratan antarindividunya belum cukup kuat, justru berpotensi untuk menjauhkan ikatan antar anggotanya.⁣

Membangun budaya unggul kerap kali jadi peer, apalagi kultur usaha & organisasi pada perusahaan / institusi di negara tercinta ini masih jauh dibilang dari maju, masih banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan. ⁣

Salah satu dari 9 prinsip “Agile Leadership” adalah Effective Feedback. Ini menjadi kunci membangun tim tangguh. Ingat, ada 2 kata disana, “Effective” artinya menggunakan waktu dan sumberdaya secukupnya, dan “Feedback” artinya berani mengungkapkan dan menerima umpan balik yang jujur.⁣

Effective Feedback sesungguhnya membawa setiap organisasi dalam budaya untuk memiliki kemampuan “Mindful Leadership” yang makin baik. Oleh karena itu pertemuan setiap hari baik fisik atau pun daring, hendaknya jadi tempat belajar bereksplorasi mengasah kemampuan leadership pada tiap individunya.⁣

Oleh karena itu beberapa yang perlu dilatih & bisa dibantu dengan beberapa tools latihan antara lain menggunakan ini;

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan relasional, poin ini kamu bisa berlatih degan menemui banyak orang baru, dan berlatih menyimak. Lakukan hal yang sama untuk tim kita. Jangan lupa main yang jauh!⁣

2. Mampu membuat keputusan & berani mengasahnya! coba main‑main Lightning Decission Jam salah satu tools belajarnya.⁣

3. Kembangkan empati dengan tim kita dan saling menginspirasi. Tools empati ini bayak, seperti 5 Whys, Peta Observe, Persona Canvas dll. Tapi jangan cuma dipake main yaa, lakukan juga dalam keseharian.⁣

4. Berlatih untuk memiliki resiliensi yang kuat & percaya diri. Ingat jangan baperan ya, baper sama punya rasa sense of urgency itu beda ya. ⁣

5. Seringkali kegagalan timbul karena tak fokus, jauh dari clarity. Belajar lagi untuk konsisten, ini bisa pake OKRs loh :D⁣

6. Attitude, ini yang sering kali juga lupa. Karena ini dirasakan orang lain, kita yang punya kendali, jangan lupa asah kemampuan berperilaku baik ini, setiap hari lebih baik dan seterusnya.⁣

Selamat Belajar🚀
#agilitytransformation

Leading The Change

Bersua dengan penggerak‑penggerak perubahan kemarin membawa harapan baru akan seperti apa mimpi dimasa depan berwujud🌴⁣

Hari itu juga kami berjumpa kawan‑kawan yang mendamba perubahan, saat organisasinya yang kerap menghasilkan individu‑individu unggul & hilang perlahan satu persatu seakan lupa akan mimpi yang pernah diikrarkan bersama.

Perubahan era memang tak bisa dielakkan, namun perubahan yang konsisten juga penting, menolak berubah akan berbuah ketertinggalan yang baru akan tersadari dimasa datang.


Tulisan John Kotter, dalam bukunya Leading Change (1996) mengungkapkan 8 tahap memulai menghadirkan perubahan dalam organisasi kita,⁣

1. Mulai menyampaikan sense of urgency, faktor “Why” memang paling penting disampaikan, filosofi dasar ini sering kali terlupakan untuk disampaikan hingga kerap langsung pada “doing what”🤔⁣

2. Membangun panduan untuk berkoalisi. Mencari titik titik simpul individu yang dapat memandu, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan aktivitasnya🧐⁣

3. Memformulasikan visi strategis dan inisiatifnya. Mengklarifikasikan kembali apa bedanya masa lalu dengan masa depan, lanjutkan dengan membangun inisiatif😎⁣

4. Mengkomunikasikan visi perubahan & internalisasikan sungguh‑sungguh pad prosesnya🤠⁣

5. Memberdayakan, menghilangkan beragam penghalang yang tak efektif berupa proses atau hierarki. “Work accross silos, generate real Impact”🧏⁣

6. Buat kemenangan jangka pendek. Sebuah istilah “ Wins are the molecules of results” kemenangan‑kemenangan kecil perlu direkognisi, dikumpulkan & dikomunikasikan dari awal secara frekewentif untuk melacak progres & memberikan energi tim untuk persisten🏆⁣

7. Memastikan akselerasi yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan konsolidasi berbagai kemajuan dan melahirkan lagi banyak perubahan. Kita bisa mengembangkan sistem, struktur dan kebijakan baru. Persisten memulai perubahan demi perubahan sampai vis menjadi kenyataan🧗‍♂️⁣

8. Mengintitusionalkan pendekatan baru dalam budaya organisasi, hubungkan kebiasaan baru dengan keberhasilan organisasi, pastikan berlanjut hingga cukup kuat menggantikan budaya lama🖋📗⁣

Perubahan ngga datang tiba‑tiba, yuk mulai prosesnya!