The Local Enablers and Lewrick & Company.

It’s truly inspiring to see such initiatives like the School of Innovation being launched, especially with the collaboration between The Local Enablers and Lewrick & Company. This venture stands as a testament to the power of combining global methodologies with local expertise, fostering a culture of innovation and creative problem-solving in Indonesia.

The involvement @thelocalenablers highlights the commitment to not just imparting knowledge but also nurturing the right mindset for innovation. This approach is vital in empowering individuals at all levels, from those just beginning their journey in innovation to seasoned decision makers looking to enhance their strategies.

The diverse range of certification programs, accommodating varying levels of expertise, ensures that the School of Innovation will be a pivotal resource for many. It’s an opportunity for participants to not only learn but also apply these methodologies in real-world scenarios, driving tangible change and progress.

The focus on design thinking as a key aspect of the training is particularly noteworthy. It underscores the importance of empathy, creativity, and user-centric approaches in innovation, which are crucial in today’s rapidly evolving world.

As Indonesia embarks on this journey towards a more innovative future, it will be fascinating to observe the ripple effects of such education and empowerment. The School of Innovation could very well be a catalyst for significant positive transformations, not just within organizations but across the broader societal landscape.

Embracing innovation is indeed embracing the future, and it’s commendable to see such initiatives paving the way🚀🚀🚀

Design Thinking

Menggunakan Design Thinking bukan cuma tentang menciptakan solusi yang efektif, tetapi juga tentang memahami dan menghargai pengalaman manusia dalam setiap aspeknya.

Kerjasama lintas disiplin akan jadi kunci karena tujuannya adalah outcomes, ide-ide dari berbagai bidang kemudian diintegrasikan untuk menemukan solusi-solusi inovatif. Hingga seorang Design Thinkers selalu didorong untuk menjadi seseorang yang ingin tahu, dengan terus bertanya dan mengeksplorasi lebih dalam untuk benar-benar memahami masalah dan kebutuhan penggunanya

Pada prosesnya, jadi sangat penting untuk bisa pula memvisualisasikan perjalanan penggunanya, dilakukan dengan memetakan setiap langkah, kita dapat mengidentifikasi dan memahami titik kesulitan serta peluang untuk perbaikan. Ini membantu dalam merancang solusi yang tidak hanya kreatif tetapi juga relevan dan berdampak langsung pada pengguna.

Aspek kunci lainnya adalah aksesibilitas. Desain harus bisa diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau sensorik. Ini bukan hanya tentang inklusivitas tetapi juga tentang menciptakan solusi yang berkelanjutan dan luas pengaruhnya.

Akhirnya, refleksi dan dokumentasi menjadi bagian penting dari proses. Meluangkan waktu untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari dan mendokumentasikannya tidak hanya memperkaya proses pembelajaran tetapi juga menjadi sumber berharga untuk proyek-proyek mendatang. Dokumentasi ini juga memungkinkan pengetahuan dibagikan, sehingga memperluas dampak Design Thinking.

Dengan mengintegrasikan semua elemen ini ke dalam Design Thinking, kita tidak nggq cuma menciptakan solusi yang efektif tetapi juga berkontribusi pada penciptaan dunia yang lebih inklusif, pemahaman, dan inovatif.

Selamat mengarungi dunia inovasi!

Design Thinking

Di era yang terus berubah dan penuh tantangan ini, pentingnya Design Thinking jadi semakin terasa. Design Thinking bukan cuma sekadar proses, tapi juga cara pandang yang unik untuk memahami dan menanggapi kompleksitas dunia yang makin rumit dengan empati dan kreativitas.

Merujuk tulisan Tim Brown, Design Thinking mengajarkan kita untuk bisa melihat dunia dengan lensa yang berbeda, di mana empati dan eksperimen menjadi fondasi utama. Walau sederhana terasanya, tapi fundamental ini yang paling menantang diterapkan.

Rujukan lain, David Kelley dalam bukunya Creative Confindence, pada konteks saat ini dan masa depan, kolaborasi, seperti yang ditekankan jadi kunci utama. Menghadapi masalah yang semakin kompleks, kita jadi membutuhkan berbagai perspektif dan keahlian untuk mencapai solusi yang inovatif. Kolaborasi juga seperti mudah dilakukan, faktanya akan sangat berbeda karena mindsetnya kerap kali belum shifting.

Belajar lagi terkait Fasilitasi Design Thinking, prosesnya justru berfokus pada bagaimana memandu eksplorasi ini, bukan hanya mencari jawaban yang tepat, nah ini juga kerap kali jadi tantangan, bukan sekedar jawaban tepat, tapi berani engga bereksplorasi?

Memfasilitasi proses dengan kerangka Design Thinking, diawali denhan pentingnya untuk menciptakan ruang di mana setiap suara didengar dan setiap ide dihargai. Ini mencerminkan kebutuhan akan inklusivitas dan keragaman dalam mencari solusi. Inovasi ngga alan muncul dari isolasi, melainkan dari interaksi dan kolaborasi yang dinamis.

Pendekatan-pendekatan ini, mengingatkan kita bahwa memfasilitasi Design Thinking bukan hanya tentang memberikan jawaban, tetapi lebih pada mengajukan pertanyaan yang tepat untuk membuka wawasan baru. Dan terakhir, mengingatkan lagi, digarisbawahi pula bahwa tujuan utama Design Thinking adalah menciptakan masa depan yang lebih baik dengan pendekatan yang berpusat pada manusia.

Dalam konteks ini, Design Thinking menjadi sangat relevan untuk mengembangkan solusi yang tidak cuma inovatif, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif, memastikan kita siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi di masa depan.

Jadi kita mau belajar bareng ngga nih?

High Leadership Model

Dalam keseharian kita banyak dipertemukan dengan sebuah kesuksesan yang sering kali diukur melalui pencapaian akademik atau pencapaian karier yang terus menanjak, vertikal ke atas🚀

Katakanlah Faris, seorang anak muda 23 tahun, memberikan sudut pandang berbeda mengenai apa definisi kesuksesan sesungguhnya, menjadi keren itu definisinya apa dari POV lain?🔭

Baginya, sukses bukan sekadar mengejar predikat dan mencapai posisi yang tinggi, melainkan juga tentang sejauh mana kita dapat meluaskan manfaat dari pencapaian kita dan seberapa dalam kita dapat memahami serta memberi makna pada setiap langkah yang kita ambil dalam perjalanannya.

Misalnya, seorang guru yang mungkin tidak pernah dikenal secara luas, namun berhasil meninggalkan dampak yang mendalam di hati para siswanya, menciptakan generasi yang tidak hanya terdidik, tetapi juga peduli dan berdaya. Atau seorang mahasiswa yang terus menerus berjuang, tidak hanya demi mendapatkan nilai bagus, tetapi juga demi menyerap pengetahuan yang nantinya dapat dibagikan dan dimanfaatkan untuk komunitasnya.

Dalam konteks ini, kesuksesan tidak selalu terukur dari apa yang terlihat di permukaan, melainkan juga dari dampak yang dihasilkan dan warisan yang ditinggalkan. Kita semua perlu menghargai dan mengejar kesuksesan yang tidak hanya menonjol ke atas, melainkan juga meluas ke samping dan memiliki kedalaman makn

Kesuksesan yang sejati terletak pada kemampuan kita untuk berbagi, menginspirasi, dan meninggalkan jejak yang positif bagi orang lain dan lingkungan sekitar kita. Karena di situlah esensi dari pendidikan sejati: memberikan dan mengambil makna dalam setiap interaksi dan transmisi pengetahuannya

Tidak melulu vertikal meninggi,
Bisa juga horisontal meluas manfaatnya,
Atau semakin dalam memaknainya, jadi akar kuat sebuah ekosistem tumbuh. Bagi yang memilih horisontal dan atau yang mendalam, kerennya kamu mungkin tak terlihat seperti menara, tapi setiap manfaat yang kalian tanam pada individunya tak lekang oleh jaman, akan mengalir dan menular lebih luas dan dalam.

Selamat meluaskan dampak!

Design Action

Pergerakan yang mengubah paradigma pemikiran! Design Action, workshop inklusif yang mengadopsi kerangka kerja Design Thinking. Di balik workshop ini, terdapat upaya besar untuk memulai regenerasi pemikiran inovatif yang membumi.

Melibatkan anak-anak muda ini sebagai Youth Facilitators, flash back dari angkatan pertama hingga angkatan 8, workshop ini berhasil menanamkan semangat serta pemikiran Design Thinking dalam benak generasi muda. Mereka bukan cuma menjadi peserta biasa, tetapi juga menjadi pendorong perubahan, enablers yang dilengkapi dengan kerangka berpikir yang kuat untuk menemukan solusi-solusi kreatif.

Workshop ini bukan juga cuma sekadar rutinitas tahunan. Ini adalah pelopor, menciptakan tonggak baru dalam pemikiran inovatif. Ngga cuma mengajarkan cara berpikir kreatif, tetapi juga pentingnya memahami desain sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks.

Anak-anak muda ini bukan sekadar peserta biasa, tapi agen perubahan yang disiapkan menghadapi tantangan masa depan, bukan sekedar problem solver, tetapi juga enablers yang bisa menginspirasi sekelilingnya untuk berpikir kreatif.

Workshop ini juga memberikan wawasan tentang ekosistem inovasi bisa dibangun. Bagaimana ide-ide inovatif bisa bertahan dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung inovasi. Workshop ini mendorong diskusi tentang bagaimana memastikan keberlanjutan dari solusi-solusi inovatif yang diciptakan.

Lebih dari sekadar Design Action adalah komitmen untuk menciptakan agen perubahan. Generasi ini tidak hanya mau, tetapi juga mampu untuk menjadi motor penggerak perubahan dalam masyarakat.

Proses program ini ngga juga terlepas dari teori perubahan dan difusi inovasi. Kami memahami bahwa untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan, penting untuk memahami bagaimana ide-ide inovatif menyebar dan diterima oleh masyarakat.

Kegiatan ini adalah upaya untuk menciptakan budaya inovasi yang tidak hanya berdiam diri dalam ruang tertutup, tetapi mampu menjawab tantangan zaman. Ini adalah bentuk investasi bagi masa depan. Bareng-bareng membawa harapan untuk mewujudkan perubahan yang lebih besar dan memastikan dampaknya meluas dan sustain🚀

Situational leadership

Pikirkan tentang organisasi layaknya perahu di lautan badai. 🌊🌊🌊🌊🚢 Gimana caranya untuk tetap aman dan sampai hingga tujuan, perlu ada seorang kapten yang pintar. Kapten 🧑‍✈️ini perlu bisa berubah-ubah sesuai dengan cuaca dan kondisi laut, hal ini menggambarkan situational leadership.

Situational leadership adalah cara kepemimpinan di mana pemimpin perlu menggunakan gaya berbeda-beda tergantung pada situasi dan orang-orang di sekitarnya. Ini seperti mengganti baju sesuai dengan cuaca. Jadi, dalam cuaca cerah, kita mungkin memakai baju ringan, tetapi jika hujan turun, kita akan memakai mantel hujan.

Situational leadership sangat penting untuk membuat organisasi menjadi tangkas / agile atau siap beradaptasi dengan cepat. Inilah mengapa:

🚢 Cepat beradaptasi:
Pemimpin bisa cepat berubah sesuai dengan situasi. Ini seperti kapten yang bisa mengubah arah perahu dengan cepat jika badai mendekat.

🚢 Kinerja Tim yang Lebih Baik:
Dengan gaya kepemimpinan yang sesuai, tim akan bekerja lebih baik bersama. Ini seperti orang yang bermain sepak bola yang tahu kapan harus menendang dan kapan harus menjaga gawang.

🚢 Pengembangan Kepemimpinan:
Situational leadership membantu pemimpin jadi lebih baik. Mereka belajar bagaimana mengenali situasi dan apa yang perlu dilakukan. Ini seperti berlatih untuk menjadi pemain yang lebih baik.

🚢 Motivasi & Keterlibatan:
Pemimpin yang baik bisa membuat tim tetap semangat dan bekerja dengan baik. Mereka tahu kapan harus memberikan dukungan atau memberikan arahan.

🚢 Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik:
Dalam situasi berisiko, pemimpin bisa memberi tanggung jawab kepada orang-orang yang kompeten. Ini seperti mempercayai teman untuk mengemudi ketika Anda lelah.

Jadi, situational leadership adalah alat penting untuk bikin organisasi jadi siap menghadapi perubahan dan berhasil dalam dunia yang cepat berubah. Itu membantu pemimpin untuk menjadi kapten yang cerdas dan membimbing organisasi menuju tujuan dengan aman.

Sudah seberapa dekat kita sama tujuan?🧭

Agile

Seharian bareng Agile Coach @putiretno_ CEO @agilitytransformation dapet banget insight yeay!

Dalam mengerti “Agile”, diperlukan pemahaman mendalam. Agile adalah pendekatan kerja yang fokus pada kolaborasi, adaptabilitas, dan respons cepat terhadap feedback pelanggan. Tidak ada istilah “agile banget” secara harfiah. Frasa ini bisa memberi kesan over-commitment pada fleksibilitas, yang berisiko menciptakan kekacauan. Fleksibilitas dalam Agile selalu dalam kerangka kerja tertentu untuk mencegah kekacauan.

Ketika orang menggunakan “agile banget,” ini seharusnya dipahami sebagai ekspresi informal, bukan definisi dari Agile. Yang vital adalah bagaimana menerapkan prinsip dan nilai Agile dengan benar.

Beberapa alasan konsep “agile banget” dianggap keliru:

1. Tidak Ada Tingkatan dalam Agile:
Agile memiliki kerangka kerja tertentu. Menambah “banget” bisa memberi kesan ada “agile biasa” dan “agile ekstra”. Padahal, tim bisa mengadopsi Agile sepenuhnya atau tidak.

2. Risiko Over-Adaptasi:
“Agile banget” bisa membuat tim terlalu siap beradaptasi, bahkan pada perubahan kecil, sehingga kehilangan fokus.

3. Kekacauan dan Ketidakpastian:
Tanpa pemahaman yang benar, tim bisa kesulitan menentukan prioritas dan membuat keputusan efektif.

4. Menyimpang dari Nilai Inti:
Agile berdasar pada nilai seperti kolaborasi dan prioritas pelanggan. Terlalu fokus pada fleksibilitas bisa menyimpang dari esensi Agile.

5. Potensi Burnout:
Fokus berlebih pada adaptasi bisa membuat tim terbebani.

Dalam praktik, istilah “agile banget” bisa menyesatkan. Penting bagi tim untuk memahami dan menerapkan prinsip serta nilai Agile dengan benar demi kesuksesan proyek.

Balajar lagii🚀

Evolusi Design Thinking dan Pergeseran Paradigma Desain

Sudah sampai mana Design Thinking?

Evolusi Design Thinking dan Pergeseran Paradigma Desain

Desain bukan hanya soal bentuk dan estetika, tetapi bagaimana mendekati masalah dengan cara yang berpusat pada manusia. Design Thinking mewakili pergeseran ini. Mulanya dilihat sebagai pendekatan revolusioner, Design Thinking kini telah menjadi fondasi dalam dunia desain. Ini adalah metodologi yang menekankan empati, pemahaman mendalam tentang pengguna, dan penciptaan solusi yang relevan melalui tahap-tahap pemahaman, ideasi, prototipe, dan pengujian.

Namun, dunia terus berubah. Desain kini tak hanya terbatas pada penciptaan produk atau layanan yang memikat. Desainer diharapkan untuk melampaui batasan tradisional dan melihat gambaran yang lebih besar – memahami sistem, interaksi, dan konsekuensi jangka panjang dari setiap keputusan desain.

Pergeseran paradigma yang kita saksikan saat ini bisa dijelaskan sebagai “Design to Be Defined”. Artinya, desain saat ini memiliki cakupan yang jauh lebih luas dari yang pernah kita bayangkan. Bukan hanya soal menciptakan sesuatu yang indah, tetapi juga soal berkolaborasi lintas disiplin, memahami kompleksitas masalah, dan mencari solusi inovatif.

Selain itu, desain sekarang juga melibatkan aspek lain seperti strategi bisnis, perubahan budaya organisasi, dan bahkan pertimbangan dampak sosial. Dalam konteks ini, desainer bukan lagi hanya “pencipta” tetapi juga “pemikir strategis” yang memandu inovasi dan transformasi.

Design Thinking adalah titik awal, fondasi. Tetapi kita perlu melihat ke depan, memahami kebutuhan yang berubah, dan siap menghadapinya dengan pendekatan yang fleksibel dan inklusif. Desain harus memandang dirinya sebagai alat untuk inovasi, transformasi, dan penciptaan nilai jangka panjang, bukan hanya sebagai proses untuk menciptakan bentuk dan fungsi.

Sebagai kesimpulan, dunia desain mengalami evolusi yang cepat. Dari Design Thinking ke paradigma baru yang belum sepenuhnya didefinisikan, satu hal yang jelas: Desainer masa depan adalah mereka yang siap beradaptasi, belajar, dan memimpin perubahan. Desain kini bukan hanya seni, tetapi juga ilmu, strategi, dan misi🚀

Working from Anywhere

Konsep “Working from Anywhere” adalah hasil dari perubahan mendasar dalam paradigma kerja yang semakin berkembang. Ini erat dengan pergeseran dari orientasi output ke outcomes & kenapa pekerjaan yang cuma fokus pada output bisa jadi tidak menguntungkan bagi perusahaan & membahayakan.

Dalam paradigma lama berorientasi output, pekerjaan sering hanya cuma diukur dari sejauh mana seorang karyawan menyelesaikan tugas yang diberikan. Wal hasil, fokusnya hanya pada produktivitas individual & tidak mempertimbangkan dampak yang lebih besar yang bisa dicapai secara tim secara keseluruhan. Ini seringkali mengarahkan pada perilaku “silo,” dimana tiap individu bekerja sendiri-sendiri tanpa kolaborasi.

Oh ya ini sering kali justru terjadi pada usaha yang mulai membesar, yang tadinya sangat fleksibel, kemudian malah jadi corporate style! Hati-hati!

Konsep “WFA” justru membawa keuntungan karena pekerja bisa belanja ide dari luar & membawa hasilnya ke tempatnya Ia bekerja. Ini bukan cuma tentang seberapa banyak tugas yang diselesaikan, tetapi tentang sejauh mana pekerjaan yang dilakukan mengarah pada pencapaian tujuan bisnis yang lebih besar.

Pergeseran ini menguntungkan karena;

✅ Kolaborasi Lebih Baik:
Dalam lingkungan berorientasi hasil, kolaborasi menjadi kunci. Tim yang bekerja dari mana saja dapat berkolaborasi lebih efektif, menghasilkan solusi yang lebih kreatif & terobosan yang mendorong pertumbuhan perusahaan.

✅ Dampak Lebih Besar:
Orientasi pada hasil memungkinkan perusahaan untuk fokus pada tujuan strategis jangka panjang. Ini membantu mencipta dampak yang lebih besar daripada sekadar mengejar output harian.

✅ Budaya Kerja Lebih Terbuka:
Ketika hasil lebih penting daripada output individu, budaya kerja yang lebih terbuka & kolaboratif bisa berkembang. Ini membantu mengatasi masalah “silo” yang sering muncul.

✅ Tim yang Bertanggung Jawab:
Tim jadi cenderung lebih bertanggung jawab karena mereka harus mengukur keberhasilan mereka berdasarkan dampak yang dihasilkannya.

Jadi, konsep “WFA” ga cuma tentang tempat kerja yang lebih fleksibel, tetapi juga tentang mengubah cara kita memandang pekerjaan.

Selamat berproses!