Menjadi Organisasi Pembelajar

Biar organisasi kamu jadi organisasi pembelajar, salah satu kerangka yang jadi favorit kami adalah Johari Window yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana persepsi diri dan persepsi orang lain dapat mempengaruhi hubungan interpersonal🥳

Konsep ini bermanfaat bagi organisasi pembelajar karena membantu individu dalam kelompok untuk memahami kondisinya & membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik🚀

Dengan memahami area- area terbuka (open), yang diketahui oleh diri sendiri & orang lain, serta area yang dirahasiakan (hidden) / tidak diketahui (unknown), individu dapat memperoleh wawasan yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan interpersonal & memperbaiki hubungan kerjanya🤝

Bisa juga membantu organisasi dalam menciptakan lingkungan yang lebih terbuka, kolaboratif & efektif, serta membantu individu dalam kelompok untuk meningkatkan keterampilan interpersonalnya & mengembangkan diri secara profesional.

Gimana cara menerapkanya?🤔

✔️Self-assessment: Lakukan evaluasi diri secara objektif & jujur ​​tentang keterampilan & perilaku kita. Identifikasi area di mana kita merasa percaya diri & keahlian, serta area yang mungkin perlu ditingkatkan.

✔️Bicara dengan orang lain: Ajak teman, rekan kerja / atasan untuk memberikan umpan balik tentang perilaku, keahlian, & keterampilan kamu. Kita akan memperoleh persepsi orang lain tentang diri kita, termasuk apa yang mereka anggap sebagai kekuatan kita dan di mana Anda dapat berkembang.

✔️Menerima umpan balik dengan lapang dada & tanpa membenarkan atau membela diri. Dengarkan dengan seksama apa yang orang lain katakan tentang kita & coba untuk memahami sudut pandang mereka.

✔️Membuka diri: Bagikan informasi tentang diri kita dengan kelompok kerja yang akan membantu memperluas area terbuka (open) pada jendela Johari & mencipta lingkungan kerja yang lebih terbuka & saling percaya.

✔️Memperbaiki diri: Gunakan informasi dari proses Johari Window untuk meningkatkan diri. Fokus pada pengembangan keterampilan / perilaku yang perlu ditingkatkan & manfaatkan kekuatannaya untuk memperoleh hasil jadi lebih baik.🫡

Selamat berproses🤗

Pengambilan Keputusan secara Inklusif

Pastikan setiap orang terlibat yaaa! Organisasi pembelajar buat tim makin kreatif, gimana melibatkannya?

Pengambilan keputusan secara inklusif adalah proses pengambilan keputusan yang melibatkan partisipasi dari beragam perspektif dan kelompok yang berbeda dalam suatu organisasi atau masyarakat.

Tujuannya tentunya adalah untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan kebutuhan dan kepentingan semua anggota masyarakat atau organisasi.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk melakukan pengambilan keputusan secara inklusif🥳

✔️Identifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan: Stakeholder adalah pihak-pihak yang akan terpengaruh oleh keputusan yang diambil. Identifikasi dan undanglah mereka untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan🥳

✔️Pilih metode yang sesuai: Pilih metode yang sesuai untuk memfasilitasi diskusi dan pengambilan keputusan yang inklusif, seperti focus group, workshop atau forum diskusi😁

✔️Buat ruang untuk partisipasi aktif: Buatlah ruang yang aman dan terbuka untuk semua stakeholder untuk berpartisipasi secara aktif dan memberikan masukan mereka🫡

✔️Berikan informasi yang lengkap: Berikan informasi yang lengkap dan transparan kepada semua stakeholder sehingga mereka dapat membuat keputusan yang didasarkan pada fakta dan data yang valid😎

✔️Beri waktu yang cukup: Berikan waktu yang cukup bagi stakeholder untuk mempertimbangkan opsi yang tersedia dan memberikan masukan mereka🧐

✔️Pertimbangkan semua opsi: Pertimbangkan semua opsi yang tersedia dengan cara yang objektif dan adil, tanpa memihak pada satu kelompok atau individu tertentu.

✔️Evaluasi keputusan: Setelah keputusan diambil, evaluasi hasilnya secara terbuka dan transparan dan berikan kesempatan bagi stakeholder untuk memberikan masukan dan umpan balik🤓

✔️Dengan mengikuti langkah-langkah ini, proses pengambilan keputusan secara inklusif dapat membantu organisasi atau masyarakat untuk mencapai keputusan yang lebih baik dan memperkuat hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi☺️

Ayo gas belajar lagi🚀🚀

Lean UX & Agile UX

Lean UX & Agile UX adalah 2 pendekatan yang berbeda dalam pengembangan desain user experience/UX. Meskipun keduanya punya fokus pada kerja tim, keterlibatan pengguna & iterasi, bedanya dimana?🥳

Lean UX fokus pada pengurangan pemborosan dan efisiensi dalam proses desain UX, pengujian cepat & pembuatan prototipe untuk memvalidasi hipotesis desain sebelum membuat produk secara keseluruhan. Tujuannya untuk memastikan bahwa solusi UX bisa memenuhi kebutuhan pengguna & pasar secara efisien🤓

Sementara Agile UX fokus pada pengembangan iteratif & kolaboratif dengan menggabungkan praktik Agile dalam pengembangan produk, menekankan pada pengembangan produk secara cepat dan adaptif, dengan berfokus pada pengembangan minimum viable product (MVP) & perbaikan berkelanjutan berdasarkan umpan balik dari pengguna😘

Keduanya punya keuntungan & kekurangan masing-masing & pilihan tergantung pada tim & proyeknya. Tapi juga keduanya saling melengkapi & dapat digabungkan untuk menciptakan proses desain UX yang kuat & efektif.

Meski Agile UX bisa memberikan banyak manfaat, ada beberapa kesulitan yang mungkin muncul saat implementasinya. spt:

✔️1. Perlu keterlibatan & kolaborasi yang tinggi dari seluruh tim dan pemangku kepentingannya. Hal ini dapat menjadi sulit jika tim tidak terbiasa / terpisah secara geografis.

✔️2. Hambatannya biasnya berupa struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang kaku, serta kurangnya dukungan dari manajemen & pemangku kepentingan lainnya.

✔️3. Integrasi Agile dengan proses bisnis yang ada: Agile UX sering kali memerlukan perubahan dalam proses bisnis yang ada, yang mungkin sulit diimplementasikan secara cepat atau tanpa mengganggu operasi yang sedang berjalan.

✔️4. Implementasi Agile UX memerlukan keterampilan dan pengalaman yang khusus dari seluruh anggota tim. Hal ini menjadi sulit jika tim tidak punya memiliki pengalaman dan keterampilan yang diperlukan.

✔️5. Dalam upaya untuk mengembangkan produk dengan cepat, tim bisa mengabaikan kebutuhan pengguna / fokus pada solusi yang lebih mudah untuk diimplementasikan, daripada pada solusi yang paling efektif / inovatif.

Menantang memang mewujudkannya, coba dilatih lagi kesabaran berprosesnya!🦾🤩

Business Thinking & Design Thinking

Business thinking dan design thinking adalah dua pendekatan yang berbeda dalam memecahkan masalah dan mengembangkan ide.

✔️Business thinking fokus pada pengembangan dan pertumbuhan bisnis dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya, keuntungan, dan pasar.

✔️Sedangkan design thinking fokus pada pemahaman mendalam tentang pengguna dan menemukan solusi kreatif yang menyelesaikan masalah pengguna dengan cara yang efektif.

Bedanya antara business thinking dan design thinking adalah:

✔️Tujuan utama: Business thinking bertujuan untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan bisnis, sedangkan design thinking bertujuan untuk menciptakan solusi inovatif untuk masalah pengguna.

✔️Proses yang digunakan: Business thinking menggunakan metode analisis data dan strategi bisnis untuk mengembangkan dan mengoptimalkan bisnis, sedangkan design thinking menggunakan pendekatan empiris untuk mengembangkan solusi kreatif untuk masalah pengguna.

✔️Fokus pada pengguna : Design thinking memprioritaskan kebutuhan pengguna dan berusaha memahami perspektif mereka secara mendalam, sementara business thinking lebih berfokus pada kepentingan bisnis.

✔️Pembuatan keputusan : Business thinking mengutamakan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data dan strategi bisnis, sementara design thinking lebih mengutamakan pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman mendalam tentang pengguna dan berfokus pada solusi kreatif dan inovatif.

✔️Orientasi waktu : Business thinking lebih berorientasi pada jangka pendek, sementara design thinking lebih berorientasi pada jangka panjang dan keberlanjutan solusi.

Pastikan keduanya berjalan beriringan, business thinking maupun design thinking dapat saling melengkapi dalam pengembangan bisnis dan pengembangan produk yang sukses.

Keduanya bisa digunakan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang lebih baik dan menciptakan solusi yang lebih inovatif. Ayoo latih lagi skillnya! #tleecosociopreneur

“Disciplined Entrepreneurship : 24 Steps to a Successful Startup”

Dalam buku “Disciplined Entrepreneurship : 24 Steps to a Successful Startup” Bill Aulet diterbitkan oleh Wiley pada tahun 2013. Dia adalah seorang pengusaha dan pengajar di MIT Sloan School of Management, di mana ia mengepalai Martin Trust Center for MIT Entrepreneurship. Konsepnya masih cukup relevan karena menyangkut fundamental penting, yuk disimak apa aja?

Konsep ini menekankan pentingnya penggunaan disiplin dan pendekatan sistematis untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis startup. Setiap langkahnya penting dipelajari dan dijalankan dengan seksama untuk memastikan bahwa bisnis startup dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta memenuhi kebutuhan pelanggan.

24 langkah atau tahap yang harus dilakukan & memiliki pemahaman yang jelas tentang model bisnis dan pelanggan yang ingin dilayani, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dan efektif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh bisnis startup.

1. Mengidentifikasi peluang:
2. Memahami pelanggan:
3. Memvalidasi pelanggan:
4. Membangun model bisnis:
5. Mengembangkan produk:
6. Mengukur kemajuan:
7. Menetapkan tujuan:
8. Mengidentifikasi sumber daya:
9. Mengelola risiko:
10. Membangun tim:
11. Mengembangkan strategi pemasaran:
12. Mengembangkan strategi penjualan:
13. Menentukan harga:
14. Mengembangkan keunggulan bersaing:
15. Memahami lingkungan bisnis:
16. Membangun rencana operasional:
17. Mengembangkan strategi pertumbuhan:
18. Mengembangkan model keuangan:
19. Membangun rencana bisnis:
20. Mengembangkan strategi branding:
21. Mempersiapkan untuk pengambilan keputusan:
22. Mengelola operasi bisnis:
23. Memantau dan mengevaluasi kemajuan:
24. Melakukan iterasi dan pembelajaran:

Peernya banyak yaa! Nah mana kira-kira dari ke 24 poin diatas yang paling menantang buat kamu?

Apa Saja Kunci Agile Organization?

Biar ngga jadi chaos, coba deh kuatkan pilar-pilar ini dalam organisasi kamu!
Jangan lupa persisten mengembangkannya yaa. Jadi apa saja kunci Agile Organization?

1.Apa tujuan dari perubahan?
Inovasi & efisiensi. 
Tujuan organisasi yang adaptif adalah inovasi. Dalam proses bisnisnya dilakukan pula beragam tindakan efisiensi untuk memastikan keberlanjutan yang erat dengan kemampuan adaptasi dengan inovasi, melakukan hal-hal baru atau jadi lebih efisien dalam melakukan hal-hal yang sama dengan sumberdaya yang menipis🤣

2. Kunci keberhasilannya apa?
Communication & Knowledge
Era VUCA dengan ketidakpastiannya, menjadikan komunikasi jadi kunci.Interaksi dalam membangun realita yang baru. Pengetahuan dibangun melalui pengalaman pribadi & interaksi🤓

3. Energinya didapat dari mana? 
Entrepreneurship & Proactivity
Di era ketidakpastian, memang lebih beresiko jika tak melakukan apa-apa dari pada melangkah walau salah arah. Proaaktif, inisiatif & eskperimen yang akan menjaga pergerakan untuk terus beradaptasi. Jadi bagian penting untuk menghasilkan beragam proses kebaruan dalam menghasilkan terobosan, memastikan setiap pelaku dalam ekosistem untuk belajar proaktif😘

4.Magnet keberhasilanya apa?
Teamwork & Commitment
Apa yang membuat kita tetap betah dan passionate? Tim yang bahagia adalah terbuka atas eksplorasi. Tim dipastikan Ia mengikuti proses yang membawanya bahagia dalam bereksplorasi, pada setiap tahapnya diselaraskan hingga mencapai tujuan bisnis. Bersama-sama memastikan keterlibatan dan menjaga untuk tetap fokus pada prioritas utama🤩

5. Pendekatannya seperti apa: 
Distributed Leadership & Coordination
Pemimpin yang terbuka membuka jalan pada Kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan terdistribusikan untuk menciptakan kondisi yang tepat untuk munculnya desentralisasi, ruang-ruang inisiatif, tim yang self-coordination & inisiatif yang spontan😎

Bareng-bareng jadi Agile Team yang berdampak🚀🚀🚀

Apa bedanya “Output Vs Outcome” ?

Kantor sepi! sudah biasa pada beragam perkantoran besar saat ini, namun bukan berarti Ia tak produktif. Sepi karena timnya tersebar & tekoneksi satu sama lainnya dengan saluran-saluran digitalnya. Anggota timnya pun produktif menghasilkan beragam inisiatif, mengeksplorasi beragam cara baru untuk bisa menghasilkan sebuah produk dengan Definition of success yang disepakati, kami namakan sebagai key results🎸

Inisiatif ini digagas berdasarkan harapan apa yang ingin dicapai, dikomunikasikan dengan baik, ditulis & dipetakan prioritasnya, di review hasilnya, diretrospektifkan cara & budaya kerjanya, merepetisinya hingga memiliki formulasi terbaik dalam bekerja, menghasilkan & bergerak eksponensial kemudian setelah mendapatkan pola kerjanya🚀


Sebuah cerita sering saya utarakan didalam forum-forum untuk memastikan bisa membedakan Output & Outcomes. Digambarkan 2 orang Dokter digambarkan baru saja menyelesaikan operasi pasiennya yang berhasil dilaksanakan. Salah satu Dokter mengungkapkan “Excellent suegery! Well done!. Dokter yang lainnya berkata:” Thanks! Pity! The patient died. Dalam percakapan ini mengandung dua hal terkait 1) Output; operasinya berlangsung baik, 2) Outcomes; pasiennya meninggal (Outcome tak tercapai)😎

Pertanyaan berikutnya, apakah Dokter yang sudah bertugas tsb wajib dibayar? Jawabannya sudah pasti tentu dibayar terlepas pasiennya meninggal / tidak. Jika dalam konteks tim bisnis, setiap anggota penting menyadari bahwa setiap individunya bisa bekerja & menghasilkan outcomes, paham bahwa bukan sekedar bekerja keras tapi tak jua menghasilkan🎸

Dalam instansi konvensional, anggota tim dibayar jika ia terlihat bekerja, namun usaha modern akan mengitung berdasarkan hasil, bisa jadi ia tak pernah terlihat secara fisik tapi produktif menghasilkan hasil, ia pun dibayar sesuai hasilnya. Pastikan bahwa setiap anggota bekerja menghasilkan outcomes, berikan juga ruang inisiatif & kolaboratifnya agar kreatifitasnya berkembang, hingga timnya jadi sehat & menyenangkan. Dalam perusahaan modern biasanya tak menggunakan lagi frasa “to do list” tapi “initiative & result” hingga setiap orang tau apa yang perlu dihasilkannya dengan cara kerjanya bebas berkreasi.

Social Learning

Social learning adalah konsep psikologi yang merujuk pada cara belajar dari lingkungan sosialnya, terutama dari pengaruh orang lain dalam lingkungan sosialnya. Teori social learning Albert Bandura, dikenal sebagai teori belajar sosial-cognitive.

Belajar terjadi melalui interaksi sosial, pengamatan & panutan pengaruh dari lingkungannya, mencakup pengaruh dari orang-orang yang kita pandang sebagai model, seperti orangtua, teman sebaya, tokoh publik / bahkan karakter di media massa seperti televisi/film.

Salah satu konsep utamanya adalah “self-efficacy”, yakni keyakinan individu dalam kemampuannya untuk menyelesaikan tugas / mengatasi tantangan, self-efficacy bisa dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengamatan orang lain & respons dari lingkungannya. Orang dengan tingkat self-efficacy yang lebih tinggi cenderung lebih termotivasi & berhasil dalam mencapai tujuannya.

Teori social learning Bandura bisa punya beberapa implikasi yang relevan dengan kreativitas. Salah satunya adalah model-model yang diobservasi oleh individu & pengaruh contoh2nya pada kreativitas individu-individu disekelilingnya.

Menurut Bandura, seseorang cenderung meniru perilaku yang diamati dari model yang dianggap kompeten, kuat, atau bernilai dalam konteks tertentu. Dalam hal ini, individu bisa meniru kreativitas dari contoh2 yang dianggap kreatif & sukses dalam konteks tertentu, ini membantu meningkatkan kreativitas individu dalam konteks yang sama.

Dalam teori social learning ini juga menekankan pentingnya respons dari lingkungan terhadap perilaku individu. Ketika lingkungan memberikan umpan balik positif terhadap perilaku kreatif, individu cenderung merasa lebih termotivasi & untuk mengembangkan & mengekspresikan kreativitasnya & membantu meningkatkan kreativitas dalam jangka panjang.

Coba deh kamu pake social learning di komunitas kamu dalam mengembangkan keterampilan kreatif anggotanya. Tiap orang bisa jadi model yang efektif dalam memperkenalkan kreativitas & memberikan umpan balik positif untuk meningkatkan kreativitas ekosistem. Selain itu, tiap simpulnya juga bisa memfasilitasi pengalaman belajar yang memungkinkan anggotanya mengamati & meniru kreativitas dari model-model lain.

Jadi Rockstar yang bahagia🎶🎶

Rockstar adalah golongan yang benar-benar bisa diandalkan & tak benar-benar ingin bergerak ke atas. Tidak cukup tertarik dengan peranan-peranan baru yang vertikal. Mereka tetap melakukan pekerjaannya senang hati dengan sungguh-sungguh selama tak ada yang mengganggunya😎

Kesalahan umum dalam menganggapi para Rockstar ini adalah dengan mengangapnya sebagai individu kurang punya ambisi, padahal Ia justru akan membantu mendorong beragam keunggulan. Konsitensinya bisa diandalkan & bisa melakukan pekerjaan hebat & puas melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun.

Bedanya dengan Superstar, Ia senang tantangan baru, ambisius & banyak menantang status quo, punya jalur karir yang tajam karena terdorong untuk menambah tanggung jawab, seringkali loncat-loncat🙄

Kita bisa masuk & keluar dari kategori mana pun. Superstar bisa berubah jadi Rockstar begitu juga sebaliknya. Keduanya sama-sama mampu melakukan pekerjaan hebat. Perbedaan utamanya adalah pada jalur perkembangan yang diinginkannya🥳

Membangun tim yang lengkap, kita butuh keduanya. Tawarkanlah peluang pertumbuhan yang berbeda🚀

Untuk Rockstar, jangan langsung mempromosikannya. Bergantung pada situasi hidup mereka, mereka mungkin punya alasan yang benar-benar sahih untuk tidak menginginkan promosi, yang mereka butuhkan adalah bisa memperdalam keahliannya, Rockstar akan merasakan tekanan yang tidak perlu untuk pura-pura menjadi superstar, bisa merasa malu / gagal karena ingin tetap dalam peranannya. Kita perlu pastikan bahwa Rockstar dihormati & diberi kompensasi) sama seperti Superstar🎸🎸

Untuk Superstar, tawarkan mereka tantangan yang lebih besar. Dorong mereka untuk berpikir besar dan menjadi kekuatan perubahan. Pastikan kita tidak menekan ide-idenya🥁

Keduanya berada pada lintasan pertumbuhan yang sangat dinamis dan sangat berharga bagi tim, cobalah bedakan siapa yang berada dalam mode Rockstar dan mana Superstar, buatlah rencana pertumbuhan bagi mereka. Cari peluang bagi Superstar untuk memberinya tantangan baru, dan bagi Rockstars untuk memperdalam keahliannya. Hidup bahagia berdampingan dalam tim yang sehat. Ngga semua ingin ke atas, ada yang senang berjalan horisontal😎

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat

Jangan hanya sekedar berpendidikan, karena yang terdidik belum tentu kemudian jadi pembelajar. Jadi ingat pembicaraan dengan sahabat saya, “kita belajar bukan untuk jadi pintar, tapi biar engga bego, Dwi!” Ungkapan terdengar shocking pasa mulanya, tapi ini semacam tamparan yang mengingatkan agar kita tetap relevan dengan jaman dan kondisinya, mau jadi pembelajar sepanjang hayat.

Kalimat menampar seperti “Sekolah biar ngga bego! bukan buat pintar” diungkapkan seorang teman, sahabat baik saya, sosok yang gemar sekali bersekolah. Kalimat ini begitu membekas, jadi selalu teringat mengapa kita perlu belajar?

Belajar bukan untuk menjadi pintar, tetapi justru agar kita tak menjadi bodoh! Adalah ungkapan yang penting, bahwa kecintaan belajar sepanjang hayat adalah untuk menjaga kita tetap relevan, adaptif dan tau tujuan kedepan dengan pasti. Tidak sebatas pada batasan-batasan gelar akademik yang menyatakan bahwa saya pernah bersekolah, tapi dari situlah bermula kemampuan pembelajar sepanjanghayatnya dikuatkan.

QS. Al-Baqarah Ayat 67; Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia (Musa) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.”

Tag sahabat terbaik @putiretno_