Menggeser titik akhirnya lebih jauh.Dari sekedar life menjadi afterlife.

Menggeser titik akhirnya lebih jauh.
Dari sekedar life menjadi afterlife.

Memahami kehidupan setelah mati dan mengakui Sang Maha Kuasa sebagai Ar Razaq membawa transformasi mendalam dalam pandangan hidup. Konsep ini menjauhkan individu dari kemunafikan, kufur, dan syirik, seringkali akibat ketidakpuasan atau keraguan terhadap ketentuan Ilahi.

Kesadaran akan kekuatan yang mengatur alam semesta mengarahkan pada sikap ikhlas & pasrah kepada kehendak-Nya, mengurangi perilaku yang didorong oleh nafsu dan ego, kepentingan sebatas dunia..

Dengan menggeser pemahaman ini lebih jauh, ketergantungan pada manusia atau benda material berkurang. Ini bukan berarti menghindari interaksi sosial atau tidak bekerja keras, melainkan menginternalisasi bahwa segala sesuatu di dunia hanya sarana, dan kepuasan sejati serta ketenangan hati berasal dari hubungan dengan Sang Pencipta. Keyakinan bahwa apa yang ditakdirkan akan tiba pada waktunya, dicukupkan porsinya, signifikan mengurangi kecemasan terhadap kehilangan atau kegagalan.

Pandangan ini membantu individu untuk lebih bersyukur dan bersabar dalam menghadapi tantangan hidup. Hidup menjadi lebih empatik, terbuka, tidak juga cepat menghakimi, fokus pada tindakan yang penuh makna, mencipta lebih banyak dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain. Terkandung pula didalamnya kejujuran dan integritas pada setiap aspek kehidupan, waspada terhadap tindakan yang menyebabkan kemunafikan atau penyimpangan dari jalan yang lurus.

Menggeser fokus dari “life” ke “afterlife” menghasilkan ketenangan, fokus, dan orientasi pada tujuan yang lebih tinggi. Pemahaman bahwa kehidupan dunia adalah sementara, dan persiapan untuk kehidupan setelah mati memungkinkan menghadapi kesulitan dengan sikap yang lebih matang dan tenang, menuju taqwa, adab & akhlak yang lebih baik.

Keyakinan pada kehidupan setelah mati dan pengakuan terhadap Sang Maha Kuasa sebagai pemberi rejeki mengubah individu tidak hanya dalam cara berpikir tetapi juga dalam tindakan dan interaksi sehari-hari. Berpusat pada nilai-nilai keabadian dan kebenaran spiritual, pandangan ini membawa kedamaian batin dan kepuasan hidup yang lebih mendalam.

InsyaAllah.

Konsistensi vs Loyalitas

Konsistensi vs. Loyalitas:

Seringkali loyalitas kepada individu menjadi buta ketika sang individu idola berubah haluan, dan sang pengikut kerap jadi bingung, harus loyal pada siapa, individunya atau tujuannya?

Mengapa konsistensi pada tujuan jadi lebih utama daripada loyalitas pada individu?

✅ Pastikan konsisten & fokus pada tujuan jangka panjang;
Konsistensi menjamin tindakan yang selaras dengan hasil yang diinginkan dalam jangka panjang. Ini membantu mempertahankan arah dan fokus, bahkan saat kondisi atau orang-orang berubah✨

✅ Adaptabilitas dan Fleksibilitas;
Loyalitas kepada individu dapat menciptakan ketergantungan yang berlebihan padanya, sementara konsistensi terhadap tujuan memungkinkan adaptasi dengan situasi yang berubah🙌

✅ Penghindaran Bias dan Subjektivitas;
Loyalitas kepada individu bisa mengaburkan penilaian dengan bias dan subjektivitas, sedangkan Konsistensi terhadap tujuan membawa pendekatan yang lebih objektif🎯

✅ Mencegah Konflik Kepentingan;
Loyalitas kepada individu bisa menimbulkan konflik kepentingan, sementara Konsistensi dengan tujuan memastikan keputusan dan tindakan yang selaras dengan visi lebih besar🏅

✅ Membangun Kepercayaan dan Kredibilitas;
Konsistensi dalam mengejar tujuan membangun kepercayaan dan kredibilitas, baik di dalam maupun di luar organisasi, mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sasaran organisasinya bukan individunya💫

✅ Pemberdayaan dan Pertumbuhan;
Konsistensi memungkinkan organisasi untuk tumbuh dan beradaptasi berdasarkan pengalaman, mendorong inovasi dan perbaikan berkelanjutan🚀

Meskipun loyalitas penting dalam membangun hubungan yang kuat dan mendukung lingkungan kerja yang positif, konsistensi dalam mengejar tujuan dianggap lebih kritis untuk kesuksesan jangka panjang. Ini karena konsistensi memberikan arah, kestabilan, dan kerangka kerja yang memungkinkan adaptasi, pertumbuhan, dan inovasi, sambil meminimalkan bias dan konflik kepentingan.

Loyalitas kepada individu, meskipun berharga, harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak mengganggu pencapaian tujuan yang lebih luas.

Kamu berada dimana?🙌🙌

Agile Mindset

Bukan cuma metodologi kerja, mengenal Agile as a Mindset. Belajar untuk menguasai “Agile Mindset” memang cukup menantang, belajar menguasai interaksi antara empat jenis kelincahan: kognitif, sosial, pribadi & profesional, serta perubahan.

Setiap aspeknya mewakili satu aspek kelincahan dan berisi elemen-elemen yang mendukung aspek tersebut:

✅ Kelincahan Kognitif (Cognitive Agility)
Melibatkan “Analytical & Divergent Thinking”, yang menunjukkan kemampuan untuk menganalisis informasi dan berpikir secara kreatif atau ‘out of the box’.

✅ Kelincahan Sosial (Social Agility)
Termasuk “Communication & Career Networking”, menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan membangun jaringan untuk kemajuan karir.

✅ Kelincahan Pribadi & Profesional (Personal & Professional Agility)
Diwakili oleh “Reflection & Adaption”, yang mengacu pada kemampuan untuk merefleksikan tindakan dan beradaptasi dengan perubahan.

✅ Kelincahan Perubahan (Change Agility)
Terdiri dari “Innovation & Collaboration”, menyoroti pentingnya inovasi dan bekerja sama dengan orang lain.

Di tengah, di mana keempat area tersebut berpotongan, terletak “Agile Mindset”. Ini menyiratkan bahwa memiliki pola pikir yang gesit melibatkan integrasi dari semua area ini, yaitu seseorang yang memiliki pola pikir gesit mampu berpikir secara analitis dan kreatif, berkomunikasi dan membangun jaringan dengan baik, merefleksikan dan menyesuaikan diri dengan perubahan, serta berinovasi dan berkolaborasi secara efektif.

Jika melihat diagram terkait Agile Mindset ini bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk memahami bagaimana berbagai keterampilan dan sikap berkontribusi terhadap kesuksesan dalam lingkungan yang cepat berubah.

Selamat belajar🚀

The Magic of Thinking Big

Dari bukunya David J Schwartz, The Magic of Thinking Big. Dikemukakan satu istilah yang mungkin jarang terdengar tapi sering dilakukan, Excusitis🧐

Excusitis adalah kebiasaan membuat alasan yang sering menghambat kita dari mencapai keberhasilan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat seperti “Saya ngga cukup pintar” atau “Saya terlalu tua.” Ini adalah contoh excusitis, di mana kita mencari alasan untuk ngga mengejar tujuan kita.

Untuk mengatasi excusitis, kita perlu sadar bahwa alasan tersebut sebenarnya adalah hambatan mental kita sendiri. Cara mengubahnya adalah dengan mengganti pemikiran negatif dengan yang positif. Contohnya, daripada berpikir “Saya ngga mampu,” kita bisa berpikir “Saya bisa belajar dan berkembang.”😔

Selain itu, membangun kepercayaan diri sangat penting. Kita bisa mulai dengan menetapkan tujuan yang realistis dan merayakan setiap keberhasilan, meskipun kecil. Ini akan membantu kita percaya pada kemampuan diri sendiri. Tapi dilakukan dengan konsisten yaa!

Penting juga untuk bertindak. Ngga cukup hanya dengan berpikir positif, kita juga perlu mengambil langkah nyata. Tindakan, bahkan yang kecil sekalipun, dapat membantu kita mengatasi kebiasaan mencari alasan🤯

Salah satu pelajaran utama adalah fokus pada solusi “Future Focused”, bukan masalah “Problem Focused”Dengan selalu mencari cara untuk mengatasi hambatan, kita menjadi lebih proaktif dan ngga terjebak dalam membuat alasan🤓

Dari semua ini, kita belajar bahwa untuk mencapai keberhasilan, kita perlu mengubah cara berpikir, membangun kepercayaan diri, bertindak, dan selalu mencari solusi. Mengatasi excusitis tidak hanya membantu kita mencapai tujuan, tapi juga membawa pertumbuhan pribadi dan profesionalnya🚀

Design Thinking

Design Thinking merupakan lebih dari sekedar alat untuk membuat produk; ia merupakan metode untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih baik dan holistik.

Kemampuan ini memungkinkan perubahan paradigma dalam cara memandang masalah dan mengimplementasikan solusi. Ini bukan hanya tentang merancang produk, tetapi juga tentang menetapkan tujuan yang tepat dan mencapai hasil yang diinginkan, mulai dari mengerti ‘Mengapa’, proses, solusi, hingga dampak akhir🚀

Dalam bidang edukasi, pemahaman tentang Design Thinking sangat penting bagi para edukator. Ini memungkinkan mereka mengembangkan metode pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif, tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan solutif pada siswa.

Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan nyata, mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan pemecahan masalah dan inovasi🤩

Design Thinking juga mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, mempromosikan eksplorasi, eksperimen, dan pengembangan pemahaman mandiri. Hal ini penting dalam membangun keterampilan kolaborasi, komunikasi, empati, dan penghargaan terhadap perspektif orang lain.

Penerapannya dalam pendidikan tidak hanya mengubah cara belajar siswa, tetapi juga cara mereka berpikir dan bertindak, menciptakan generasi yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan🥳

Complicated VS Complex

Memahami dan menerapkan profesionalisme, etika bisnis, serta kemampuan memilah masalah adalah keterampilan kunci dalam menghadapi situasi yang kompleks tanpa menjadikannya complicated. Hal ini jadi penting karena dalam kehidupan profesional, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana berbagai aspek kehidupan saling bertemu dan berpotensi menimbulkan konflik.

Sebagai contoh, pertimbangkan tiga aspek kehidupan berikut: urusan pribadi dengan keluarga, urusan dalam perusahaan, dan hubungan dengan mitra bisnis. Meskipun ketiga aspek ini terkait dengan satu individu, penting untuk memahami dan menjaga agar masing-masing urusan ini ditangani dalam koridor dan batasannya sendiri. Dengan demikian, masalah dalam satu area tidak merembet dan mempengaruhi area lain.

Profesionalisme di sini berarti kemampuan untuk memisahkan peran dan tanggung jawab di setiap aspek. Ini membutuhkan pemahaman yang jelas tentang etika bisnis dan batasan-batasan yang ada dalam interaksi profesional. Kemampuan untuk memilah dan mengelola masalah dalam setiap aspek ini tidak hanya mengurangi potensi konflik tetapi juga memungkinkan penyelesaian masalah secara lebih efektif.

Tanpa keterampilan ini, individu dapat terjebak dalam situasi di mana masalah dari satu aspek kehidupan mulai mempengaruhi yang lain, menyebabkan konflik yang lebih luas dan kompleksitas yang meningkat. Misalnya, masalah pribadi yang mempengaruhi kinerja di tempat kerja, atau sebaliknya, tekanan kerja yang berdampak pada kehidupan pribadi dan hubungan dengan mitra bisnis. Hal ini dapat menimbulkan situasi chaotic yang tidak hanya merugikan individu tersebut, tetapi juga dapat berdampak negatif pada lingkungan sekitar, termasuk rekan kerja dan keluarga.

Oleh karena itu, kemampuan untuk memilah dan mengelola berbagai masalah dalam koridor yang sesuai adalah keterampilan profesional yang sangat penting. Ini membantu dalam menjaga keseimbangan dan menghindari pemburukan situasi yang dapat mengakibatkan kerugian lebih besar.

Kelola yang kompleks,
Jangan biarkan jadi complicated🔥

Neuro-Linguistic Programming (NLP)

Memanfaatkan momentum awal tahun, kita bisa memetakan ulang rancangan hidup dengan pendekatan Neuro-Linguistic Programming (NLP). Ini melibatkan tiga aspek: Neuro (proses pengalaman melalui indera), Linguistic (penggunaan bahasa untuk pemahaman dan komunikasi), dan Programming (pola perilaku dan strategi)🥳

NLP membantu menyelaraskan ketiga elemen ini untuk meningkatkan kinerja pribadi, mengubah perilaku, dan mencapai tujuan. Berikut adalah tahapan “Well-formed outcome” dengan basis NLP hasil belajar dari Coach @fik_d_rahman 🙌🙌

1. Set the Goals!
Validasi tujuan. Tentukan apa yang ingin dicapai, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

2. Blueprint!
Buat rencana atau ‘blueprint’ hidup yang menunjukkan jalan mencapai tujuan. Ini membantu dalam pengambilan keputusan dan tetap di jalur yang benar.

3. Connected!
Jaga hubungan baik dengan orang lain. Ini memberikan dukungan, ide, dan kekuatan, membantu pertumbuhan dan kemajuan.

4. Train the Minds!
Latih pikiran untuk selalu berpikir positif dan bahagia, seperti memilih makanan yang sehat untuk tubuh.

5. Access the Resources!
Fokus pada aspek positif melalui afirmasi, visualisasi, dan kesadaran akan rasa syukur. Kelola emosi negatif dan hindari pengaruh buruk untuk meningkatkan kesehatan mental dan pendekatan hidup yang optimis. Ingat, ini bukan hanya untuk kebahagiaan pribadi, tapi juga untuk memberi dampak baik bagi orang lain dan dunia sekitar✨

Problem Focused Vs Future Focused

Problem Focused Vs 🤩 Future Focused,
Mana yang kamu banget?

Memfokuskan diri pada masa depan daripada terpaku pada masalah saat ini serupa dengan memilih berlayar menuju pulau impian ketimbang terombang-ambing di lautan masalah🌊.

Jika perhatian terlalu dalam dalam Problem Focused bisa membuat kita bereaksi terhadap setiap ombak tanpa ada kemajuan🌊🌊🌊. Kita bisa jadi sibuk, tetapi tak jua berkembang, terperangkap dalam siklus memadamkan api tanpa menyalakan semangat untuk tujuan yang lebih besar💥

Dengan menjadi future-focused, kita membuka potensi untuk melihat lebih dari sekadar masalah🙌, mulai merencanakan dan membangun, bukan hanya merespons. Mindset ini penting untuk belajar dari masa lalu dan menciptakan solusi, bukan hanya mengatasi masalah saat ini tetapi juga mencegah masalah serupa di masa depan.

Fokus ke masa depan bisa memberikan energi untuk tumbuh. Fokus pada capaian membuat energi kita jadi terarah mencari peluang, bukan terkuras mengeluh tentang masalah. Ini mendorong pengembangan kemampuan, adaptasi, dan kreativitas dalam menghadapi setiap tantangannya✅

Jika memilih untuk tetap future-focused, kita bisa tetap menumbuhkan energinya. Layaknya seorang atlet yang fokus pada kesalahan saat latihan kehilangan kepercayaan diri. Tapi, jika Ia fokus pada tujuan memenangkan perlombaan, Ia akan menggunakan kesalahan sebagai bahan bakar untuk latihan lebih keras dan menjadi lebih baik.

Future-Focused bukan hanya tentang persiapan untuk keberhasilan pribadi, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik bagi banyak orang. Kita jadi role model bagi yang mencari inspirasi dan berkontribusi pada kebermanfaatan yang lebih luas dan berkelanjutannya.

Fokus pada masa depan adalah jalan untuk menghadirkan perubahan, bukan untuk dihantui masa lalu. Penting banget untuk bisa berani bermimpi besar, merencanakan dengan cermat, dan bertindak dengan percaya diri. Tiap langkah hari ini menentukan landscape masa depan. Ayo bareng-bareng bikin setiap langkah mengarah pada masa depan yang lebih cerah.🤩🤩

Akhlak dan Adab

Dalam dunia pendidikan transformatif, ‘akhlak’ dan ‘adab’ bukan sekadar pelajaran tambahan, melainkan fondasi utama dalam membentuk generasi masa depan.

✅ Adab; Diterjemahkan sebagai “manners”. Ini merujuk pada perilaku sopan, etiket, dan tata krama dalam interaksi sosial.

✅ Akhlak, Lebih sering diterjemahkan sebagai “morals” atau “character”. Ini mengacu pada nilai-nilai batin, etika, dan moralitas individu.

Pendidikan transformatif menekankan pada pembentukan karakter, di mana akhlak adalah inti dari proses tersebut. Ia bukan hanya tentang mengajarkan kebenaran, keadilan, atau empati, tapi juga tentang menumbuhkan nilai-nilai ini dalam jiwa para peserta didik🙌

Sementara itu, adab menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai tersebut dengan dunia nyata. Melalui praktik adab, para pelajar belajar bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai akhlak dalam interaksi sehari-hari, dari cara berkomunikasi hingga menghargai perbedaan✨

Pendidikan transformatif dengan fokus pada akhlak dan adab membuka jalan bagi pembelajaran yang holistik. Ini bukan hanya tentang pencapaian akademis, tapi juga tentang membentuk individu yang siap menghadapi tantangan global dengan hati dan pikiran yang terbuka😎

Dengan menekankan pada kedua aspek ini, kita menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara emosional dan sosial, mampu berkontribusi positif dalam masyarakat🤩

Pendidikan jenis ini mengubah kelas menjadi lebih dari sekadar tempat belajar; ia menjadi ruang di mana nilai-nilai kehidupan ditanamkan, di mana akhlak dan adab menjadi nafas dalam setiap pembelajaran, membimbing pelajar untuk tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang bertanggung jawab, beretika, dan penuh empati💙

#DesignThinking
#designthinkingforeducators

Transformasi Organisasi

Cek deh ini, kira-kira ada ditype mana organisasi kamu? Dan bagaimana caranya kita bertransformasi menuju organisasi yang lebih fokus pada inklusifitas dan keberlanjutan jangka panjang?

✅ Shareholder Value;
Model ini fokus pada keuntungan finansial bagi pemegang saham organisasi. Organisasi dilihat sebagai entitas terpisah dari lingkungan dan masyarakat, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham.

✅ Shared Value;
Pendekatan ini mengakui bahwa keberhasilan organisasi terkait erat dengan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Organisasi mencari cara untuk mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan ke dalam strategi inti mereka, dengan tujuan menciptakan nilai baik untuk organisasi maupun masyarakat.

✅ System Value;
Ini adalah model yang lebih holistik yang melihat bisnis sebagai bagian dari sistem hidup yang lebih besar, termasuk masyarakat dan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan dan positif bagi semua elemen dalam sistem, tidak hanya untuk pemegang saham.

Pentingnya jadi organisasi yang punya System Value terletak pada pengakuan bahwa keberlanjutan jangka panjang dan keberhasilan bisnis ngga cuma tergantung pada profit, tetapi juga pada kesehatan lingkungan dan masyarakat🤩

Organisasi tipe ini, dengan System Value mengarah pada inovasi yang berkelanjutan, membangun reputasi yang kuat, dan memungkinkan perusahaan untuk berkontribusi pada solusi masalah yang dimaknai lebih holistik, kamu berkiprah di organisasi yang mana?✨