Collectively Genius

Banyaknya orang kreatif bukan berarti sebuah hal yang baik, walau secara jumlah banyak namun jika berjalan masing-masing akan jauh dari harapan berupa kemajuan. Jika sebuah ekosistem terdiri dari individu-individu yang hadir tanpa keterhubungan, apalagi tanpa saling belajar diantara mereka, maka hal terbaik justru akan hilang, yakni atmosfernya. Ekosistem pembelajaran akan jadi kreatif jika juga dibangun atmosfernya👋

Ekosistem yang makin bagus itu jika terdapat dua variable yang berpadu, kreatif dan kreatifitas. Kreatif biasanya melekat pada individu, makin banyak individu kreatif tidak serta merta akan membuahkan atmosfer kreatifitas yang lebih baik. Individu kreatif itu perlu saling terhubung dan berkomunikasi untuk memastikan atmosfer kreatif lebih kuat💪

Selaras dengan teori pembelajaran, jika seseorang mau saling belajar satu sama lain, maka retensi penerimaan, pemahaman dan keberhasilan sebuah proses pembelajaran akan semakin kuat dan baik. Jika dihubungkan dengan konteks kreatifitas, sebuah ekosistem yang tidak saling terhubung dan belajar, tidak akan memiliki dampak keberhasilan yang kuat🤝

Jika individu-individu kreatif berjalan sendiri-sendiri, maka diperlukan atmosfer kreatifitas untuk dibangun. mempertemukan sekumpulan orang kreatif untuk yang saling belajar dan mengajari satu sama lainnya. Sehingga kualitas ekosistem akan semakin baik, hal mahal ini hanya bisa dibangun dengan kesungguhan dan konsistensi yang baik untuk menghadirkan kemajuan bersama👍

To be collectively genius🙌🙌🙌🙌🙌

Framework inovasi

Ngga bisa lagi mengelak, jika Inovasi adalah kunci pertumbuhan dan keberlanjutan, apalagi dalam dunia bisnis yang terus berubah. Agar tetap kompetitif, organisasi jelas perlu mengadopsi berbagai bentuk inovasi. 4 Framework inovasi yang perlu kamu tau: 1) Core Innovation, 2) Adjacent Innovation, 3) Transformational Innovation, dan 4) Systemic Innovation. Coba kita kenalin satu-satu yaa!

Core Innovation 😬
Fokusnya pada operasi inti perusahaan, tujuannya meningkatkan produk / layanan yang ada untuk melayani pelanggan lebih baik. Apa yang dilakukan? Biasanya Ia akan fokus pada memperbaiki fitur, meningkatkan efisiensi proses. Inovasi ini umumnya berisiko rendah karena hanya berkaitan dengan area yang sudah dikenal.

Adjacent Innovation 🤗
Pada level ini fokus pada ekspansi ke pasar / pelanggan baru yang belum dieksplorasi. Bisa masuk ke pasar yang berdekatan / menargetkan segmen pelanggan baru dengan menggunakan aset dan kapabilitas yang ada, sehingga risikonya relatif rendah.

Transformational Innovation / Disruptive Innovation, 🤓
menciptakan produk, layanan / model bisnis baru yang radikal, mengubah pasar atau industri. Misalnya Tesla dengan kendaraan listriknya, yang berhasil menciptakan pasar baru dan mendefinisikan ulang industri otomotif.

Systemic Innovation 😵‍💫
Level tertinggi ini fokus pada transformasi sistem secara keseluruhan, termasuk perubahan model bisnis, teknologi, regulasi / infrastruktur serta ekosistem bisninsya. Misal. transisi global ke energi terbarukan, yang melibatkan pengembangan teknologi baru dan perubahan regulasi untuk mendukung keberlanjutan.

Penting tau terkait ini, hingga suatu saat kita tak tiba-tiba tersadar bahwa kita tertinggal jauh. Penting untuk paham bedanya. Paham betul bahwa Core Innovation basisnya pada pelanggan yang ada, Adjacent Innovation membuka pasar baru, Transformational Innovation adalah kemampuan kita mendefinisikan ulang industri, dan Systemic Innovation terkait bagaimana menciptakan perubahan sistemik yang luas.

Memastikan kita stay relevan, hingga memungkinkan organisasi kita mencipta nilai baru & perubahan positif bagi masyarakat🤗

Kamu di level mana sekarang?🤔

Dilema Dalam Organisasi

Dalam organisasi, sering kali kita dihadapkan pada berbagai dilema yang tidak terduga. Situasi-situasi ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menghambat perkembangan usaha yang kita bangun dengan susah payah. Berikut adalah beberapa contoh dilema yang kerap terjadi diantaranya;

1. Orang Kepercayaan Vs Orang Kompeten 🤨
Pernahkah kamu merasa usaha atau organisasi yang kamu tumpangi berasa kacau karena terlalu percaya pada orang kepercayaan ketimbang yang kompeten? Kasus nyata ini banyak terjadi pada bisnis keluarga atau organisasi yang tidak berkembang. Sang pemilik, CEO atau pejabatnya lebih percaya pada orang “kepercayaannya” dari lingkup keluarga yang ternyata tidak kompeten. Kepercayaan memang penting, tetapi tanpa kompetensi, organisasi akan berujung babak belur jangka panjang, ya tapi buat orang oportunis kepentingan jangka panjang itu ngga penting sih😜

2. Mencari Uang Vs Mencari Ilmu 🫨
Selama ini sekolah mengajarkan kita untuk mencari ilmu agar punya banyak uang. Pernyataan yang lebih tepat yang mana?
a).Mencari ilmu untuk mencari uang,
b) Mencari uang untuk mencari ilmu? 
Tersesat dalam menerjemahkan tujuan kerap membawa keadaan yang dilematis. Memliih pilihan A, tentu akan punya banyak uang, tapi kemudian tak punya waktu. Kerja Kerja Kerja. 

Coba dibalik cara berpikirnya, bagaimana jika sebenarnya tujuan sejatinya ikhtiar mencari uang adalah untuk kemudian dipergunakan untuk mendapatkan ilmu? hingga dalam kehidupan kita selalu menyisihkan waktu hingga meluangkan waktu untuk belajar, meluaskan wawasan jadi prioritas🤯

3. Keluasan Harta Vs Keluasan Ilmu🧐
Kita sering meminta kelimpahan harta, tetapi lupa bahwa yang lebih penting diperluas adalah cakrawala ilmu & hati. Pikiran luas dan hati yang semakin lapang akan membawa kapasitas diri & membawa kebahagiaan sejati. Prosenya bertahap dengan konsisten belajar.

Keluasan kuantitatif (baca; harta) memang kerap lebih menggoda karena bersfat visual dari pada hal-hal kualitatif. Meluaskan cakrawala berpikir akan medatangkan kapasitas berpikir yang membaik, hanya saja ini tidak instan, perlu proses konsisten tiada akhir, gas🫡

Saatnya belajar lagi🚀

Accountability Ladder

Tiba-tiba dapat tugas yang tidak dipahami sama sekali, bagaimana caranya agar kita bisa menuntaskannya? Inilah saatnya kita coba naik via Tangga Akuntabilitas✈️

Tangga Akuntabilitas atau “Accountability Ladder” adalah konsep penting dalam literatur bisnis & kepemimpinan, membantu individu dan organisasi meningkatkan akuntabilitasnya. Menapaki tangga ini dimulai dari tingkat dasar di mana seseorang tidak sadar atau menyangkal adanya masalah. Mereka mungkin tidak mengenali tugas atau tanggung jawab yang ada di depan mereka🥹

Tahap berikutnya melibatkan menyalahkan orang lain atau situasi atas masalah yang terjadi. Ini adalah respons umum ketika seseorang mengakui adanya masalah tetapi tidak mau bertanggung jawab penuh. Ketika individu mulai menyadari masalah namun merasa tidak mampu menghadapinya, mereka cenderung membuat alasan untuk menghindar🙂‍↔️

Selanjutnya, pada tingkat menunggu dan berharap, individu berharap masalah akan terselesaikan dengan sendirinya tanpa tindakan proaktif. Ini adalah fase pasif yang penting dihindari untuk mencapai tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi. Pada tahap memahami, individu mulai memahami apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan dari mereka🥸

Ambil tanggung jawab penuh & punya komitmen adalah langkah penting berikutnya, cari solusi kreatif & berpikir secara proaktif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Ambil keputusan secara mandiri & memastikan langkah-langkah yang diambil tepat menunjukkan kemajuan signifikan dalam tangga akuntabilitas🤓

Pada tahap tertinggi, individu bertindak dengan tanggung jawab & kreativitas tinggi, memastikan inovasi & perbaikan berkelanjutan. Di sini, mereka tidak hanya menyelesaikan tugas tetapi juga menciptakan dampak positif jangka panjang bagi organisasi😎

Ngga semua orang langsung menguasai konsep ini; prosesnya memerlukan waktu & usaha. Kita semua perlu belajar merangkak naik, mau belajar dan memahami hingga bisa menyelesaikan tugas dengan efektif. Dengan menapaki Tangga Akuntabilitas, individu dan organisasi dapat mencapai hasil yang lebih baik, menciptakan budaya kerja yang produktif dan harmonis, serta menghadapi berbagai tantangan dengan lebih efektif🚀

More Vs Less

“Rasanya sudah kerja keras, tapi kok nggak selesai-selesai? Bayangkan jika setiap usaha kecilmu bisa menghasilkan dampak besar tanpa harus merasa lelah dan kehabisan waktu. Itulah kekuatan Barokah dalam hidup kita!” 🎁

Koefisien Barokah dalam Produktivitas

Koefisien Barokah dalam produktivitas menggambarkan bagaimana berkat dari Allah dapat memperbesar hasil usaha kita.

Dalam formula sederhana Muhammed Faris:
β(Energi) x β(Fokus) x β(Waktu) = β(Hasil),

di mana koefisien β melambangkan Barokah yang meningkatkan efektivitas setiap elemen usaha kita.

Misalnya, seseorang yang memulai hari dengan doa dan niat baik sering kali merasakan bahwa waktu mereka terasa lebih panjang dan produktif. Pekerjaan yang biasanya memakan waktu lama dapat diselesaikan dengan cepat dan hasilnya lebih memuaskan.

Dalam konteks pekerjaan, Barokah bisa berarti hubungan kerja yang harmonis dan keputusan strategis yang tepat, yang meningkatkan efisiensi dan hasil kerja. Seorang profesional yang bekerja dengan jujur dan berdedikasi serta berdoa untuk kesuksesan yang halal sering kali melihat kemajuan karier yang signifikan, berupa promosi dan peluang baru.

Barokah juga mempengaruhi aspek non-material seperti ketenangan batin dan kebahagiaan. Orang yang hidup dengan Barokah dan mencari Ridha Allah cenderung merasa lebih damai & puas dengan kehidupan mereka, meskipun secara material mungkin ngga berlebihan.

Untuk meraihnya, penting banget untuk memulai tiap tindakan dengan niat ikhlas mencari Ridha Allah, memperbanyak doa & dzikir, berbuat baik kepada orang lain, menjaga kejujuran & integritas, menjaga hubungan baik. Menuntut ilmu dengan niat memperbaiki diri & membantu orang lain juga bisa bawa keberkahan dalam pengetahuan yang kita peroleh.

Bersyukur dan bersabar dalam menghadapi ujian hidup akan membuka pintu rezeki dan keberkahan lebih lanjut. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kita dapat meraih Barokah yang akan meningkatkan produktivitas dan membawa hasil yang eksponensial, menjadikan setiap usaha kecil menghasilkan dampak besar dan berkelanjutan. Mencari dan mempertahankan Barokah adalah kunci untuk mencapai keberhasilan yang berkelanjutan dan bermakna dalam hidup.❤️

Fixed Vs Flexible

Bayangkan sebuah perusahaan taksi terkemuka di Indonesia tiba-tiba menghadapi pesaing baru yang revolusioner. Inilah yang dialami Bluebird ketika Gojek muncul dengan model bisnis berbasis aplikasi. Alih-alih panik dan berubah tergesa-gesa, Bluebird memilih jalan berbeda—berubah dengan hati-hati dan terstruktur🙏🏻

Perubahan dalam organisasi bukanlah hal mudah. Banyak yang berpikir perubahan bisa cepat dilakukan, tetapi perubahan yang tergesa-gesa sering kali membawa kekacauan. Transformasi sukses memerlukan waktu, perencanaan, dan tahapan yang jelas🎯

Bluebird menyadari perlunya perubahan untuk bertahan. Mereka mulai dengan menilai kebutuhan perubahan dan menetapkan visi serta strategi yang jelas. Langkah ini memastikan semua orang dalam organisasi tahu mengapa perubahan diperlukan dan apa tujuan yang ingin dicapai. Dengan pemahaman solid, mereka bisa memulai perjalanan perubahan dengan percaya diri😎

Bluebird kemudian mengimplementasikan strategi yang direncanakan. Mereka meluncurkan aplikasi pemesanan taksi online dan bekerja sama dengan platform digital lainnya. Ini bukan langkah mudah, tetapi mereka memastikan semua orang dalam organisasi terlibat dan mendukung perubahan ini. Komunikasi efektif menjadi kunci memastikan semua anggota tim memahami perubahan dan peran mereka dalam proses ini🤩

Namun, implementasi saja tidak cukup. Bluebird fokus memastikan perubahan tertanam dalam budaya organisasi. Mereka memberikan pelatihan tambahan kepada karyawan dan terus mengevaluasi untuk memastikan perubahan berjalan sesuai rencana. Penguatan perubahan ini penting agar transformasi yang dilakukan berkelanjutan dan bukan sementara🤓

Kini, Bluebird berhasil bertransformasi menjadi bagian ekosistem digital modern. Mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan model bisnis baru yang relevan dengan kebutuhan zaman. Transformasi ini menunjukkan bahwa perubahan yang dilakukan hati-hati dan terencana bisa membawa hasil luar biasa🎉

Kisah Bluebird mengajarkan bahwa perubahan tidak bisa dilakukan tergesa-gesa. Dengan pendekatan terstruktur dan sabar, perubahan bisa menjadi jalan menuju kesuksesan & pertumbuhan berkelanjutan❤️

Belajar Design Thinking belum tentu menjadikan kita seorang Design Thinker

Belajar Design Thinking belum tentu menjadikan kita seorang Design Thinker. Jadi, bagaimana caranya?

Seringkali, kita belajar sesuatu langsung menuju ke bagian “what” tanpa memahami hakikatnya. Dalam belajar Design Thinking, banyak yang fokus pada metode tanpa menginternalisasi nilai-nilai dasar seperti empati, kolaborasi, keterbukaan, dan inklusivitas. Tanpa pemahaman ini, kita cenderung menggunakannya untuk kepentingan sesaat, tanpa menghasilkan perubahan signifikan atau inovasi mendalam.

Dalam ilmu apapun, penting untuk memahami hakikat, fundamental, dan filosofi dasar ilmu tersebut. Dengan pemahaman ini, kita bisa mengaplikasikan ilmu secara bijak dan relevan.

Memahami esensi atau tujuan di balik suatu ilmu memungkinkan kita melihat gambaran yang lebih besar dan bagaimana ilmu tersebut bisa digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Contohnya, ketika membaca buku, penting untuk mengetahui siapa penulisnya dan mengapa ia menulisnya. Memahami latar belakang dan motivasi penulis memberikan konteks penting yang membantu kita memahami “why” di balik informasi yang disampaikan. Ini memantik semangat belajar dan membuat kita lebih terlibat, memberikan wawasan lebih dalam tentang materi yang dipelajari.

Memahami “why” atau alasan di balik sebuah ilmu sebelum belajar “how” dan “what” menghadirkan perubahan cara berpikir yang fundamental. Ini menciptakan keinginan kuat untuk terus mengasah dan mendalami ilmu tersebut. Mengerti alasan dan tujuan mendasar di balik suatu ilmu membantu kita lebih terlibat dan berkomitmen dalam proses pembelajaran, serta lebih fleksibel dan kreatif dalam menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah.

Dengan memahami hakikat ilmu yang dipelajari, kita tidak hanya akan menjadi lebih mahir dalam menerapkannya, tetapi juga dapat menciptakan perubahan signifikan dan berkelanjutan.

Pendekatan belajar ilmu dengan memahami “why” terlebih dahulu sebelum “how” dan “what” memberikan dasar yang kuat dan mendalam. Ini membawa kita pada kemampuan untuk memiliki energi belajar yang lebih besar, membuat dampak yang lebih besar, dan terus membuat kemajuan yang signifikan.

Siap menjadi Design Thinker?🚀

5 Japanese Techniques

Dalam dunia inovasi yang cepat berkembang, keterampilan kepemimpinan adalah kunci bagi terjadinya perubahan positif & sampai dengan tujuan. Yok kita coba gabungkan lima teknik Jepang—Kaizen, Shoshin, Kintsugi, Ikigai, dan 5S Philosophy—biar bisa lebih komprehensif jadi katalis kemajuan🚀

a) Kaizen menekankan perbaikan berkelanjutan melalui perubahan kecil. Ini mendorong pemimpin untuk terus mencari cara meningkatkan proses, produk & layanan. b) Prinsip Shoshin, atau “pikiran pemula,” melengkapi Kaizen dengan mengajarkan keterbukaan terhadap ide-ide baru. Organisasinya dipimpin dengan pertanyaan, pengamatan, sekaligus mendengarkan, mencipta lingkungan yang menghargai kreativitas, eksploratif!🇮🇩

Saat menghadapi tantangan, c) Prinsip Kintsugi mengajarkan kita melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar. Filosofi ini membantu tim melihat setback sebagai bagian dari perjalanan inovasi, membangun resiliensi & semangat untuk terus mencoba. Ini sejalan dengan Kaizen yang mendorong perbaikan berkelanjutan, di mana setiap kegagalan justru peluang untuk tumbuh📈

Yang paling terkenal tentu d) Ikigai, berarti “alasan untuk hidup,” membantu individu menemukan tujuan mereka. Membantu tim menemukan keseimbangan antara apa yang mereka cintai, kuasai, dibutuhkan & bisa berpenghasilan karenanya, ini meningkatkan motivasi & keterlibatan. Menguatkan budaya Shoshin, di mana tiap anggota merasa dihargai & termotivasi untuk berkontribusi dengan ide-ide inovatif🎯

e) 5S Philosophy menawarkan metodologi untuk menjaga lingkungan kerja efisien, bersih & aman. Prinsip menyortir, menata, membersihkan, standarisasi & mempertahankan menciptakan tempat kerja yang teratur & kondusif untuk berinovasi. Lingkungan kerja yang teratur, bersih tidak cuma meningkatkan efisiensi tapi juga memberikan ruang bagi kreativitas untuk berkembang, memperkuat penerapan Kaizen dan Shoshin✈️

Coba deh teknik ini, bikin budaya jadi lebih bisa saling dukung perbaikan & terjaga keberkelanjutannya, eksploratif, kreatif, resilien, tahu makna, jadi optimal hasilnya. Teknik-teknik penting sekali jadi referensi agar bisa membantu mengelola tim dengan lebih efektif & mendorong inovasi yang punya dampak & sustain!🥊

Innovation Sweet Spot

Menciptakan produk ngga cuma untuk memenuhi kebutuhan loh! Tapi juga untuk berkontribusi positif bagi lingkungan & masyarakat. Ini namanya “Innovation Sweet Spot” yang menekankan bahwa inovasi harus mempertimbangkan desirability (keinginan), viability (kelangsungan bisnis), feasibility (kelayakan teknologi), dan integrity (dampak sosial dan lingkungan). Perubahan ini didorong oleh kesadaran konsumen, regulasi & tantangan global yang makin intens🤯

Konsumen sekarang jadi peduli dengan dampak sosial & lingkungan dari sebuah produk, bikin perusahaan berupaya menunjukkan tanggung jawab sosialnya. Pemerintah makin ketat juga mengatur praktik bisnis berkelanjutan, sementara tantangan global menuntut usaha juga aktif mengatasi masalah lingkungan & sosialnya 🙄

Integritas membangun kepercayaan dengan pelanggan & pemangku kepentingan, jadi variable keunggulan kompetitif penting. Bisnis yang beroperasi dengan integritas cenderung bisa berjalan tahan lama karena mempertimbangkan risiko lingkungan & sosial, dalam jangka panjang mengurangi risiko & biaya. Praktik ESG (Environmental, Social, and Governance) bikin usaha jadi mudah menarik talenta & investor📈.

Misal, perusahaan pertanian yang mengembangkan produk pangan organik harus mempertimbangkan integritas. Produk harus sehat & bebas pestisida (desirability), harga jual menguntungkan (viability), & teknik organik dapat diterapkan secara luas (feasibility). Selain itu, metode pertanian harus ramah lingkungan, menjaga kesuburan tanah, & memberikan upah adil kepada petani (integrity)🫡

Integritas sekarang jadi elemen krusial. Inovasi yang mempertimbangkan integritas jadi jaminan buat meningkatkan reputasi, kepercayaan & keberlanjutan bisnisnya.

Dalam konsep “Innovation Sweet Spot” di mana keinginan konsumen, kelangsungan bisnis, kelayakan teknologi & integritas bertemu, Inovasinya jadi berhasil!🎉

Di Indonesia 🇮🇩 , integritas sekarang kok jadi sering kali terabaikan 😭karena berbagai kepentingan jangka pendek. Namun, bagi kamu! anak muda yang masih kental dengan idealisme, semoga bisa jadi agen-agen perubahan yang bisa mencipta lebih banyak inovasi berkelanjutan di masa depan. Aamiin!😇😇 cc @youngimpactgenerator ❤️

Era Linier Vs Era Non Linier

Jika ada orang yang bertanya “Uangnya dari mana?” bisa dipastikan individu ini cukup memerlukan penyesuaian cara berpikirnya agar bisa tetap relevan di era saat ini, karena saat ini segala sesuatu jadi tak linier, malah makin non linier yang bagi sebagian besar orang tak masuk akal. Pertanyaan kritis sekarang bukan tentang uangnya dari mana, tapi proses bisnis, bagaimana model bisnisnya, lebih jauh lagi adalah bagaimana ekosistemnya dirancang?😎

20 tahun terakhir, dunia memang berubah yang radikal, disrupsi, sulit bagi kebanyakan segera menyesuaikan cara berpikirnya, apalagi yang bergelut di dunia bisnis makin Ia tak bisa mengejar ketertinggalannya makin banyak kebingungan muncul.

Jadi apa sebenarnya yang terjadi 20 tahun terkahir ini?

1. Disrupsi Produk:
Hingga 2000an, disrupsi produk memang mendominasi, tapi di tahun-tahun berikutnya inovasi & perubahan dalam kategori produk terjadi dengan lambat & cenderung konstan.

2. Disrupsi Layanan:
Setelah tahun 2000an perkembangan jasa layanan mengalami peningkatan disrupsi yang signifikan antara tahun 2000-2020, tapi kemudian jadi lebih stabil setelahnya. Ini mencerminkan adaptasi layanan terhadap kebutuhan konsumen yang berubah & bergeser menuju model yang lebih efisien & responsif.

3. Disrupsi Platform:
Kategori platform menunjukkan peningkatan disrupsi yang tajam rentang & terus meningkat tahun 2000-2020 hingga seterusnya. ini tandanya, platform digital & teknologi sudah menjadi pendorong utama perubahan dalam cara bisnis beroperasi, berinteraksi dengan konsumen & menciptakan nilai.

4. Disrupsi Ekosistem Bisnis:
Lepas era Covid-19, disrupsi jadi sangat beda! istilah ekosistem bisnis jadi disrupsi yang paling signifikan, menandakan bahwa jaringan kompleks dari berbagai entitas yang kolaboratif jadi model bisnis paling penting di era ini. Ekosistem bisnis punya peran kunci dalam mendorong inovasi & menciptakan nilai baru di pasar yang semakin terhubung & terintegrasi.

Makin kompleks & tinggi interkonektivitasnya, gimana udah siap?🚀