Berorientasi Kemanakah Usaha Kamu?

Diskusi seru hari ini dengan kawan-kawan ODP Bank BNI, terkait bagaimana shifting pemikiran ke Digital Mindset dengan titik beratnya mengubah paradigma dari produk sentris ke user centris.

Kala teknologi menyatukan banyak hal, dampak kolektif dari konvergensi sangat memengaruhi praktik pemasaran di dunia. Tren baru muncul seperti “Sharing Economy & ”Now Economy” terintegrasinya omnichannel, beragam konten pemasaran, CRM sosial, dll. Konvergensi akhirnya mengarah pada ‘keterpaduan’ antara pemasaran digital & tradisional.

Di dunia teknologi yang makin tinggi, setiap orang justru semakin merindukan sentuhan yang lebih tinggi, makin terhubung secara sosial, makin juga ingin hal-hal yang dibuat personal. Dengan dukungan data analitik, produk & layanan jadi lebih personal. Dalam ekonomi digital, kuncinya memang dengan bagaimana kita memanfaatkan paradoks ini.

Di era transisi ini, jelas diperlukan pendekatan berbeda.
1) Perubahan baru yang membentuk dunia kita saat ini adalah konektivitas & subkultur digital. Tak semua pelanggan diciptakan setara. Beberapa segmen mengandalkan referensi pribadi mereka sendiri dan apa yang mereka dengar dari iklan.

2) Adanya kerangka kerja baru yang akan meningkatkan produktivitas dengan memahami jalur-jalur baru yang menghubungkan dengan konsumen di era digital (metrik, industri, dll).

3) Mempelajari taktik utama dunia baru, semua dihasilkan dengan berpusat pada manusia (User Centric & content engagement)

Marketing 4.0 memang menggambarkan sebuah dunia di mana fitur & manfaat menjadi penting, menjadikan kemampuan memahami konsumen jadi pendorong utama inovasi. Kontekstualisasi User Centric dalam kehidupan digital membuatnya makin kompleks karena tidak sekedar human centric, tapi bagaimana individu ini terhubung & sukses menjalani hidupnya di era digital.

Aspek digital mendorong kita melakukan pendalaman erorientasi manusia dengan konteks digital, mencakup tiap aspek dari journey pembeliannya. Coba lihat lagi, apakah kita sudah beralih jadi 4.0, atau jangan-jangan paradigmanya masih berada di Marketing 1.0 Product Centric, atau 2.0 Consumer Centric, & 3.0 Human Centric? Saatnya sungguh-sungguh melompat ke 4.0 Digital Centric!

Retrospective Sailing

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita.

Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!

Pemimpin yang Dapat Mencipta Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan?

Easy Digest SCRUM

“Sedang dipuncak, takut kedepan menemukan titik dibawah”. Sekelumit pembicaraan dengan salah satu startup yang sedang tumbuh.

Tampak banyak pembelajaran yang terungkap, hingga mereka mulai dapat mengelola usahanya dengan baik & sistematis hingga cara-cara inovatifnya cepat terakusisi.

Dalam sebuah dinamika membangun usaha, tentu selalu ada gelombang dinamika kala satu titik di atas kemudian satu titik kemudian berada di bawah. Proses ini adalah dinamika pembelajaran, biasa. Tantangan akan lebih banyak dan berat tandanya naik kelas.

Terus bagaimana mengelolanya?
Aneka kerangka kerja manajemen modern sebenarnya sangat menarik dipelajari, untuk menakar resiko, memperbesar probabilitas.

Salah satu sesi kelas kemarin, menjelaskan lagi Scrum sebagai kerangka kerja, bukan sebuah metodologi manajemen proyek. Mempelajari kerangka kerja ini menjadi penting, bukan tentang tools saja, tapi “Kenapa” kita perlu mengadopsinya.

Kerangka ini sangat bisa menakar kegagalan, karena setiap event / ceremony dalam tiap sprintnya justru mengandung semangat inovasi dalam tiap pertemuannya. Yakni mendorong tim untuk berani, fokus, komitmen, saling menghargai dan terbuka. Tiap pertemuan singkatnya menuntut membiasakan transparansi, inspeksi & adaptasi.

Selain kerangka ini menjelaskan pembagian peran yang clear, seperti siapa Product Owner, siapa Scrum Masternya & siapa Tim Pengembangnya. Menjadi lebih jelas karena sepanjang progres setiap gagasan, temuan dan kemajuan juga dicatat, catatan ini disebut Artefak. Biasanya catatan ini ditulis dalam Backlog dan Increment.

Berbicara kerangka kerja ini memang perlu diawali dengan pemahaman mendasar. Benar benar mengapa ada banya meeting singkat misalnya seperti Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum Meeting, Sprint Reveiew & Retrospective?

Sebagian besar masih menganggap terlalu mahal meeting-meeting ini, namun sesungguhnya jika dikelola baik, justru akan jadi wadah-wadah pembelajaran menuju organisasi yang agile.

Untuk sebuah transformasi, memang perlu budaya yang dibangun, membangunnya pun dengan sistematik agar tak lelah dengan dinamika yang terlalu kencang, namun bisa memperbesar probabilitasnya.

Dicoba aja & dibiasakan, Ayoo dimulai!

Berkolaborasi dan Bergagasan

Sering kali kita punya masalah sama tim, seperti bekerja silo, terlalu fokus pada agenda tim sendiri, tak punya cukup waktu bekerja & tak fokus karena punya berbagai tanggung jawab. Hingga perlu kolaborasi intensif antara latar belakang & level apa pun🤩

Jika kondisinya seperti ini, kita perlu ruang kerja kolaboratif & menemukan beragam solusi & menyesuaikan praktik terbaik untuk menghadirkan solusi dengan iteratif🤟 Kemarin kami mengundang teman-teman dari seluruh Nusantara dan mengajaknya berhackathon, untuk apa?🙄

Ini penting untuk melatih kembali tim meningkatkakan kemampuan menyimaknya🧐, memberikan kesempatan umpan balik yang spontan🤨, belajar satu sama lain😳, kolaborasi ad-hoc🤠, punya ruang visual bersama😎, meningkatkan keakraban anggota😙 serta mendukung koordinasi dan komunikasi yang lebih mudah yang harapannya kedepan bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil😇

Kolaborasi dalam Hackathon ini bermanfaat dalam mendidik tim menggunakan sumber daya, metode, berkinerja tinggi & terdistribusi. Pendekatan ini juga menghimpun para pemangku kepentingan untuk bertukar keterampilan & pengetahuan.

Tiap pihak juga jadi paham karena dibawa pada proses yang Ilmiah, dibenturkan dengan orang-orang dari berbagai disiplin ke dalam ruang fisik yang sama & kemudian dapat membantu memajukan pekerjaan teknis lebih cepat🎉🎉

Susah ngga?😩 ya tentu ada tantangannya. Koordinasinya menantang! namun ini penting, mengawal proses tim yang efektif apalagi jika terdiri dari anggota dengan keahlian beragam. Tiap individu cenderung punya pendekatan penyelesaian sangat berbeda. Di sisi lain, individu umumnya hanya ingin “mengeluarkan plot” (menghasilkan hasil  / ouput secepat dan seefisien mungkin)🤣

Proses ini adalah proses kolaborasi pengetahuan intensif, sering digunakan sebagai sarana untuk mengisi kesenjangan antara sains & realita sosial. Juga kenyataan bahwa tim sering melakukan mis komunikasi dalam pengembangan program.

Kamu bisa coba bareng tim menjalankan mini-hackathon mingguan & memecahkan masalah dengan cepat. Melahirkan”hacking” sebagai cara kerja baru, elemen baru  tim yang dapat digunakan sesuai kebutuhan & memperkenalkan perubahan budaya kerja🎉🎉

Innovation

Bersua dua tenant Innovation Driven Enterprises hari ini, salah satu hal yang dibahas adalah bagaimana jika sebuah usaha ternyaya dalam perjalanannya terjebak dalam sebuah aktifitas yang menjebak untuk hanya fokus pada penerimaan, lupa goals yang sempat terucapkan diawal dahulu.

Ada kalanya sebuah usaha beranjak mapan dengan cashflow yang aman, namun rasanya lelah karena tampak terjebak dengan siklus berulang dan kemajuan yang stagnan. Ingin meninggalkan rutinitas namun ada rasa sayang jika ditinggalkan, harus bagaimana?

Kala kamu dilema, takut meninggalkan dan beralih untuk eksplorasi, sesungguhnya ada dua strategi yang perlu dimulai dilakukan. Strategi dua tangan, bisa jenisnya Ambidextery atau Exploit & Explore.

Kala melakukan Explore memang menantang, tapi jika sepenuhnya dilakukan mencari sesuatu yang belum pasti tak juga kita tinggalkan sesuatu yang sudah menghasilkan meski sudah dalam tahap bosan.

Strategi ini perlu dijalankan paralel, strategi awal adalah membentuk tim baru untuk mengelola yang sudah belajar. Lakukan empowerment, delegasikan dan latih tim baru untuk melakukan hal-hal yang bisa dieksploitasi karena pasarnya sudah terbukti.

Seiring dengan mengembangkan tim, mulai pecahkan perhatian untuk fokus pada hal-hal strategis sesuai idealisme semula, mulai bereksplorasi. Hingga akhirnya keduanya bisa berjalan.

Hanya perlu diingat, bahwa ini perlu proses dalam proses transisinya.

Jangan melulu terjebak teknis, startegikan untuk mulai berpikir strategis, bangun tim secara sungguh-sungguh, bangun mimpi juga sungguh-sungguh🎉

6 Sisi Out of The Box?

Ketakutan sering kali membunuh kreativitas. Salah satu diskusi semalam, bahwa memang ketakutan sering kali menjadi momok busuk mengapa kita tak jua melompat. Tak disadari memang ketakutan akan membunuh kemampuan berpikir kreatif. Ketakutan ini dapat hadir dalam beragam bentuk, namun yang paling sering muncul adalah ketakutan atas ketidaktahuan, “fear of the unknown”.

Fear of the unknown” adalah hal yang paling umum terjadi, yang sering kali menghantui individu, perusahaan atau organisasi yang ada. Ketakutan atas sesuatu yang belum diketahui justru menjadi kendala dalam melahirkan banyak inovasi, sering kali justru gagasan yang diutarakan justru diamati dari sisi ancamannya, peluangnya justru dikesampingkan jadi nomor dua.

Jika kamu punya iklim itu di organisasi kamu, maka iklim itulah yang akan menggilas kreatifitas yang seyogyanya justru membawa pada optimisme, kepercayaan diri dan komitmen. Di lain sisi, ada juga ketakutan pribadi yang dapat menghentikan aliran kreatifitas, dan ketika ini hadir pada diri kita yang muncul adalah ketakutan diri untuk tampak bodoh.

Ketika kita duduk bergagasan juga adalah hal yang lazim ditemukan kita melakukan pergulatan dengan inner critic, suara kecil dari hati yang senang menghembuskan justifikasi negatif, keraguan atau kegagalan bahkan sebelum ide itu dikeluarkan dalam forum.

Sesungguhnya, kita sangat lekat dengan gagasan pada diri dan pikiran kita. Nick Souter penulis buku Breakthrough Thinking bahkan mengungkapkan bahwa Ideas are the children of our minds. Tapi sayangnya sering kali kita terlalu protektif atau bahkan over protektif pada mereka. Ide dalam kepala sangatlah bisa kita identifikasi dengan sangat dekat, sering juga timbul rasa jika gagasan kita tak diterima, ditolak atau direndahkan kita nggak kasihan pada gagasannya, tapi justru jadi merasa tersakiti “pride”nya sebagai individu.

Kreativitas selalu membawa kita pada wilayah dan waktu dimana kita tak pernah berada sebelumnya dan terlihat berbahaya. Sekalipun fakta menunjukkan apa yang dijalankan selama ini tak kunjung membuatnya melompat.

Ideas are like electricity. They contain tremendous energy but are only harmful when handled carelessly. -Souter-

Dual-Track Agile

Dual-Track Agile apa lagi itu?🤣🎉
Ini adalah jenis pengembangan Agile di mana tim produk yang cross functional membagi pekerjaan hariannya menjadi 2 jalur: 1) discovery & 2) delivery.

📌Discovery fokus pada ide yang divalidasi cepat sesuai backlog,

📌Delivery fokus pada mengubah ide-ide tsb menjadi perangkat yang siap pasar.

Metodologi ini dibangun berdasarkan filosofi bahwa pekerjaan dalam mengembangkan produk dapat berlangsung cepat, berulang & berdasarkan data akan menghasilkan produk yang lebih baik.

Tim secara teratur berkolaborasi & nonlinier bekerja bersama selama proses. Membuat pembaruan kecil & merilis produk ke pasar secepat mungkin & belajar dari basis pengguna, apa yang berhasil & apa yang tidak.

Pengembangan produk perlu berulang & siklis, bukan linier & memperluasnya bahkan ke langkah sementara dalam pekerjaan tim, bahkan sering kali membiarkan alur kerja mereka menjadi “mini waterfall.

Dalam konteks sprint yang Agile, manajer produk membuat serangkaian persyaratan dan menyerahkannya kepada seorang desainer, kemudian membuat gambar rangka / prototipe, dan meneruskannya ke tim pengembang.

Nah, ini masih merupakan proses yang agak linier. Sebaliknya, Dual-Track Agile, “menangkap sifat paralel Discovery & Delivery” yang memungkinkan untuk terjadi bersamaan & dengan banyak kolaborasi tim. Itu tidak mengharuskan Tim Discovery sepenuhnya mendefinisikan semua item tim pengiriman dapat memulai pekerjaan pengembangannya.

Mengapa Dual-Track Agile? Metodologi ini dapat menawarkan;

1. Produk yang lebih baik
Mendorong tim hanya mengizinkan ide produk yang divalidasi ke dalam backlog mereka.

2. Lebih sedikit waktu yang terbuang
Membagi pekerjaan tim lintas fungsi dalam dua jalur paralel—satu yang dikhususkan hanya untuk penemuan, atau memvalidasi item sebelum mereka masuk ke backlog—berarti tim lebih mungkin untuk mendapatkan item yang benar dengan pengguna dalam iterasi pertama, daripada harus bolak-balik berulang.

3. Menurunkan biaya pengembangan secara keseluruhan.

Dual-Track Agile membantu organisasi fokus pada jenis inovasi yang tepat & mengirimkan produk yang benar-benar akan dibayar pengguna.

Selamat belajar lagi!🎉🎉

Trust & Agility

Mendapatkan hasil yang baik adalah hasil dari terbangunnya kolaborasi dan rasa saling percaya satu sama lainnya. Hal yang cukup menantang dalam kolaborasi memang terletak pada isu trust. Belum semua individu dan organisasi memiliki kemampuan untuk membangun trust pada level kematangan yang baik.

Apalagi hidup di era digital saat ini, dimana Agile Leadership sangat dibutuhkan. Era lalu adalah era dimana kita perlu tumbuh dengan cepat dan pasti, namun berbeda hal saat ini, kala dinamika perubahan sangat cepat, kita perlu tetap Agile. Dalam agile yang dinamikanya tinggi, maka melatih trust menjadi sangat penting.

Menumbuhkan trust, kepercayaan akan banyak melahirkan inspirasi, dari saling inspirasi akan lahir banyak aksi terwujud. Kemudian keduanya menjadi sebuah hal bernama “inspired action”. Biasnya aksi‑aksi yang menginspirasi ini menghasilkan banyak hal‑hal yang beyond!

Basis trust menjadi fundamental untuk kita membuka cara berpikir yang tumbuh dan mencoba opsi‑opsi baru yang perlu dieksplorasi.

“Trust opens up new and unimagined possibilities” Pada kenyataannya kita tidak bisa membuat ekosistemnya 100% memiliki kecepercayaan yang baik satu sama lainnya, menghadirkannya perlu proses menbangunnya, bertahap dengan bekal strategi dan ilmunya.

Selaras dengan era disruptif, ada satu kalimat yang menarik dikaitkan dengan “trust” dengan Agility apalagi dengan era bonus demografi Indonesia yang baru saja kita mulai hingga 2038 nanti, yakni “ If you don’t let them be their best selves, you don’t get to hire the best people”

Era sekarang dimana muncul kreatifitas yang berbeda‑beda, tak ada yang sama dan memang tak bisa disamakan, maka trust adalah fundamental penting untuk menghadirkan lebih banyak “Inspired Action”

Selamat berproses!

Kritis Vs Kreatif

Menjadi kritis atau kreatif,⁣
Keduanya menjadi penting, apalagi saat ini adalah saat dimana beragam cara menjadi baru, kala hal‑hal lama menjadi tak relevan. ⁣

Memiliki kemampuan memecahkan masalah dan solutif adalah hal paling penting untuk tak terjebak menjadi ekosistem yang merengek‑rengek lagi dengan ketergantungan. Membangun kemandirian yang hakiki.⁣ Bonus demografi akan berakhir pada tahun 2038, satu‑satunya pintu peluang agar Indonesia menjadi negara maju kelak. 17 tahun adalah waktu tak lama, cepat sekali berlalu, apalagi dalam konteks pembangunan manusia.⁣ Sudah wara‑wiri berita televisi mengungkapkan bahwa potensi Indonesia gagal memanfaatkan Bonus Demografi sangatlah besar, hingga kelak menempatkan Indonesia pada deretan negara yang terjebak pada golongan midle income.⁣ Tak mau itu terjadi, saatnya kita sungguh‑sungguh melahirkan generasi kritis sekaligus kreatif. Berkemapuan untuk memiliki daya ungkit, melompatkan bangsa ini pada kemajuan. ⁣



Kemampuan kritis biasanya berada pada kemampuan menganalisa, menurunkan, mensintesa, membandingkan, mengkategorikan, merunutkan hingga mengurutkan.⁣

Kemampuan kedua adalah Kemampuan kreatif biasanya pada kemampuan untuk berimajinasi, menemukan, merubah, merancang dan mencipta.⁣

Irisan keduanya adalah kemampuan memecahkan masalah, biasanya akan mampu melakukan perbaikan, merancang, memperbaiki, menemukan, mencipta kriteria hingga menghasilkan temuan‑temuan baru.⁣

Kemampuan‑kemampuan yang lagi bisa atas dasar saya memilih untuk lebih kritis atau lebih kreatif. Tapi memadukannya hingga menghasilkan banyak solusi berdampak.⁣

Ayo para generasi solutif, Saatnya bergegas!⁣