Setelah Menuliskan Mimpi, Kemudian Apa?

Setelah Mimpi Apa?

Berdiskusi penuh substansi hari ini dengan simpul-simpul kreativitas Banjarmasin. Menggagas mimpi dan menurunkannya menjadi jelas agar mimpi diujung bisa tergambarkan jelas gambaran utuhnya, membangkitkan energi pergerakan yang lebih membara.

Persoalan kemudian adalah bagaimana menurunkannya, menjadikannya tangga yang memperbesar probabilitas keberhasilannya. Pertama yang selalu kami ingatkan bahwa segala sesuatu pergerakan harus berawal dari kesepakatan dan kesepahaman atas tujuan. Tujuannya apa?

Visi.
Tujuan secara jelas disusun bersama secara inklusif, menerangkan tujuan bisnis dan juga finansial. Jangan malu-malu menentukan tujuan finansial, karena ini adalah salah satu pilar penting keberlanjutan. Selanjutnya adalah turun gunung memvalidasi kebutuhan konsumen, buka telinga dan sungguh-sungguh menyimak kebutuhan mereka apa? Jika sudah tervalidasi, kuatkan dengan pernyataan misi. Ciptakan nilai dan pembedanya dari pemetaan konsumen tadi.

Design.
Berkumpulah dan mulai proses divergennya, kemudian konvergenkan. Susun bagaimana organisasi akan berbentuk. Bagi peranan, tanggung jawab, ukuran dan strukturnya. Kemudian cobalah sistem baru, sepakati prosesnya, alur informasi dan penggunaan teknologinya. Kemudian turunkan ukuran kinerjanya, Harapan, ukuran dak keberhasilannya terukur baik.

Manage.
Merawat mimpi adalah hal yang paling menantang. Bagaimana kita melakukan penyelaransan sumber daya, usaha dan peluang. Memberdayakan dengan mengedukasi agar terjadi akuisisi keterampilan dan pengetahuan baru. Jangan lupa merancang proses rewardnya!

Develop.
Menjadi penting menentukan nilai, budaya dan menginternalisasinya. Kapabilitas diperkuat, diakselerasi dengan bentuk-bentuk kolaborasi. Jangan sedikit-sedikit kita bilang persaingan, merawat dan petakanlah puzzlenya!

Lakukan siklus ini dan melompat bersama! Tuangkan mimpunya, rawat perjalannya dengan konsisten, di ujung sana ada kejutan bagi insan-insan yang selalu setia dengan prosesnya!

Setia pada Cita-cita

Setia pada cita-cita. Kalimat ini sering kali saya ungkapkan pada tim. Ungkapan yang kerap kali kita lupakan bahwa kesetiaan tidak selalu identik untuk dilekatkan seorang individu. Kesetiaan pada individu besar kemungkinannya untuk bergeser menjauh dari cita-cita, atau akan sangat mungkin memudar jika sesuatu hal terjadi.

Dalam organisasi, hal ini dikenal sebagai kesetiaan kepada tujuan, pada goals yang dicanangkan. Setiap konflik & dinamika yang timbul antar individunya idealnya diselesaikan untuk kembali pada cita-cita semula.

Banyak organisasi dalam perjalanannya menjauh dari visi & tujuan semula. Sering kali visi dibuat hanya sebatas penghias halaman depan website resmi atau dinding ruang tamunya. Hingga dalam perjalanannya individu-individu yang bernaung didalamnya perlahan lupa untuk dilibatkan dalam merawatnya, hingga akhirnya perlahan organisasi yang ditumpanginya menjadi sebatas tempat bekerja, mencari penghasilan.

Dalam merawat cita-cita, perlu dan sangat penting, membakar visi dan menginternalisasikannya pada setiap individu yang terlibat didalamnya. Lupa merawat sering kali diakibatkan oleh asumsi bahwa hal-hal esensial seperti tujuan organisasi tadi sudah “disampaikan” atau sekedar “Kami sudah webinarkan!” atau “Ada kok di website!”.

Hal ini menjadi penyebab utama mengapa individu-individunya menjadi lupa tujuan, hingga perlahan dinamikanya membawa perpecahan karena politik membawanya pada kesetiaan pada individu tertentu yang lebih kuat posisinya.

Merawat tujuan, adalah hal yang paling esensial dilakukan. Apalagi di era ini dimana beragam distraksi muncul, atau dengan alasan beradaptasi dan menjadi agile. Padahal beradaptasi / menjadi agile adalah terkait cara, bagaimana mencapai tujuannya.

Menjadi adaptif adalah dengan memahamkan bagaimana seluruh awak bisa mengadaptasi cara berpikir, cara kerja & cara implementasinya sesuai jamannya. Bukan mengganti tujuannya dan atau lebih suka dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek saja.

Setia pada cita-cita adalah sebuah hal penting, maka untuk menjadi konsisten merawatnya adalah hal yang tak bisa dipungkiri lagi agar setiap pergerakan selalu selaras dengan cita-cita. #OKRs

Mencari Cuan!

Memiliki model bisnis yang pas untuk mengembangkan usaha memang perlu proses yang panjang. Bahkan ini tak berkesudahan, selalu saja ada proses iterasi sepanjang waktunya hingga selalu relevan pada setiap jaman.

Model bisnis yang matang adalah model bisnis yang dapat memastikan keberlanjutannya, artinya berlanjut proses inovasinya, bertumbuh juga produk dan bisnisnya serta semakin luas dampaknya.

Ada 10 spot terbaik dalam melakukan inovasi, apalagi untuk mendatangkan keuntungan. Mendapatkan keuntungan tidak selalu dari jualan tentunya. Jika kita memahami kerangka model bisnis, setiap lini didalamnya bisa dioptimalkan untuk mendapatkan keuntungan serta memaksimalkan peluang untuk tetap tumbuh berkelanjutan.

Setidaknya ada 10 sumber keuntungan atau inovasi yang bisa kita ulik untuk diterapkan kemudian dalam bisnis kita. Ke-10 spot ini dibagi menjadi 3 kelompok besar, yakni Konfigurasi, Penawaran dan Pengalaman Konsumen. Pertanyaan yang perlu kita bumikan menjadi strategi adalah;
________________________________
Konfigurasi
1. Model Keuntungan; Bagaimana kita menghasilkan uang
2. Jejaring; Bagaimana kita terhubung dengan yang lain untuk
mencipta nilai
3. Struktur Organisasi; Bagaimana kita menyelaraskan talenta dan aset usaha
________________________________

Penawaran
1. Kinerja Produk; Bagaimana kita menggunakan fitur yang
memuaskan dan fungsional
2. Sistem ; Bagaimana kita mencipta produk dan jasa yang
saling komplementer

________________________________

Pengalaman
1. Pelayanan; Bagaimana kita mendukung dan memperbaiki nilai dari penawaran usahanya
2. Saluran; Bagaimana kita menyampaikan penawaran pada kustomer dan penggunanya
3. Merek; Bagaimana kita merepresentasikan penawaran
dan bisnis
4. Ikatan dengan pelanggan; Bagaimana kita menguatkan interaksi yang
berbeda

Berikut beberpa contoh usaha inovatifnya ya, selamat belajaar!

Merancang Pembelajaran Berkualitas

Mengutip sebuah catatan seorang tokoh, “Dibutuhkan orang yang berbeda untuk memahami ilmu (sains, science), teknologi (engineering) dan bisnis. Sayangnya jarang mendapatkan orang yang memahami cara pandang dari ketiganya. Kebanyakan hanya salah satu sudut pandang saja dan kemudian merasakan paling benar. Sepi dan sukar mendapatkan lawan bicara yang paham maksud saya, – Budi Rahardjo, 2021

Merancang kurikulum yang relevan, membuahkan learning journey yang menantang & menarik selalu menjadi passion terdalam. Dalam merancangnya, perlu dipastikan relevansinya dengam kebutuhan jaman & masa depan. Dinamikanya juga bukan hal mudah, banyak barier tebal berlapis dari mulai birokrasi, aturan, standar, cara pandang yang berbeda, hingga bagaimana menuangkannya agar benar-benar menjamin para pembelajar lulus bukan dengan sekedar bergelar, tapi justru fundamental utama karakter yang kuat cendekia handal.

Tantangan masa depan penting dijawab dengan pola & sistem pendidikan yang relevan. Penerapannya kerap kali menjadi pelik dalam karena tantangannya adalah bagaimana melahirkan lulusan-lulusan yang mampu berperan, hingga kebutuhan masa depan penguasaan keilmuan menjadi menyangkut multi aspek, baik itu teknologi, ekonomi, industri, sosial bahkan business-sense-nya.

Apalagi, era digital, membawa jaman & komunitasnya punya wahana multilayers yang saling berkaitan.
Merancang proses pendidikan yang memastikan para pembelajarnya ;

1. Mendapatkan cara baru dalam memperoleh keahlian dalam keilmuannya,
2. Mendapatkan kontekstualisasi dalam penerapan risetnya,
3. Memastikan pencapaian penguasaan teknologi dengan kemampuan busines—sesnse yang relevan.
4. Memastikan pembelajar terhubung dengan ekosistem inovatif, terhubung dengan teknologi, industri dan bisnis kreatif yang akan menjadi pilar penting keberlanjutan ilmu yang diperolehnya

Merancang pembelajaran berkualitas agar pembelajarnya bukan hanya kompeten tapi paham teknologi, punya orientasi user & business outcomes, paham model bisnis & eskosistemnya & lulus dengan energi & pemahamannya agar punya kapabilitas untuk berdampak dampak bagi masyarakat . Tetap melangkah untuk kemajuan Pendidikan di Bumi Pertiwi.

Momentum Yang Cocok Untuk Membangun Produk Kamu

Sesi coaching hari ini bersama salah satu newborn startup dari Pekalongan!

Seru membahas fundamental bisnis yang penting untuk dipahami, bahwa dalam bisnis memerlukan pemahaman bukan hanya produk yang perlu dikuasai sebagai Hard Skills. Bukan hanya soal biaya, mutu atau kecepatan bagaimana kita menghantarkan sebuah produk pada konsumen dan memastikan mereka puas.

Banyak hal lagi yang perlu kita secara bertahap pelajari, bicara produk tentunya tidak lepas dengan bisnisnya. Bisnis ada banyak tantangan di dalamnya, bagaimana mengembangkan dan memberdayakan talentnya, jejaring kuatnya, pengetahuannya. Bisnis menjadi aspek lain yang perlahan juga kita kembangkan kapasitas internalnya. 

Aspek lainya adalah bagaimana produk dan bisnis kita memikat pasar, ini dinamakan Captivation. Membuat produk kita jadi sasaran jatuh cintanya pelanggan. Aspek ini menjadi penting untuk mengasah tim internal kita dalam hal Soft SKills marketing, positioning, traksi dan penjualan. Menantang bukan? Beri kesempatan tim untuk belajar, karena tidak serta merta mereka langsung menjadi baik.

Aspek lainnya yang tidak kalah penting! Pasar! Faktor eksternal ini penting dipelajari, bagaimana ukuran pasarnya, ada tidak momentum nya, bagaimana membangun momentumnya dan tentunya peta kompetisinya. 

Belajar ke-4 aspek ini menjadikan kita paham bahwa keseluruhannya membawa bisnis kita untuk memiliki keempat aspek penting lainnya;
1. Kapabilitas produk dan bisnis
2. Kesadaran konsumen 
3. Distribusi produk
4. Memetakan permintaan pasar
Ke-4 aspek inilah yang perlu disadari bahwa ngga cukup jika sekedar produk, lengkapi dengan kapasitas lainnya yang dibangun bertahap!

Selamat berproses!

Bagaimana Mengelola Ketidakpastian

2021, tahun paling menantang era belajar paling berat! Ketidakpastian yang nyata jadi makanan sehari-hari bagaimana menemukan pola abstrak & mengantispasinya.

Belajar banyak mengarungi ketidakpastian, tapi jika berbicara ketidakpastian, justru uncertainty adalah karakteristik utama inovasi. Meskipun menghasilkan gagasan baru & menciptakan beragam cara & teknologi baru merupakan hal penting, justru lebih penting bagi para inovator untuk mengidentifikasi hal-hal yang tidak diketahui yang harus valid agar idenya berhasil di pasar.

Era pandemik, cerminan nyata ketidakpastian. Pada tingkat strategi, beberapa kerangka kerja yang perlu dikuasai yang banyak dikembangkan untuk membantu memahami portofolio produk & layanannya, membuat keputusan yang tepat. Sering kali beragam pihak abai akan kepentingan kerangka kerja ini, menggunakan dimensi berbeda yang tersembunyi, tantangan nyata yang dihadapi para pemimpin yakni bagaimana MENGELOLA KETIDAKPASTIAN.

Banyak kerangka kerja yang dipelajari, seperti Ansoff Matrix. Membawa kita memetakan apa yang perlu dilakukan dalam melakukan penetrasi & pengembangan pasar, atau apa yang perlu dikembangkan & didiversifikasi. Ini digunakan Google & Amazon ketike mereka menentukan strateginya di awal.

Atau Matriks Ambisi, cukup menarik memainkan ini, belajar mengelola dimana portofolio kita bermain & bagaimana memenangkannya. Atau Frameworknya McKInsey yang menjelaskan 3 tahap transformasi bisnisnya yakni 1) Extend the core, 2) Kembangkan peluang 3) Visi mengembangkan pilihan viable. Kerangka ini dikembangkan FB di tahun 2016 mengumumkan roadmap 10 tahunnya.

Salah satu yang terbaru, adalah Peta Portofolio Osterwalder & Pigneur menjelaskan dimensi inti pengelolaan inovasi. Dibedakanlaah antara eksplorasi model bisnis baru dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi & eksploitasi model bisnis saat ini dengan tingkat ketidakpastian yang lebih rendah.

Peta Portofolio ini mengambil pendekatan garis bawah & fokus pada yang benar-benar diperhatikan: potensi ukuran pengembalian investasi & tingkat ketidakpastian yang terkait dengan mendapatkan pengembaliannya yakni risiko inovasi & risiko gangguannya. Selamat belajar mengelola ketidakpastian!

Berorientasi Kemanakah Usaha Kamu?

Diskusi seru hari ini dengan kawan-kawan ODP Bank BNI, terkait bagaimana shifting pemikiran ke Digital Mindset dengan titik beratnya mengubah paradigma dari produk sentris ke user centris.

Kala teknologi menyatukan banyak hal, dampak kolektif dari konvergensi sangat memengaruhi praktik pemasaran di dunia. Tren baru muncul seperti “Sharing Economy & ”Now Economy” terintegrasinya omnichannel, beragam konten pemasaran, CRM sosial, dll. Konvergensi akhirnya mengarah pada ‘keterpaduan’ antara pemasaran digital & tradisional.

Di dunia teknologi yang makin tinggi, setiap orang justru semakin merindukan sentuhan yang lebih tinggi, makin terhubung secara sosial, makin juga ingin hal-hal yang dibuat personal. Dengan dukungan data analitik, produk & layanan jadi lebih personal. Dalam ekonomi digital, kuncinya memang dengan bagaimana kita memanfaatkan paradoks ini.

Di era transisi ini, jelas diperlukan pendekatan berbeda.
1) Perubahan baru yang membentuk dunia kita saat ini adalah konektivitas & subkultur digital. Tak semua pelanggan diciptakan setara. Beberapa segmen mengandalkan referensi pribadi mereka sendiri dan apa yang mereka dengar dari iklan.

2) Adanya kerangka kerja baru yang akan meningkatkan produktivitas dengan memahami jalur-jalur baru yang menghubungkan dengan konsumen di era digital (metrik, industri, dll).

3) Mempelajari taktik utama dunia baru, semua dihasilkan dengan berpusat pada manusia (User Centric & content engagement)

Marketing 4.0 memang menggambarkan sebuah dunia di mana fitur & manfaat menjadi penting, menjadikan kemampuan memahami konsumen jadi pendorong utama inovasi. Kontekstualisasi User Centric dalam kehidupan digital membuatnya makin kompleks karena tidak sekedar human centric, tapi bagaimana individu ini terhubung & sukses menjalani hidupnya di era digital.

Aspek digital mendorong kita melakukan pendalaman erorientasi manusia dengan konteks digital, mencakup tiap aspek dari journey pembeliannya. Coba lihat lagi, apakah kita sudah beralih jadi 4.0, atau jangan-jangan paradigmanya masih berada di Marketing 1.0 Product Centric, atau 2.0 Consumer Centric, & 3.0 Human Centric? Saatnya sungguh-sungguh melompat ke 4.0 Digital Centric!

Retrospective Sailing

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita.

Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!

Pemimpin yang Dapat Mencipta Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan?

Easy Digest SCRUM

“Sedang dipuncak, takut kedepan menemukan titik dibawah”. Sekelumit pembicaraan dengan salah satu startup yang sedang tumbuh.

Tampak banyak pembelajaran yang terungkap, hingga mereka mulai dapat mengelola usahanya dengan baik & sistematis hingga cara-cara inovatifnya cepat terakusisi.

Dalam sebuah dinamika membangun usaha, tentu selalu ada gelombang dinamika kala satu titik di atas kemudian satu titik kemudian berada di bawah. Proses ini adalah dinamika pembelajaran, biasa. Tantangan akan lebih banyak dan berat tandanya naik kelas.

Terus bagaimana mengelolanya?
Aneka kerangka kerja manajemen modern sebenarnya sangat menarik dipelajari, untuk menakar resiko, memperbesar probabilitas.

Salah satu sesi kelas kemarin, menjelaskan lagi Scrum sebagai kerangka kerja, bukan sebuah metodologi manajemen proyek. Mempelajari kerangka kerja ini menjadi penting, bukan tentang tools saja, tapi “Kenapa” kita perlu mengadopsinya.

Kerangka ini sangat bisa menakar kegagalan, karena setiap event / ceremony dalam tiap sprintnya justru mengandung semangat inovasi dalam tiap pertemuannya. Yakni mendorong tim untuk berani, fokus, komitmen, saling menghargai dan terbuka. Tiap pertemuan singkatnya menuntut membiasakan transparansi, inspeksi & adaptasi.

Selain kerangka ini menjelaskan pembagian peran yang clear, seperti siapa Product Owner, siapa Scrum Masternya & siapa Tim Pengembangnya. Menjadi lebih jelas karena sepanjang progres setiap gagasan, temuan dan kemajuan juga dicatat, catatan ini disebut Artefak. Biasanya catatan ini ditulis dalam Backlog dan Increment.

Berbicara kerangka kerja ini memang perlu diawali dengan pemahaman mendasar. Benar benar mengapa ada banya meeting singkat misalnya seperti Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum Meeting, Sprint Reveiew & Retrospective?

Sebagian besar masih menganggap terlalu mahal meeting-meeting ini, namun sesungguhnya jika dikelola baik, justru akan jadi wadah-wadah pembelajaran menuju organisasi yang agile.

Untuk sebuah transformasi, memang perlu budaya yang dibangun, membangunnya pun dengan sistematik agar tak lelah dengan dinamika yang terlalu kencang, namun bisa memperbesar probabilitasnya.

Dicoba aja & dibiasakan, Ayoo dimulai!