Mengapa Boleh Salah dalam Kreatifitas?

Mengapa boleh salah dalam kreatifitas?

Proses kreatif seringkali melibatkan eksplorasi, penemuan, dan eksperimen. Ketika kita mencoba hal-hal baru, mencoba divergen dan tidak terikat oleh batasan atau konvensi yang ada, kita cenderung melihat segala sesuatu dengan perspektif yang berbeda, banyak hal baru!🥳

Dalam proses ini, menemukan kesalahan bisa menjadi sumber inspirasi yang penting. Sangat penting bahkan!

Ketika kita menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam suatu hal, itu menciptakan kesempatan untuk memikirkan cara-cara baru untuk memperbaiki atau memperbaiki masalah tersebut. Hanya saja tidak semua organisasi memperbolehkan buat salah yaa, takuut!🥺

Kesalahan bisa menjadi titik awal untuk berpikir secara kreatif dan menghasilkan solusi yang inovatif. Kesalahan dapat mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman dan mencari cara-cara baru untuk melakukan sesuatu. Tapi jangan lupa bahwa kesalahannua terukur dalam tahapan-tahapan inovasi ya! Banyak toolsnya, cobain deh🫣

Selain itu, kesalahan juga dapat membantu kita belajar dan berkembang. Dalam proses mencoba-coba, kita mungkin mengalami kegagalan atau kesalahan. Namun, daripada melihatnya sebagai kegagalan, kita dapat melihatnya sebagai peluang untuk belajar dari kesalahan tersebut🤓

Dengan mengidentifikasi dan memahami kesalahan, kita dapat mengembangkan pengetahuan baru, mengasah keterampilan, dan meningkatkan kemampuan kita di masa depan. Jangan lupa konsisten iterasinya!

Dalam konteks kreativitas, kesalahan juga dapat memicu pemikiran asosiatif. Ketika kita menemukan kesalahan atau inkonsistensi, otak kita cenderung mencari solusi alternatif atau melompat ke gagasan-gagasan baru. Kesalahan bisa banget merangsang imajinasi dan menginspirasi ide-ide yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Namun, penting juga untuk dicatat bahwa kesalahan saja tidak cukup untuk memicu proses kreatif. Penting juga untuk memiliki ketekunan, kerja keras, dan sikap terbuka terhadap eksperimen dan pembelajaran. 🤩

Kesalahan hanyalah salah satu bagian dari proses yang lebih besar dalam mencapai kreativitas dan inovasi. Sisanya adalah konsistensi memperbaikinya, eksplorasi hingga menemukan hal-hal luar biasa! 🚀

Melampaui Mimpi yang Hadir Lebih Cepat🚀🚀

Sebuah mimpi pastilah sebuah kondisi ideal, gambaran utuh sebuah cita-cita yang dituliskan dalam sebuah visi, diturunkan dalam langkah-langkah berupa misi. Visi Misi merupakan bentuk pemikiran strategis jangka panjang. Kemudian, bagiamana menurunkan dari kondisi ideal ke kondisi nyatanya?

✔️Thinking
Pemikiran, jelas perlu dituliskan & tergambarkan, hingga setiap orang memahami imajinasi yang inspiratif yang membuatnya sebagai sumber bernergi bagi setiap anggota tim menjalaninya, meski dengan dinamika yang tinggi. Jadi bahan bakar perjalanan merajut mimpi. Pemikirian (Thinking) diturunkan dalam perencanaan (Planning) & dituangkan dalam aktivitas (Doing). Thinking atau pemikiran dituangkan dalam rumusan visi yang menginspirasi & misi berupa langkah-langkah yang kemudian diiterasi dalam tahapan lanjutnya.

✔️Planning
Planning atau perencanaan, merupakan penuangan visi dalam bentuk bagaimana perjalanan dilakukan hingga tindakan / taktik apa yang akan diambil. Perencanaan yang baik memerlukan pemikiran yang matang, fleksibilitas & komitmen untuk menjalankan rencana. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita dapat memperbaiki peluang keberhasilan & mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam pelaksanaan rencana tersebut.

✔️Doing
Visi diturunkan menjadi strategi, dan diturunkan menjadi tujuan, ketiga hal ini perlu didefinisikan secara inspiratif. Doing terdiri dari kesepakatan akan Tujuan/ Aim / Destinasi yang diterjemahkan menjadi objective yang merupakan kumpulan hasll-hasil dari inisiatifnya.

Beragam hal praktikan dalam menurunkan mimpi, terdiri dari rumusan misi (langkah-langkah), Taktik (tindakan) & Tujuan (hasil) adalah hal-hal praktikal yang secara konsisten dilakukan, dijaga presistensinya dalam ritual-ritual menjaga keselarasan tujuannya.

Ya memang, mimpi tak bisa tiba-tiba hadir dalam bentuk keajaiban, tapi punya keterampilan menurunkannya dalam jangka waktu tertentu jadi penting! dengan tim yang senantiasa berbernergi karena jelas visi misinya, diperlihara dalam kesehariaannya & presisten mengiterasi akan melahirkan hasil-hasil yang tidak sekedar menghasilkan visi, tapi bisa jadi beyond, dalam bentuk melampaui mimpi yang hadir lebih cepat🚀🚀

The Innovator’s Dilemma

“Aneh banget!”
“Sebuah hal yang ga biasanya!” “Biasanya kan gini”, “Pengalaman kami biasanya gini pak!”🤔

Beragam tanggapan ketika menayangkan sebuah gambar dimana sebungkus Tolak Angin cair dituangkan pada segelas kopi kekinian. Sebagian besar akan mengungkapkan perasaan aneh & mentertawakannya😄

Tapi cara-cara tak biasa inilah yang membuat perusahaan jamu Sidomuncul dengan Produknya Tolak Angin ini kemudian bisa survive dan menjadi pemenang pasar bahkan diluar jamannya? Meski mengundang tawa,cara-cara ini berhasil membawa mereka dengan cara-cara inovatif🚀

Bandingkan dengan kompetitornya yang merujuk dengan cara-cara yang biasa, “berdasar pengalaman” bisa jadi berada dalam zona inovator’s dillema, merasa besar & jadi galau melakukan proses-proses baru.

Di perusahaan yang sudah besar kerap timbul konflik internal antara mempertahankan model bisnis yang mapan / mengambil risiko mengadopsi teknologi baru yang belum teruji untuk mempertahankan posisinya🤨

Innovator’s dilemma merujuk pada situasi ketika perusahaan mapan gagal mengembangkan inovasi yang mengguncang pasar/mengancam bisnis utamanya😖

Dalam banyak kasus, inovasi tersebut muncul sebagai teknologi baru yang memungkinkan produk jadi lebih baik/murah, tapi perlu investasi & risiko tinggi. Sementara, perusahaan yang sukses dalam industri yang mapan cenderung memprioritaskan pengembangan & perbaikan produknya yang telah terbukti sukses di pasar yang ada, terlalu fokus pada meningkatkan efisiensi operasionalnya, daripada investasi🤯

Seiring waktu, inovasi bisa tumbuh & menjadi pesaing yang lebih kuat & perusahaan yang sukses dalam industri yang mapan bisa kehilangan pangsa pasarnya karena terlambat beradaptasi dengan perubahan pasar & mengalami “dilema inovator” karena terjebak antara mempertahankan bisnis utama mereka & mengambil risiko dengan investasi besar dalam teknologi baru yang belum terbukti🤓

Perusahaan adaptif kerap hadir dengan sesuatu yang aneh pada mulanya, karena keluar dari kebiasaan adalah salah satu tanda keberanian bereksperimen, pilar penting kemampuan bertahan & menang karena konsisten bereksperimen, berulang belajar dari keberhasilan & kegagalannya😎😎😎

The Ability to Innovate!

Setelah Willingness to Innovate, pertanyaan berikutnya adalah The Ability to Innovate! Mau banget berinovasi, tapi seberapa mampu? Punya pemimpin berkualitas & tim dengan rasa komunitas yang tepat memang diperlukan, tetapi ga cukup. Ada beberapa kemampuan khusus yang perlu dikembangkan, ditumbuhkan & dikawal untuk tumbuh. Ada 3 hal penting yang jadi pilar sebuah tim jadi bisa berinovasi, bukan sekedar mau berinovasi!

✔️Creative Abrasion:
Ini adalah kemampuan meramu beragam ide berbeda. Mampu memanfaatkan fakta bahwa solusi inovatif biasanya muncul ketika ide-ide yang muncul karena beragam bahkan bertentangan. Organisasi inovatif justru mampu menyatukan perspektif beragam & keahlian yang luas. menciptakan dialog yang menghasilkan kumpulan ide yang menawarkan berbagai pendekatan yang kemudian memungkinkannya menjadi hibrida yang lahir dari berbagai sudut pandang yang dirangkul & mengelola sejumlah paradoks yang tak punya “jawaban yang benar” hingga disesuaikann secara terus-menerus.

✔️Creative Agility:
Ketangkasan ini diperlukan untuk bisa mengembangkan & menguji pilihan-pilihan berbeda, belajar dari hasil & mau selalu mencoba lagi. Tim perlu menahan dari ketergesaan dalam menghilangkan ide-ide/opsi-opsi yang timbul. Ketangkasan kreatif ini mengandalkan refleksi, tapi basisnya menggunakan data untuk mengevaluasinya & mengungkap kemungkinan-kemungkinan baru.

✔️Creative Resolution:
Kemampuan tim untuk menyatukan semua kelompok pembelajaran – bahkan ide-ide yang pernah dianggap saling eksklusif sekalipun. Pada organisasi tradisional pengambilan keputusan sering diputuskan sebagai keharusan memilih antara “A” / “B”, padahal pada organisasi inovatif tidak bisa terjebak dengan pola pikir biner ini. Ia harus mampu melampaui pola pikir biner & mengintegrasikan aspek, sudut pandang, meramu & memetakan banyak solusi yang mungkin untuk menciptakan hasil yang unggul & berhasil dalam jangka pendek & panjang.

Jika dibaca memang mudah ya! tapi dalam pelaksanaannya memang kerap kali menimbulkan beberapa hal paradoks yang memungkinkan terjadinya kegagalan penguasaan keterampilan inovasi & atau proses inovasinya jadi berjalan lamban. Berikutnya, kita bahas ya!🚀🚀

Willingness To Innovate

Jika selama ini kita mendengar istilah Willingness To Pay, yakni seberapa besar pelanggan mau membayar atas produk kita, dalam proses inovasi ada istilah lain sebelum menciptakan produk yang inovatif, yakni “Willingness To Innovate”, menjadi menarik, karena dalam proses menciptakan inovasi belum tentu seluruh anggota jadi bagian yang ingin berinovasi & melahirkan kebaruan yang diterima masyakarat.

Willingness to innovate / kemauan untuk berinovasi mengacu pada kemampuan individu / organisasi untuk membuka diri terhadap perubahan & mencari cara baru untuk memecahkan masalah atau meningkatkan kinerja mereka. Kemauan yang melibatkan keinginan & tekad untuk menciptakan atau mengadopsi produk, layanan, atau proses baru yang dapat meningkatkan nilai bagi organisasi atau masyarakat & agar tetap relevan & berkompetisi di pasar yang terus berkembang & berubah.

Banyak literatur menunjukkan bahwa manajemen yang berhasil dari perjuangannya adaptasinya akan sangat bergantung pada kemampuan pemimpinnya untuk memupuk kemauan agar tetap berada pada jalur yang menantang & sering terasa sebagai ketidak-efisienan. Kemauan untuk berinovasi dapat ditopang oleh 3 pilar kebersamaan hingga dapat menciptakan rasa komunitas yang diperlukan, yakni;

1) 🎯 Shared Purpose:
Komunitas menjadi prioritas dari tujuan bersama yang melintasi fungsi dan geografisnya. Tujuan bersama ini melampaui sekadar menambah nilai / menghasilkan produk; organisasi inovatif sering melihat apa yang mereka lakukan adalah sebuah pengungkit untuk mempengaruhi perubahan yang lebih luas lagi.

2) ❤️ Shared Values:
Komunitas inovatif juga terikat bersama oleh nilai-nilai bersama yang mendorong bagaimana mereka mencapai tujuan bersamanya. Nilai-nilai itu biasanya mencakup ambisi yang berani, pendekatan kolaboratif dalam bekerja, keinginan untuk belajar & rasa tanggung jawab bersamac terhadap kelompoknya

3) ✔️Rules of Engagement: 
Proses inovasi biasanya sangat dinamis, tapi jangan menjadikannya chaotic. Bagaimana enggagement diantara tim dipandu oleh ethos yang sama & melakukan penyelarasan antar perbedaan perdebatan dengan sikap saling menghargai & menumbuhkan rasa saling percaya❤️

Memperkaya Solusi Kreatif Baru yang Kontekstual

Gimana caranya kita bisa memperkaya proses sebuah proses desain, terutama dalam menciptakan solusi?

Coba deh kerangka kerja yang dituliskan oleh Dev Patnaik dan Michael Barry yang memperkenalkan konsep empat kuadran yang dapat membantu dalam memahami pendekatan pemikiran yang berbeda-beda :

✔️Kuadran Konkret-Analitis: Pemikiran konkret-analitis lebih condong pada penggunaan logika dan data konkret untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Pendekatan ini biasanya didukung oleh pengumpulan data, analisis, dan fakta yang akurat. Lakukan OBSERVASI pada tahap ini.

✔️Kuadran Sintesa-Abstrak: Pemikiran Analisa-abstrak biasanya terfokus pada detail dan fakta, tetapi juga mempertimbangkan pandangan yang lebih luas dan abstrak. Pendekatan ini mungkin memperhatikan keunikan atau sisi artistik dari suatu masalah.

✔️Kuadran Abstrak-Analitis: Pemikiran abstrak-analitis lebih condong pada pendekatan analitis, tetapi dengan menggunakan pandangan yang lebih luas dan filosofis. Pendekatan ini dapat melihat masalah dalam konteks yang lebih luas atau mempertimbangkan nilai-nilai etika atau moral dalam pengambilan keputusan. Cari INSIGHT baru pada tahap ini.

✔️Kuadran Konkret-Sintetis: Pemikiran konkret-sintesa mencakup pemikiran kreatif dan inovatif dalam mencari solusi. Pendekatan ini mungkin mempertimbangkan ide-ide baru dan pandangan yang berbeda dalam mencari solusi. Segerakan bikin solusi dengan iterasi-iterasi awal pada kuadran ini dan validasi.

Gunakan keempatnya dan dilakukan secara iteratif yaa, agar mendapatkan beragam solusi yang lebih baik dalam prosesnya🧐

Dengan memahami empat kuadran ini, kita sebagai perancang bisa mengembangkan solusi yang lebih komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan berbagai pendekatan pemikiran yang berbeda-beda menjadi sebuah solusi kreatif baru yang kontekstual.

Boleh dicoba nih🚀
Btw, kapan nih ketemuan kita diskusi bareng?

Social Learning

Social learning adalah konsep psikologi yang merujuk pada cara belajar dari lingkungan sosialnya, terutama dari pengaruh orang lain dalam lingkungan sosialnya. Teori social learning Albert Bandura, dikenal sebagai teori belajar sosial-cognitive.

Belajar terjadi melalui interaksi sosial, pengamatan & panutan pengaruh dari lingkungannya, mencakup pengaruh dari orang-orang yang kita pandang sebagai model, seperti orangtua, teman sebaya, tokoh publik / bahkan karakter di media massa seperti televisi/film.

Salah satu konsep utamanya adalah “self-efficacy”, yakni keyakinan individu dalam kemampuannya untuk menyelesaikan tugas / mengatasi tantangan, self-efficacy bisa dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengamatan orang lain & respons dari lingkungannya. Orang dengan tingkat self-efficacy yang lebih tinggi cenderung lebih termotivasi & berhasil dalam mencapai tujuannya.

Teori social learning Bandura bisa punya beberapa implikasi yang relevan dengan kreativitas. Salah satunya adalah model-model yang diobservasi oleh individu & pengaruh contoh2nya pada kreativitas individu-individu disekelilingnya.

Menurut Bandura, seseorang cenderung meniru perilaku yang diamati dari model yang dianggap kompeten, kuat, atau bernilai dalam konteks tertentu. Dalam hal ini, individu bisa meniru kreativitas dari contoh2 yang dianggap kreatif & sukses dalam konteks tertentu, ini membantu meningkatkan kreativitas individu dalam konteks yang sama.

Dalam teori social learning ini juga menekankan pentingnya respons dari lingkungan terhadap perilaku individu. Ketika lingkungan memberikan umpan balik positif terhadap perilaku kreatif, individu cenderung merasa lebih termotivasi & untuk mengembangkan & mengekspresikan kreativitasnya & membantu meningkatkan kreativitas dalam jangka panjang.

Coba deh kamu pake social learning di komunitas kamu dalam mengembangkan keterampilan kreatif anggotanya. Tiap orang bisa jadi model yang efektif dalam memperkenalkan kreativitas & memberikan umpan balik positif untuk meningkatkan kreativitas ekosistem. Selain itu, tiap simpulnya juga bisa memfasilitasi pengalaman belajar yang memungkinkan anggotanya mengamati & meniru kreativitas dari model-model lain.

Apa itu Outcome Bias?

Tau ngga, ternyata kita sering kali terjebak dan merasa berproses dengan baik karena melihat hasilnya baik. Lebih fokus dengan hasil ketimbang prosesnya, hal semacam ini disebut sebagai Outcome Bias🧐

Outcome bias adalah kecenderungan kita untuk menilai seseorang atau suatu keputusan berdasarkan hasil daripada melihat prosesnya. Bias ini menunjukan kegagalan kita dalam memperhitungkan begitu banyak hal yang random terjadi dalam prosesnya menciptakan hasil🤨

Dalam keseharian kita juga sering menilai keseluruhan proses hanya dari outcomenya, bukan dari kualitas prosesnya itu sendiri. Pada umumnya orang kesulitan memisahkan kualitas dari sebuah proses dengan outcomes prosesnya🥳

Jika outcomes / keberhasilan dihasilkan dari sebuah keberuntungan (meski hal ini berulang-ulang terjadi) yang terjadi dari pengambilan keputusan yang beresiko, walau hasilnya baik sangat mungkin saja ini terjadi karena terjadinya Outcomes Bias. Seringkali hasil yang baik membutakan kita terhadap kekurangan sebuah proses, bahkan bisa jadi lebih buruk bisa membuat kita tak kunjung belajar dari kesalahan, karena kita pikir semuanya baik-baik saja.🥸

Jika kita mengamati kesuksesan dari sebuah hasil, kecenderungan yang terjadi pada kita biasanya adalah menerimanya keberhasilannya begitu saja dan berasumsi bahwa proses yang mengarah ke sana pada dasarnya sehat-sehat saja. Coba kita lihat contoh yang sering terjadi dalam keseharian kita, apa saja contoh dari Outcome Bias;

1. Belajar mepet, ternyata nilainya bagus!
2. Beli saham sebelum harga naik, wah saya memang investor yang baik!
3. Walau terburu-buru, saya sampai tepat pada waktu! Saya memang keren!
4. Sekalinya pasang iklan, Produk laku banget!

Inget lagi, keberhasilan memang sering kali mengelabui kita, karena menyembunyikan titik-titik kurang baik dalam prosesnya. “Good Outcomes Hide Bad Processes” Pastikan lagi bahwa setiap hasil dari sebuah produk dan keberhasilan adalah benar-benar diperoleh dari proses pengembilan keputusan yang benar, prosesnya juga dikawal dengan sungguh-sungguh🤩

Cara Belajar yang Eksploratif

Pernah denger kasus PO Haryanto engga? dimana sang ayah & anaknya punya dinamika yang pelik hingga sang anak yang dipecat dari perusahaan sang Ayah🥲

Dalam perjalanannya PO Haryanto adalah PO bus yang mumpuni, sesungguhnya jika dilihat dari pendekatan manajemen, perusahaan ini bisa besar, sukses & dicintai oleh pelanggan, Bus-Mania karena tedapat kolaborasi yang unik diantara pengelolanya, dua generasi yang berbeda dalam sebuah perusahaan keuarga dengan nilai, karakter & budayanya yang beda karena memang terlahir dari dua jaman yang bebeda. Sang Ayah, Kopral (Purn) H. Haryanto kelahiran tahun 1953 Vs Rian Mahendra kelahiran 1983, Baby Boomer Vs Gen Y🤔

Perpaduan ini sesungguhnya adalah sebuah kekuatan yang baik, sang Ayah sebagai Baby Boomer punya rasa ingin tahu yang tinggi, mandiri & optimis dengan pencapaian, sedangkan sang anak sebagai Gen Y, Ia bisa diandalkan dalam hal kedisiplinan & soal pemanfaatan teknologi (tech-savvy).punya kepercayaan diri yang baik🤠

Walau kerap bertabrakan dalam hal cara & budaya. kerja Gaya Rian yang banyak belajar dilapangan, cara belajar yang eksploratif, cara kerjanya yang tanpa ruang memang kerap kali dinilai salah oleh generasi sebelumnya, dicap sebagai nakal / begajulan🥳

Keberanian Rian dalam melakukan eksplorasi menghasilkan enggagement luar biasa para penggemar bus, membesarkan usahanya dengan cara yang baru, namun tampaknya cara-caranya bereksplorasi ini tak tertangkap baik dari kaca mata lama yang lebih fokus untuk menghindari kegagalan😎

Padahal saat ini & masa depan, keberanian eksplorasi & gagal adalah modal penting inovasi, jangan dipandang sebagai kesalahan. Kebuntuan ini justru menghasilkan hal fatal bagi perusahaan besarnya😫

Dilema perusahaan keluarga memang lazim terjadi, jika Ia tak segera membenahi budaya organisasinya secara sungguh-sungguh, memisahkan hubungan keluarga dengan profesionalnya & memberikan kebebasan bereksplorasi. Saat ini kita bisa lihat beragam perusahaan yang bisa adaptif mengembangkan budayanya, hingga Ia tumbuh membesar dengan keberanian-keberanian eksplorasinya. Membagi peran adalah cara jitu, memberi ruang eksplorasi sekaligus menjalankan proses eksploitasi di saat bersamaan🤗

Radically New Prodact, New Experience

Beberapa tahun lalu menuliskan sebuah paparan dengan judul The Future Is Co, yang bahkan hari ini judul tersebut bukan sekedar slogan yang mencerminkan kolaborasi, kooperasi atau co lainnya. Co, atau dilakukan secara bersama-sama menjadi sebuah nyawa yang tak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari✅

Apalagi di era digital, dimana setiap simpul terkoneksi satu sama lainnya. Konektivitas membuat segala sesuatunya tak bisa dihadapkan dengan silo dan ego. Akan berbahaya ketika dalam era konektivitas ini, cara pandang kita justru masih disconected🤩

Beberapa hal baru terkait dunia kolaborasi, dalam pengembangan model bisnis dan bahkan dalam merancang ekosistem bisnis ada beberapa gerakan kolaboratif yang penting untuk dipahami antara lain :

✅ Co-creative; bersama-sama tim internal melakukan proses kolaborasi, kerjasama, memastikan interaksi dan keterhubungannya menjadi pergerakan yang menghasilkan kekuatan yang eksponensial. Co-creative menghasilkan collective intelegence. Keterhubungannya menghasilkan efek jejaring berupa kekuatan inovasi yang kuat🥳

✅ Co-creation; bersama-sama mitra eksternal, baik yang dilakukan dalam konteks yang serupa dengan bisnisnya, atau bahkan diluar jalur bisnisnya sehingga Ia menghasilkan beragam bentuk kolaborasi radikal dalam menghasilkan preposisi baru bagi pelanggannya. Bentuk ini juga bisa diwujdkan dalam bentuk customer collaboration, dimana pelanggannya diajak bersama melakukan proses pendalaman dalam pengembangan produk dan layanan apa yang sesungguhnya diperlukan dalam menghasilkan solusi bagi pelanggannya❤️

✅ Co-Evolution; Jika kita sudah menemukan mitra dalam melakukan ko-kreasi, kemudian saling berdaptasi menyelaraskan tujuannya, maka mitra-mitra kolaborasi ini akan membentuk ekosistem dimana melakukan perubahan-perubahan dalam proses adaptasinya bersama. Istilah sederhananya, tumbuh dan berubah bersama🚀

“No one can whistle a symphony. It takes a whole orchestra to play it.” – H.E. Luccock #tleecosociopreneur